The Bookstore

452 37 6
                                    

Bosan. Aku kembali merasakan hal itu. Tidak ada Niall, tidak ada Harry , Ayah ataupun Ibu. Aku kembali sendiri di rumah sendirian. Benar benar mati rasanya. Semuanya terasa mati. Oh, bodohnya aku. Kenapa aku tidak bertanya saja pada Harry kemana dia pergi, siapa tahu aku bisa menyusulnya kesana. Atau aku bisa ke rumah Niall, tidak mungkin pasti Niall sedang sibuk dengan club sepak bolanya. Apa yang harus aku lakukan sekarang.

---

“permisi, apa disini menjual novel “A Walk to Remember” ?” aku bertanya pada seorang yang sedang berada di kursi dengan sebuah buku di hadapanya itu

“oh  tunggu sebentar, aku akan carikan” jawab wanita paruh bayw itu dengan senyum dan berusaha mencari cari novel yang aku cari

Disinilah aku, berada di sebuah toko buku tua. Benar, toko buku ini sangat tua aku bisa rasakan itu. Suasana dan pemandanganya sangat uzur sampai aku bisa menghirup aroma kayu kayu yang sudah lapuk yang berada di toko buku ini. Dan aku sempat berpikir aku salah masuk toko buku karena tidak mungkin disini menjual novel yang aku cari. Wanita setengah baya itu masih mencari, belum terlihat tanda tanda kedatanganya. Aku yang berdiri dengan canggung di depan meja kasir segera mencari kegiatan. Melihat lihat suasana tua yang ada di sekitarku. Jujur saja, ini sangat keren. Masih ada orang yang mempertahankan suasana tua, tidak mengubahnya ke gaya modern seperti orang orang kebanyakan. Rak rak bukunya berwarna coklat pekat, terdapat huruf “R” dan “A” di setiap raknya. Bahkan di semua sudut huruf itu terlihat. Entahlah apa artinya tapi aku melanjutkan untuk melihat hal lainya. Sampai wanita setengah baya itu kembali dengan sebuah buku di genggamanya.

“here you go” dia berkata padaku sambil memberikan bukunya kepadaku, dan kembali ke tempat duduknya semula

Aku mengambilnya dengan senyum, senang dengan keramahan wanita ini

“kau anak muda, siapa namamu?” Tanya wanita itu tiba tiba

“aku Louis” jawabku

“senang berkenalan denganmu Louis, aku Barbara”

“its really nice to meet you, Barbara” aku menjawab dengan senyum

“jarang sekali ada anak muda sepertimu datang kesini” kata Barbara

“aku bisa melihatnya, mungkin mereka belum tahu bagaimana rasanya merasakan suasana yang sangat berbeda. Jujur saja aku belum penah masuk ke toko buku dengan suasana seperti ini”

“kau benar sekali. Banyak pengunjung yang mengatakan hal yang sama denganmu”

“jadi kau yang memiliki toko buku ini?” “benar,tapi lebih tepatnya orang yang lebih dulu memiliki toko buku ini adalah bukan aku. Mereka adalah Robin dan Anne”

“.. mereka adalah orang yang pertama kali membuka toko buku ini. Dulu, dulu sekali. Aku yakin kau belum lahir, bahkan aku pun belum lahir”

“.. suasana nya terasa berbeda karena toko buku ini sudah tidak cocok berada pada jaman sekarang. Tapi orang tuaku yang sudah meninggal memberikan pesan kepadaku. Toko buku ini harus dibuka sampai kapanpun”

“..sampai mereka menemukan anak mereka yang hilang” Aku mendengarkan dengan teliti apa yang Barbara katakana padaku. “anak mereka yang hilang?” tanyaku

“benar sekali,mereka kehilangan anaknya entah karena alasan apa”

“Robin dan Anne sendiri sepertinya masih menginginkan toko buku ini ada. Sesosok wanita dan pria adalah hal biasa yang aku lihat disini” Setelah mendengar hal itu aku merasa buluk kuduku merinding

Good Things(A Larry Stylinson Fan fiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang