5

11.3K 1.2K 107
                                    

Cuaca siang itu sangat terik. Matahari menantang di pukul tiga sore. Siswa dan siswi tetap membanjiri koridor sekolah, seolah mereka kompak untuk berlama di sekolah yang teduh dibanding menjerang kepala dengan sinar matahari.

Letta sedang duduk bersama Jenny di kantin sewaktu gerombolan anggota basket memenuhi stan Mpok Enah. Bukan sebuah keanehan jika Mpok Enah adalah favorit anggota basket yang butuh bir pletok dingin.

"Ampun deh, anak basket bukannya ganti baju malah kelayapan pake baju basah keringat gitu," bisik Jenny.

Letta memperhatikan arah yang ditunjuk Jenny. Namun pandangannya jatuh pada sosok Wahyu yang tampak paling menjulang dan menawan. Ah, betapa buruk pikiran Letta. Dia sudah punya pacar dan sepakat untuk mengenal lebih dekat pasangan masing-masing. Harusnya Letta menjaga hatinya untuk Cloudy.

Sekali lagi, akalnya kalah pada keinginan menatap Wahyu. Semakin diperhatikan, Wahyu punya banyak perbedaan tegas dibanding Cloudy. Wahyu berotot dan kulitnya cokelat manis. Rahangnya berbentuk persegi dengan hidung mancung yang membulat di ujung. Wahyu tampak sangat maskulin. Dan Letta telah jatuh pada seluruh pesona Wahyu, sekalipun seluruh murid akan sepakat Cloudy punya jutaan kali lipat pesona menawan.

Tanpa diduga, matanya bertemu pandang dengan Wahyu. Letta membelalak. Kaget luar biasa. Dia nggak siap. Letta menunduk, pura-pura mengaduk teh manis dingin. Di sampingnya, Jenny terus mengoceh tentang anak basket.

Hanya Letta yang tahu bahwa Wahyu masih menatap ke mejanya. Semoga Jenny nggak sadar, doanya dalam hati.

OoO

"AAAKH!" Abdul menjambak rambutnya. Gemas bukan main karena kalah main Battleground.

Di kanannya, Alif dan Firman masih seru menembak musuh. Kemudian di kiri, ada Cloudy yang tadi main bareng Abdul dan belum kena tembak lawan.

Iih, Abdul bete. Harusnya dia main sama Firman. Cloudy terlalu jago main game ini dan Aa' Adul syebeul!

"Timer lo berjalan, Dul," kata Alif tanpa menoleh. "Kalo nggak mau main lagi, mending matiin timer lo dan bayar deh."

Abdul manyun. "Gue masih mau cek tutorial yutup. Kali aja ada saran gue menang Battleground."

Alif angguk-angguk sekenanya. Cloudy tersenyum tipis. Firman di ujung, melirik Abdul lalu balik fokus mencari musuh dalam game.

"Gue lapar nih." Alif melepaskan diri dari keyboard dan mouse.

Abdul mencibir. Ngaku aja situ kalah main, pikirnya.

"Indomi yuk, Bang," ajak Firman yang sudah leluasa mengajukan ide.

"Ke Goodmart aja. Ada sosis dan bento," usul Abdul yang mendadak ngidam bento mini market.

Cloudy nggak pernah mencoba makanan cepat saji di minimarket. Selama tinggal bareng Safira, Cloudy hanya makan premium food. Jeffrey juga susah diajak wisata makanan aneh-aneh karena ngeri pada teror Safira. Sekalinya jajan, ya cilok dan cimol depan gerbang sekolah. Kapan lagi Cloudy punya kesempatan makan makanan cepat saji.

"Goodmart dimana?" tanya Cloudy.

"Perempatan situ. Jalan kaki sedikit. Apa lo mau ke ITC Permata Hijau aja?" Abdul jadi pengen wisata kuliner di ITC juga nih.

Cloudy ingat pesan Anwar untuk menghindari daerah ramai. Datang ke ITC tentu mengundang perhatian banyak orang dan Cloudy nggak niat menemukan foto dirinya di ML lagi.

"Boleh. Ayo."

"Matiin dulu timer lo." Alif mengingatkan Cloudy yang sudah panggul ransel.

Cloudy menurut, lalu bergegas ke kasir warnet. Abdul, Alif, dan Firman membuntuti. Tampaknya hanya mereka bertiga yang sadar kalau warnet samping sekolah mendadak dipenuhi pelajar cewek. Setelah tahu ke mana lirikan cewek-cewek itu, mereka kompak putar bola mata.

Pasti gara-gara Cloudy, pikir mereka.

"Komputer enam belas, tujuh belas, delapan belas, dan sembilan belas, mbak. Berapa totalnya?" tanya Cloudy ke kasir yang terus tersenyum lebar.

"Dua puluh lima ribu, Kak," jawab kasir itu mendayu-dayu.

Abdul lempar tatapan kaget ke Alif yang ditanggapi gelengan kecil. Firman menyenggol Alif untuk menunjukan tarif warnet. Alif menoel siku Abdul dan mengendikan dagu ke kertas laminating di belakang kasir yang memampang tarif internetan.

Begitu transaksi yang Cloudy bayar selesai, Abdul tarik lengan Cloudy keluar warnet. "Gila. Kita berempat main dua setengah jam cuma dua puluh lima ribu. Ketahuan banget si mbak naksir lo, Clo."

"Naksir apaan?" Cloudy nggak ambil pusing ocehan Abdul dan berjalan mengikuti Alif dan Firman.

"Lo nggak liat tarif warnet tadi?" Abdul masih mencecar.

"Nggak. Emang ada apa?"

Abdul mengibaskan tangan. "Udahlah, King nggak perlu tahu."

Cloudy spontan berhenti. "Kita bayarnya kurang?" Cloudy curiga.

"Kagak. Mbaknya ngasih diskon aja. Udah ayo jalan. Gue lapar mau makan." Abdul pura-pura nothing happened berkebalikan isi kepalanya yang mencatat wajib ngajak Cloudy main warnet lagi biar dapat potongan harga.

Kan, kapan lagi punya sahabat ganteng dimanfaatkan maksimal.

Abdul lupa diri kalau yang tadi membayar biaya warnetnya pun Cloudy. Hitung-hitung, dia nggak modal apapun.

Goodmart letaknya dekat dari sekolah. Bangunannya dua lantai berwarna biru dan jingga. Lantai atas diperuntukan untuk ruang makan dan smoking area. Cloudy sering lihat bangunan ini, tapi belum berkesempatan masuk.

"Lo mau apa, Clo? Ada paket bento ala-ala hokben nih." Alif menunjuk etalase yang memajang kotak-kotak bento.

"Gue mau itu." Cloudy menunjuk poster ayam goreng di sebelah kasir. Mbak kasir langsung tersenyum dengan wajah memerah merasa diperhatikan Cloudy.

Abdul dan Firman saling lirik dan cengengesan di belakang Cloudy. Mereka punya pikiran berbeda.

Bang Cloudy gampang banget ditaksir cewek.

Asik, dapat diskon lagi nih.

Tahu dong siapa yang mikir apa.

"Tambah sosis original," tambah Cloudy. "Gue ambil minum deh. Lo mau apa?"

"Gue teh kuncup ya," kata Alif.

"Gue mau air putih sekalian puding mangga." Abdul mau yang kenyel-kenyel manis nih.

"Gue temenin, Bang." Firman mengikuti Cloudy ke pendingin minuman yang letaknya jauh dari meja kasir.

Cloudy mengambil pesanan Alif sekalian menentukan minumannya. Dia harus minum air putih tapi ingin mencicip teh kuncup yang dilarang Safira karena kandungan gulanya tinggi.

Saat mengangkat kepala dari lemari pendingin, Cloudy menemukan pemandangan ganjil di luar minimarket. Dia menoleh ke Firman.

"Itu Bang Bryan?" tanya Cloudy agak ragu.

Firman memerhatikan parkiran di depan minimarket. "Iya itu Bang Bryan. Ceweknya gue kenal deh. Anak kelas sepuluh."

"Mereka temenan?" Cloudy sadar nggak perlu nanya sejauh itu.

"Apaan." Firman mencibir. "Selingkuhan Bang Bryan tuh. Udah rahasia anak cowok OSIS. Ceweknya kalo nggak salah namanya Ayu. Katanya, Kak Natasha juga tahu Bang Bryan selingkuh."

Cloudy menganga. Kaget bukan main pada cerita Firman. Bryan yang berengsek bukan hanya diketahui anak-anak basket. Anak-anak OSIS pun tahu. Dan paling gila, Natasha nggak cari pusing.

OoO

Natasha melirik cincin yang ditunjukan papanya. Dia ingin sekali pergi, tapi papanya mengancam akan memblokir kartu ATM. Natasha belum tolol buat paham pentingnya uang.

Sekali ini dia menepikan ego dan menuruti keinginan papanya, membantu memilihkan cincin untuk...

"Aaakh!" Natasha kesal. Dia meninggalkan papanya di dalam toko. Masak bodo urusan ATM diblokir. Kepalanya serasa mau meledak.

###

17/01/2020

WeatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang