20. Pertahanan Hati Tasya

118 29 0
                                    

Tasya merasa hatinya kini sedang bermasalah. Sejak melihat Elan dengan gadis itu, membuat Tasya menahan segala emosinya. Tasya ingin sekali mengusir gadis itu agar tidak mendekati Elan lagi. Tapi, memangnya Tasya siapa? Apa hubungannya Tasya mengatur-atur urusan Elan? Mau Elan dengan perempuan lain, itu bukanlah urusannya.

Tasya tidak bisa membiarkan hatinya bergejolak seperti saat ini, ia harus menyegarkan dirinya agar tidak terlalu over protektif terhadap Elan. Tasya yakin jika jodoh pasti akan bertemu. Tinggal menunggu waktu dimana Elan menyukainya dan semua akan berjalan baik-baik saja. Jika itu tidak terjadi, bagaimana? Tasya hanya bisa pasrah dengan takdirnya.

Tasya harus bisa menyelamatkan hatinya. Shella pasti bisa menenangkan pikiran Tasya yang tengah hancur. Tasya harus mencari Shella.

Tasya berlari di kerumunan orang yang berada di lapangan, dan setiap sudut sekolah. Ia menyari sampai ke toilet. Langkah kakinya berhenti di depan bilik yang ia sempat terjebak disana. Untung saja ada Elan, jika tidak, Tasya tidak tau apa yang akan terjadi terhadapnya.

TOILET INI RUSAK!

Tulisan itu yang tertulis dipintu bilik tersebut. Ditatapnya tulisan itu, lalu ia mulai mencari ke beberapa bilik yang lain. Tasya kembali mencari keberadaan Shella sebelum air mata yang sedari tadi di tahannya menerobos keluar.

Sudah sekitar lima belas menit Tasya menelusuri semua sudut sekolah, namun ia tidak menemukan Shella. Tasya kelelahan. Ia harap Hera tidak merayu Elan dengan caranya. Jika nanti Elan menyukai Hera, bagaimana? Tasya tidak bisa membayangkannya.

Gudang.

Ruang itu yang belum Tasya periksa, ataukah Shella berada disana? Tasya harus mencarinya.

Tasya mencari Shella dengan hati yang hancur, matanya sudah berkaca-kaca, air matanya siap mengalir. Sepanjang jalan Tasya melamun. Raganya memang disini namun, tidak dengan jiwanya yang pergi entah kemana. Tasya terkejut karena ia telah menabrak seseorang yang kini berada dihadapannya.

Tasya menatap orang itu dengan air mata yang tidak bisa tertahan lagi, "Shella!!"Tasya memeluk Shella erat. Tasya tidak mempunyai sahabat dan orang yang dekat dengannya kecuali Shella. Hanya Shella yang bisa menenangkannya seperti saat Tasya terpuruk karena daddy-nya meninggal dunia.

Shella mengerjap, ia tidak mengetahui mengapa Tasya bisa menangis seperti ini. Shella menuntun Tasya untuk duduk di kursi yang berada disana, didepan ruang laboratorium.

"Lo kenapa, Sya?" tanya Shella seraya mengelus punggung Tasya, menenangkan.

Tasya terisak. "Gue nggak bisa dapetin Elan, Shell!" histerisnya.

Shella berdecak. "Kalau lo nggak mau sakit hati, mending lo jauhin Elan!" ucapnya penuh penekanan.

Tasya menatap Shella dengan air mata yang masih berlinang. "Susah buat gue untuk ngelupain dia, Shell. Coba lo bayangin, gue itu suka sama dia sudah dari SMP, gue sudah berusaha untuk ngelupain dia tapi gue nggak bisa!"

"Lo harus berusaha, Sya. Lo pasti bisa!" Shella semakin tak tega melihat Tasya yang nampak sedih seperti ini. "Masih banyak orang yang lebih baik dari Elan, Sya. Bahkan jauh lebih baik!" lanjutnya berusaha meyakinkan Tasya bahwa Elan bukanlah orang yang tepat untuk Tasya.

Tasya menghapus air matanya. "Oke! Gue bakal usahain. Gue bakal usahain kalau lo nggak ngejauh dari gue. Gue nggak mau kalau sahabat gue ngehindar dari gue!"

Shella memandang arah lain dengan pandangan kosong. "Gue nggak ngehindar dari lo, Sya," ucapnya.

"Tapi kenapa perasaan gue bilang kalau lo itu ngehindar dari gue?!"

Bintang [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang