34. Jangan Berubah

90 16 4
                                    

Elan berdecak berkali-kali. Tasya benar-benar mengganggunya. Jika saja kemarin malam Elan tidak mematikan total ponselnya, ia pasti akan terganggu dengan pesan dari Tasya yang membuat ponselnya berbunyi. Dan, sampai pagi ini gadis pengganggu itu terus mengiriminya pesan.

Elan membuka pesan dari Tasya yang telah berjumlah ribuan.

Acazio Elando
Jangan ganggu hidup orang.

Setelah itu, Elan menaruh ponselnya ke dalam saku celana sekolahnya, lalu menyalakan mesin motornya, dan melesat menuju sekolah.

***

Sesampainya di sekolah, ponsel yang berada di saku celana Elan terus berbunyi. Tasya benar-benar pengganggu. Beginikah rasa cintanya terhadap Elan? Dengan cara mengganggu ia kira Elan akan menyukainya? Tidak.

Elan merogoh ponselnya untuk mematikan total ponselnya, silent. Namun, belum sempat ia mengambil ponselnya, tangannya diapit oleh Hera.

"Pagi, Kak!" sapa Hera.

"Pagi," sahut Elan seraya menjauhkan tangan Hera agar tak mengapit lengannya. Tetapi gadis itu tetap mengapit lengannya dengan manja.

Elan mendengus. "Ada apa, Ra?" tanyanya.

Hera melepaskan tangannya dari lengan Elan. Ia menatap Elan kesal. "Emang nggak boleh, ya kalau aku nyamperin pacarnya sendiri? Ayolah, Kak. Kita itu sudah pacaran. Anggap aja aku itu pacar Kakak sesungguhnya, bukan pacar kontrak."

"Iya iya," pasrah Elan.

Hera kembali mengapit lengan Elan. Mereka mulai berjalan menjauh dari parkiran.

Hera yang mendengar ponsel milik Elan terus berbunyi, langsung melihat Elan. "Kak. Handphonenya bunyi mulu," ucap Hera risih.

Elan melepaskan tangan Hera, kali ini gadis itu melepaskan lengannya. Elan merogoh ponselnya, lalu mengeceknya, walau ia telah mengetahui jika Tasya yang telah mengiriminya pesan.

Elan menoleh ke arah Hera. "Ra, gue ada urusan penting," ucap Elan berbohong.

Hera cemberut. "Terus?"

"Gue pergi dulu, ya?"

Hera mengangguk pasrah. "Iya. Nanti kalau urusannya sudah selesai, Kakak cari aku ke kelas, ya."

Elan mengangguk. Akhirnya ia terbebas dari pacar kontraknya. Elan pun menjauh dari Hera. Ternyata gadis pengganggu itu tidak sepenuhnya mengganggu, dia ada gunanya juga.

***

Tasya telah bersiap untuk berangkat menuju ke tempat perlombaan. Ia menggunakan seragam sekolahnya yang dibalut dengan jaket berwarna merah muda.

Mata Tasya tak lepas dari layar ponselnya, tangannya terus mengetik di atas keyboard ponselnya. Ia mengirimkan pesan kepada Elan tiada henti.

"Rasain tuh. Gue lebih risih daripada lo. Lebih sakit hati gue dibandingkan lo," gumam Tasya menatap layar ponselnya.

Apapun ia ketik di sana. Rasa sakitnya, keadaannya, atau kegiatannya. Semua ia tuangkan dalam bentuk ketikan, dan langsung dikirim ke Elan.

"Tasya, ayo berangkat!"

Entah sejak kapan Bu Ani sudah berada di sebelah Tasya. Tasya melihat ke arah Bu Ani.

"Sebentar, Bu," ucapnya, lalu kembali menatap layar ponselnya.

Tasya mengetik pesan terakhirnya kepada Elan, sebelum ia berangkat.

Bintang [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang