10. Dasar Kutub!

132 45 3
                                    

Kelas XII IPA 1 sedang meratapi nasib buruk yang menimpa mereka, ulangan. Siapa yang tidak kesal jika diadakannya ulangan mendadak? Mereka kesal, namun kekesalan mereka ditahan semaksimal mungkin agar tidak mencoba melawan guru didepan sana.

"Elan!" panggil Ando.

Elan sedikit menolehkan kepalanya kebelakang, "Hm?"

"Gue nyontek," lirih Ando.

"Nggak," sahut Elan. Ia pun kembali menghadap kertas ulangannya.

Ando berdecak. Matanya beralih menatap gadis di sebelah Elan. Ando kembali memanggil. "Tasya!"

Tasya mendengus, ia sangat mengetahui orang yang selalu memanggilnya saat ulangan diadakan. Tasya menoleh kearah Ando, "Apa?" sahutnya sedikit kesal.

Ando menunjuk kertas ulangannya, lalu mengatupkan kedua tangannya. Ia memberikan kode kepada Tasya agar membantunya mengerjakan soal ulangan.

Tasya berdecak, dengan berat hati ia pun menyodorkan jawaban dari soal-soal ulangan tersebut.

Ando dengan cepat merampas kertas yang disodorkan Tasya, dan menjawab pertanyaan dari soal-soal tersebut berdasarkan contekan dari Tasya.

Elan menoleh kearah Tasya. Ia menatap gadis itu bingung, mengapa ia memberikan Ando contekan?

"Kenapa dikasih?" tanya Elan.

Tasya mengangkat bahunya. "Biarin aja."

"Gimana dia bisa pintar kalau lo kasih contekan terus?"

Tasya berfikir. Benar juga yang dikatakan Elan. Ia kembali menoleh ke Ando, lelaki itu tengah sibuk menyalin jawaban milik Tasya. Tasya kembali merebut kertas yang tadi ia berikan ke Ando.

Ando mengernyit. "Gue belum selesai, Sya," ucapnya.

"Biarin, gue nggak peduli!"

Tasya pun kembali menghadap depan. Sementara Ando menggaruk tengkuknya kebingungan. Ia harus menyontek ke siapa lagi? Ando menatap teman di sebelahnya.

"Danu," panggilnya.

Temannya yang bernama Danu itu pun menoleh. "Kenapa?" tanyanya.

"Gue boleh nyontek nggak?"

"Nomor berapa?"

"Nomor lima sampai lima belas!"

Danu terkejut. "Banyak banget," ucapnya.

"Sekali aja gue nyontek sama lo, Gue butuh banget contekan di keadaan darurat kayak gini!"

Danu menghembuskan nafasnya. Ia juga tidak tega melihat wajah Ando yang memelas, ia pun menyodorkan jawabannya. "Jangan lama-lama, sebentar lagi mau dikumpul!"

Dengan cepat, Ando pun mengerjakan ulangannya.

"Lima menit lagi, dikumpul!"tegas guru didepan sana.

Para murid sontak mempercepat kerja otak mereka. Ada yang mulai melirik jawaban teman, berpura-pura mengambil pulpen yang jatuh padahal mengambil kertas jawaban yang dilemparkan temannya, dan masih banyak lagi. Di keadaan darurat seperti ini, mereka tidak bisa tinggal diam, mereka harus melakukan cara yang tidak patut dicontoh, menyontek.

"Semuanya cepat dikumpulkan!"

Waktu lima menit serasa hanya sepuluh detik. Para murid disana pun mau tak mau mengumpulkan hasil ulangan mereka. Kecuali Ando dan Danu yang masih melakukan kerja sama.

"Itu yang dibelakang ngapain?!"

Ando dan Danu terkejut. Buru-buru mereka mengumpulkan tugas mereka.

***

"Tasya!"

Tasya menghentikan langkahnya, ia membalikkan badannya menghadap ke sumber suara yang memanggilnya. Betapa terkejutnya ia saat mengetahui yang memanggilnya tadi adalah si Kutub Selatan.

Tasya tersenyum manis. "Ada apa, Lan?"

"Lo dipanggil sama guru biologi di ruang guru." setelah menyampaikan pesan dari guru biologi, Elan pun meninggalkan Tasya.

"Gitu aja? Kirain gue mau diajak pacaran!" geramnya. Ia pun menuju ruang guru untuk menemui guru biologi.

Ketika telah sampai di sana, Tasya masuk kedalam, tak lupa mengetuk pintunya. Ia berjalan mendekati meja guru yang memanggilnya. "Ibu memanggil saya?" tanya Tasya.

Guru tersebut mengangguk. "Iya. Ibu minta tolong sama kamu, nanti pada saat jam pelajaran kedua, kumpulkan anak-anak yang tahun lalu mengikuti olimpiade IPA. Soalnya ibu mau keluar nanti."

"Siap, Bu!"

***

Tasya menjalankan amanah dari guru biologi tadi. Ia mengumumkan lewat louspeaker sekolah. Semua para murid yang mengikuti olimpiade pada tahun kemarin berkumpul di aula sekolah. Tasya juga ikut berkumpul, karena ia mengikuti olimpiade tahun kemarin.

Seorang pria sekitar umur lima puluhan memasuki aula. Ia mulai berbicara dan menjelaskan mengapa mereka semua dikumpulkan disana. Mereka semua mendengar dengan baik, memperhatikan pria setengah botak itu berbicara. Pria tersebut berbicara tentang masalah olimpiade yang akan dilaksanakan beberapa hari kemudian.

Setelah beberapa menit mendengar penjelasan dari pria itu, mereka diperbolehkan memasuki kelas masing-masing. Tasya pun berjalan menuju kelasnya. Namun, ia mendadak berhenti, matanya menangkap sosok Elan yang sedang bersantai di taman belakang. Aula disekolah ini memang dekat dengan taman belakang. Tasya menghampiri lelaki itu, mengapa ia tidak dikelas? Padahal bel telah berbunyi dari tadi.

"Elan," panggil Tasya. Ia mengambil duduk di sebelah Elan.

"Lo ngapain ke sini?" tanya Elan sedikit terkejut.

"Lo yang ngapain di sini?" tanya Tasya balik.

"Bukan urusan lo!"

Kalimat itu lagi yang selalu didengar Tasya. Tasya menghembuskan nafasnya. "Kalau ini urusan gue, gimana?"

"Nggak peduli."

"Ini sudah bel masuk, kenapa lo malah disini? Seharusnya, lo itu di kelas. Ayo ke kelas!"

"Gue bolos," sahut Elan akhirnya.

"Bolos?"

"Iya, mau ikut?"

"Boleh."

Elan mendengus, benar-benar gadis pengganggu. Ia melipat kedua tangannya didepan dada. "Sama gue?"

"Boleh!"

"Beneran?"

"Iya! Emang kenapa nggak boleh?"

"Gue orangnya jahat."

"Biarin aja jahat! Gue tau kalau lo nggak bakal sejahat seperti yang lo sendiri pikirkan!"

"Mending lo nggak usah ikut," usir Elan.

"Kenapa?" tanya Tasya mengerutkan keningnya.

"Nggak tau."

Tasya menggeram kesal. "Dasar Kutub!"

Bintang [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang