17

319 88 11
                                    

Semuanya sudah berbaris siap meninggalkan tempat itu, dan tepat sebelum bertolak kapten memasuki lagi tenda dimana Shin Yang masih tergolek. Semuanya nyaris yakin masuknya kapten itu untuk menghabisi Shin Yang. Mereka semua menahan napas menunggu jeritan Shin Yang dari dalam tenda menerima hukuman dari kapten.
"Mianhe, Shin Yang-ah!" bisik Min Ho dan Sung Joon, mereka sungguh tidak tega.

Shin Hye sendiri di dalam tenda sudah pasrah apa pun yang akan kapten lakukan padanya sebagai hukuman dirinya telah berbohong. Ia berusaha duduk lagi menyambut kemunculan komandan pasukan itu.
"Harusnya pedangku menyelesaikan hidupmu sekarang, sebagai imbalan kau telah mengkhianati kerajaanmu. Tapi kerajaan berhutang nyawa padamu, sebab kau telah menyelamatkanku dari terkaman piton. Untuk itu aku tidak akan membunuhmu tapi aku juga tidak sudi membawamu lagi ke dalam pasukanku. Malam ini aku akan meninggalkanmu disini. Jika kau bernasib baik pulanglah ke rumahmu! Jangan berpikir untuk kembali ke pasukanku. Apa kau mengerti?" ucap kapten membuat air dari mata Shin Hye berjatuhan.
Kapten sendiri lantas berlalu meninggalkannya. Dia langsung menaiki kudanya.

Semua anggota pasukan sudah pula menaiki kuda masing-masing, kecuali Kwang Hee.
"Apa kau tidak akan ikut, Prajurit Lee?" tatap kapten.
"Nde, aku akan tetap disini menemani Shin Hye, Kapten." jawab Kwang Hee.
"Maksudmu kau tidak akan mengikuti perintahku? Cepat naik ke atas kudamu!"
"Aniyo, aku tidak akan pergi." dengan berani Kwang Hee melawan.
"Kau membantah perintahku? Apa kau pun ingin mendapat hukuman dariku?" kapten mulai kesal.
"Lakukan saja! Aku tetap tidak akan pergi."
"Apa kau tahu siapa temanmu itu? Dia pengkhianat yang seharusnya kubunuh. Tapi karena aku berhutang nyawa padanya, aku membiarkannya hidup. Kau sekarang akan membela pengkhianat dan mengabaikan perintahku?"
"Jika begitu bunuh saja aku, Kapten! Karena aku pun selama ini telah melindungi seorang pengkhianat."

Kapten turun lagi dari kudanya.
"Aku akan mengabaikan semua hal yang terjadi hari ini dan menganggap semua ini tidak ada. Di dalam pasukanku tidak ada prajurit yang bernama Park Shin Yang. Apa kau pun ingin namamu aku coret dari daftar prajuritku? Dan ayahmu harus mempertanggung jawabkannya kehadapan panglima perang kerajaan, apa begitu maumu?" teriak kapten mendaki kekesalannya.
"Kenapa tidak kau bunuh saja kami, Kapten? Kau katakan berhutang nyawa kepada Shin Hye hingga membiarkannya tetap hidup, tapi kau pun akan meninggalkannya sendirian di tengah hutan dalam kondisinya yang sedang terluka parah. Kau memang tidak membunuh dengan pedangmu tapi membiarkan binatang buas memangsanya. Begitukah caramu membayar hutang nyawa?" Kwang Hee balas berteriak tak kalah kesal.
Kapten terdiam, ia tidak mampu mengonter kalimat Kwang Hee. Beberapa jenak keduanya saling diam, hingga akhirnya kapten menaiki kudanya lagi. Ia kemudian berteriak memberi aba-aba seraya menendang perut kuda.

Seluruh prajurit, bergerak!

Suara puluhan langkah kuda pun berderap meninggalkan tempat itu hingga kemudian tempat itu terasa demikian sunyi dan gelap. Kwang Hee menyalakan api unggun sebab Shin Hye tampak menggigil kedinginan. Tangisnya masih belum henti membuat luka di pinggangnya berdarah lagi.
"Lupakan saja Kapten itu! Jahat sekali. Kenapa tidak menunggu pagi baru pergi? Dia benar-benar hanya ingin membuatmu sengsara, Shin Hye-ya. Dasar Kapten jahat." umpat Kwang Hee kesal tak terkira.

Sekitar 2 malam Shin Hye dan Kwang Hee tertahan di tempat itu. Dan di malam kedua itu luka Shin Hye sudah semakin baik, berkat istirahat yang baik dan terus meminum obat juga mengobati luka dengan ramuan yang diberikan tim medis. Dan sekitar tengah malam kala mereka mendengar derap kaki kuda dari kejauhan yang semakin mendekat. Kwang Hee yang masih di depan api unggun menghangatkan badan serta merta mematikan api lalu mengajak Shin Hye bersembunyi di belakang pohon.
"Mungkin mereka perampok atau penjajah lagi, kita harus sembunyi." bisiknya kepada Shin Hye.

Penunggang kuda itu berjumlah 2 orang. Mereka menghentikan lari kudanya di tempat itu sebab melihat ada tenda dan bekas api unggun yang masih mengepulkan asap. Samar-samar terdengar obrolannya.
"Kita beristirahat saja dulu disini." ajak salah satu.
"Tenda siapa ini? Milik prajurit kita atau prajurit tuan rumah? Atau bukan keduanya?"
"Kurasa bukan keduanya. Pasukan tuan rumah mengalahkan prajurit kita dan sekarang kudengar sudah bergabung dengan pasukan di perbatasan selatan."
"Kau benar, mungkin ini tenda milik orang yang sedang melakukan perjalanan jauh. Tapi kenapa kosong?"
"Kosong?"
"Nde."
"Baguslah kalau kosong, jadi bisa kita pakai untuk bermalam."
"Tapi bagaimana kalau mereka datang saat kita sedang tidur?"
"Kita segera bangun dan habisi saja. Mereka pasti hanya sedikit kalau tendanya hanya sebesar ini."
"Iya, benar. Yang penting pagi-pagi sekali kita pergi dari sini. Kita harus segera tiba di istana sebelum peperangan di perbatasan selesai. Kita harus menculik Raja untuk kita jadikan tawanan perang. Dengan demikian mereka tidak akan bisa lagi menghalangi pasukan kita memasuki kerajaan ini bila Rajanya kita tawan." ceracau salah satu membuat Kwang Hee dan Shin Hye sama-sama menahan napas.

"Mereka suku Han." bisik Kwang Hee.
"Kalau begitu kita pergi sekarang saja, Oppa." ajak Shin Hye.
"Pergi kemana?"
"Ke perbatasan. Kita harus memberitahukan rencana mereka supaya penjagaan di istana diperketat."
"Tunggu mereka tidur lelap dulu baru kita pergi."
"Eoh."
Mereka tetap di belakang pohon sampai kedua orang itu tertidur lelap.

Semalaman Shin Hye dan Kwang Hee menempuh perjalanan menuju perbatasan wilayah selatan. Matahari naik sepenggal dari punggung gunung saat mereka tiba. Shin Hye langsung meminta bertemu dengan kapten, namun agaknya isyu tentang penyamarannya sudah menyebar diantara para prajurit menyebabkan dirinya dicekal oleh prajurit wilayah perbatasan. Shin Hye dan Kwang Hee tidak diijinkan bertemu kapten dan komandan siapa pun disana.
"Kau bilang kalian akan penyampaikan informasi penting? Menurutmu informasimu itu akan dipercaya setelah apa yang kau lakukan? Membohongi Kapten dan seluruh jajaran militer kerajaan?" bentak prajurit yang berjaga di pintu masuk.
"Masih beruntung Kapten Jung membiarkanmu hidup. Sekarang kalian cepat kembali saja sebelum komandan disini melihatmu dan muak pada kalian." tambahnya pedas.
"Kalau begitu tolong sampaikan kepada Kapten dan komandan perang, untuk semakin memperketat penjagaan istana. Semalam kami mendengar prajurit suku Han berencana menculik Yang Mulia Raja untuk memecah pertahanan. Segera kirim utusan ke istana untuk mengamankan Yang Mulia Raja!" desak Shin Hye.
"Kau pengkhianat tidak harus memikirkan keselamatan Paduka Raja. Kau pikir kami berbondong-bondong ke perbatasan dan melalaikan penjagaan terhadap istana? Pergi sana! Sebelum aku menebas lehermu."
Shin Hye menatap tajam wajah prajurit kurang berbudi itu, rasanya ingin saja menyambit mulutnya andai tidak sadar situasi.
"Ayolah kita pergi! Sebaiknya kita tidak memikirkan lagi tentang peperangan ini. Ayo cepat kita pulang saja!" ajak Kwang Hee yang merasa kesal terhadap prajurit itu tapi sepertinya ucapannya benar.
Mereka tidak harus mengkhawatirkan keselamatan Raja sebab tentunya para penjaga di istana lebih waspada lagi melakukan penjagaan terlebih pada masa perang seperti ini.

Mereka akhirnya meninggalkan perbatasan dengan sangat kecewa karena usahanya hanya dipandang sebelah mata oleh salah satu prajurit. Mereka mengarahkan kudanya untuk pulang ke tempat tinggal mereka. Kwang Hee gembira karena mereka akhirnya pulang. Namun di tengah jalan Shin Hye membelokan arah.
"Aku tetap akan pergi ke istana, Oppa. Aku harus memberitahu penjaga istana." beritahunya.
"Maldoandwe, Shin Hye. Tidak akan ada yang mendengarkan kita. Kau akan diperlakukan sama seperti oleh prajurit perbatasan tadi. Jangan buang waktu, lebih baik kita pulang saja!" tepis Kwang Hee tidak setuju.
"Tapi kita tidak bisa mengabaikan keselamatan Yang Mulia Raja."
"Ada prajurit yang berjaga di istana, kita tidak harus khawatir."
"Tidak ada yang tahu tentang rencana penculikan Paduka Raja, Oppa. Kita harus memberitahunya. Dan perculiknya itu mungkin sekarang sudah dekat dengan istana. Kita harus cepat sebelum dia sampai disana." Shin Hye malah melarikan kudanya semakin cepat menuju istana. Kwang Hee akhirnya mengikuti. Yang sangat ia khawatirkan kesehatan Shin Hye yang belum pulih benar, maka ia tidak membiarkannya.

TBC

The Beautiful WarriorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang