“Appa...” Liuna memanggil pelan Won Shik yang tengah berkutat dengan komputer dihadapannya. Ruang kerja selalu menjadi tempat berdiam sang ayah jika sudah lewat jam makan malam.
“Bisa aku minta waktunya sebentar?” Liuna menarik kursi kerja sang ayah hingga Won Shik sepenuhnya berpaling padanya.
Pria berumur setengah abad namun masih tampak segar bugar itu pun hanya bisa mengangkat dagu, bertanya. “Waeyo, Liuna-ya?”
Liuna menarik napasnya dalam saat sudah mendapatkan perhatian sang ayah. Dia tahu, apa yang akan menjadi permintaannya kali ini akan sedikit sulit disetujui oleh ayahnya. “Apa aku boleh pindah ke apartemen?”
Won Shik hanya mengernyitkan dahi. Tampak bingung. “Alasannya?”
“Agar lebih dekat dengan dorm Stray Kids. Aku sedikit kesusahan untuk mengurus ini-itu jika harus tinggal di rumah. Appa tahu, bukan? Jarak rumah ke dorm dan agensi memakan waktu sampai tiga puluh menit jika macet. Paling beruntung, aku bisa sampai kesana dalam kurun waktu 20 menit.” Liuna menggigir pipi dalamnya saat melihat raut penolakan diwajah Won Shik.
Pria itu hanya menghela napas dalam, melepas kacamata bacanya dan menarik tangan putrinya pelan agar duduk dikursi yang dia tarik. “Kau tahu Appa akan menolak ini, bukan?”
Liuna mengangguk samar. Kepalanya tertunduk.
“Dengarkan, Liuna.” Won Shik memegang lembut bahu Liuna, mengelus puncak kepalanya pelan. “Appa bisa memberikan apa pun yang kamu mau. Tapi untuk melepasmu pergi dari rumah. Itu yang sulit. Kau yang paling tahu bahwa dirimu tak bisa terlalu dipaksakan untuk bekerja keras.”
Liuna mengangguk samar-lagi. Dia tak bisa membantah jika sudah menyangkut kesehatan tubuhnya. Fisiknya memang serentan itu untuk jatuh sakit.
“Kau ke Korea juga bukan untuk bekerja. Appa ingin kau sembuh dengan pengobatan yang lebih memadai disini. Jika kau sudah sehat, Appa tak akan pernah melarangmu lagi. Lakukanlah apa yang ingin kau lakukan. Tapi sekarang, pikirkan kesehatanmu,” jelas Won Shik dengan nada lembut. Dia tak ingin menghakimi anaknya hanya karena perbedaan pendapat. Liuna harus mendengarkan alasan Won Shik kenapa dia melarang anak gadisnya untuk tinggal terpisah dengannya.
“Geundae (tapi), Appa ...” Liuna menarik napas dalam-dalam. Pencahayaan seadanya dari layar komputer membuat ruang kerja ayahnya tampak semakin dingin. “Aku hanya ingin melakukan apa yang bisa kukerjakan. Selama masih ada kesempatan. Aku juga sedang dalam keadaan prima, jadi tidak masalah. Aku bisa melakukannya. Lagi pula, ini hanya akan berlangsung selama tiga bulan, hanya sampai ketika Stray Kids come back nantinya.”
Liuna menarik tangan sang ayah, menggenggamnya hangat. Liuna memberanikan diri untuk membalas tatapan Won Shik yang sering kali tampak tegas dan tak terbantahkan. “Appa... masih banyak harapan yang ingin kucapai, tapi aku dikejar waktu. Jika seandainya ...” Liuna meneguk ludah kasar. “Aku kehabisan waktu sedangkan mimpiku masih banyak, aku merasa akan sangat menyesal. Jadi, Appa ... izinkan aku untuk kali ini.”
“Kau tidak akan pernah kehabisan waktumu, Liuna. Jalanmu masih panjang,” kata Won Shik menyahut kalimat Liuna yang kurang berkenan ditelinganya. “Kau pasti akan sembuh.”
Hening sejenak. Jam berdetak mengisi kesunyian ruangan. Liuna nyaris menyerah saat ayahnya sudah terdiam tanpa ada kalimat lanjutan. Ketika dia hendak melepaskan genggaman tangannya diatas tangan sang ayah, Won Shik berujar, “Geurae. Tapi kau harus menelepon Appa segera jika terjadi sesuatu. Juga jangan lupa untuk cek up setiap minggunya dan jaga kesehatanmu. Arasseo?”
![](https://img.wattpad.com/cover/209167675-288-k570542.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Levanter [Hwang Hyunjin]✔
FanfictionKetika 'Levanter' menjadi kata yang paling membekas dalam benakmu. Itu bukan hanya merujuk pada angin timur khas Mediterian, tapi juga arah kemana hati seseorang terbawa kearah sana. Terbang terbawa angin, tersapu rindu, dan hidup dalam waktu lampau...