1

530 100 12
                                    

Daratan itu mencuat dari aliran sungai berair deras yang menganga seakan membelah wilayah menjadi 2 bagian. Memisahkan savana yang menghampar bak permadani raksasa dan hutan yang rimbun jauh di seberang sana. Hutan yang tampak angker, gelap dan misterius. Dari atas bukit sebagai batas dataran savana, seorang penunggang kuda terduduk tegap diatas punggung kuda dengan mata memindai seluruh pemandangan seakan mempelajari situasi. Rambutnya yang panjang berkibar-kibar ditiup angin, membuat elok penampilannya.
Serpihan kain merah pengikat sebagian rambutnya turut melambai-lambai menampilkan sosoknya yang anggun dibalik ke gagahannya.

Di belakang, seorang penunggang kuda lain datang menjajarinya.
"Mwo-hae?" tanyanya akan yang dia lakukan. "Apa yang kau lihat disini, hingga kau selalu saja meluangkan waktu untuk melihat pemandangan itu dari sini?" lanjutnya penasaran.
"Bukan apa-apa, aku hanya suka saja melihat pemandangan itu dari sini. Savana ini sangat indah tapi sekaligus magis." kilah si penunggang kuda pertama, yang tampaknya seorang gadis, tanpa melepaskan pandangan. "Dan aku berpikir apa aura magis savana ini mulai berkurang? Sebab para pemuda dari desa bahkan mulai berani membawa ternaknya merumput disini." kernyitnya penuh tanya.
Tapi informasi itu sama sekali tidak menarik bagi temannya, karena terlihat ekspresi wajahnya yang tampak bosan.
"Kau sangat intens memperhatikan perubahan tempat ini dari waktu ke waktu, Shin Hye-ya. Aku tidak mengerti jalan pikiranmu."
"Kau tahu Oppa, ayah bilang sungai itu tempat bangsa Han melemparkan mayat-mayat yang gugur dalam pertempuran mempertahankan wilayah perbatasan ini. Dan di hutan angker itu banyak penduduk desa yang dibantai lalu mayatnya dijatuhkan ke sungai." lanjutnya dengan sebuah cerita tragis.
"Aigo... Malah cerita seram itu yang ada di benakmu. Seluruh gadis di kota sekarang sedang sibuk mempersiapkan diri untuk mengikuti kontes kecantikan, sebab pemenangnya nanti akan diikut sertakan pada kontes serupa tingkat kerajaan untuk dipilih menjadi selir putra mahkota. Kalau pun kalah dia tetap punya peluang untuk dipilih para pejabat dan saudagar kaya." jelas pria muda itu tampak jengkel.

Seketika gadis itu menuding padanya. "Oppa, tolong jangan cerita tentang itu kepada Eommoni dan Harmeoni! Jangan cerita apa-apa pada mereka, eoh?" pintanya memohon.
"Neo babo-ya? Kalau pun aku tutup mulut tentang kabar itu, juru bicara kerajaan telah mengumumkannya ke seluruh penjuru kota. Ibu dan nenekmu pasti sudah mengetahuinya. Makanya kau dengan adikmu segera bersiap mengikuti kursus merias diri. Bukan selalu tampil kayak pria begini."
"Ish...!" gadis itu berdesis kesal.
"Kau punya waktu 1 bulan untuk mengikuti berbagai kursus, Shin Hye-ya. Kursus memasak, kursus merias diri dan kursus kepribadian..."
"Tutup mulutmu, Lee Kwang Hee!" teriaknya sambil menarik tali kekang kuda diarahkan ke arah temannya dengan maksud memukul temannya itu.
Tapi temannya itu pun segera memutar arah kuda untuk meninggalkannya.
"Kau harus mengikuti banyak kursus kewanitaan supaya seperti wanita sungguhan, Shin Hye-ya." dia balas berteriak sambil melarikan kudanya.
"Kurang ajar! Aku tidak akan melepaskanmu, lelaki jadi-jadian!" balasnya pula sambil menendang perut kuda, kuda itu pun berderap mengejar kuda temannya yang sudah melesat lebih dulu menuruni bukit.

Mereka adalah 2 orang sahabat. Park Shin Hye dan Lee Kwang Hee. Mereka dekat sejak kecil dan memiliki kepribadian seperti yang tertukar. Shin Hye yang adalah perempuan gagah, jago berkelahi dan sangat pemberani. Sebaliknya Kwang Hee seorang pria, lembut, sedikit kemayu dan penakut. Karena mereka tumbuh bersama, sejak kecil Shin Hye-lah yang selalu melindungi Kwang Hee. Kwang Hee pula yang sering membuatkan makanan untuk Shin Hye bukan sebaliknya. Dan keduanya berasal dari keluarga terpandang di kota itu. Ayah Shin Hye adalah mantan veteran perang yang disegani, sedangkan ayah Kwang Hee pedagang kaya yang kakek buyutnya selalu memberi sumbangan untuk keperluan perang.

Lalu Kwang Hee cerewet dan Shin Hye sadis. Tapi mereka seperti tidak bisa dipisahkan. Walau seakan tidak bisa terpisahkan, mereka pun bukan merupakan pasangan kekasih. Bahkan bukan sekedar calon pasangan. Keduanya tidak saling menyukai lebih dari teman. Dan semua orang tahu Shin Hye bukan tipe gadis ideal Kwang Hee, demikian pula Kwang Hee bukan tipe ideal Shin Hye. Kwang Hee terlalu lemah untuk Shin Hye, sebaliknya Shin Hye terlalu perkasa untuk menjadi seorang istri. Mereka sangat tidak serasi. Kwang Hee justru sangat mendukung Shin Hye untuk mengikuti kontes kecantikan. Sebab setelah mengikuti kontes nanti biasanya mudah mendapatkan jodoh pejabat atau saudagar kaya. Kontes ini tiada lain jalan pintas untuk mendapat jodoh yang mapan bagi para gadis. Jadi pasti gadis-gadis dan orang tua yang memiliki anak gadis tidak akan melewatkan kesempatan ini.

Kecuali Park Shin Hye, yang diragukan kewanitaannya oleh Kwang Hee. Lantaran sekali saja tidak pernah tertarik dengan kontes itu. Sejak remaja, sejak acara 3 tahunan itu mengijinkannya untuk ambil bagian, yakni pada usia 17 tahun, Shin Hye selalu menolak untuk ikut serta. Ia bahkan benci acara itu.
"Mereka pikir wanita itu binatang ternak? Enak saja dikonteskan... Dan pemenangnya nanti akan dilelang. Siapa pejabat atau saudagar yang bisa membayarnya paling mahal, maka dia yang akan menjadi suaminya. Aku bukan wanita seperti itu, Oppa." tepis Shin Hye keras. Sejak awal pun demikian dia memaknai kontes kecantikan itu.
"Aigo... Gadis lain menunggu moment ini. Dan apa salahnya dengan tujuan kontes? Ini adalah jalan bagi gadis-gadis kurang beruntung tapi memiliki potensi, untuk mendapatkan suami orang terpandang. Dengan cara yang fair yaitu kontes. Kau tidak boleh sinis hanya karena kau tidak punya peluang menang bila ikut." tangkis Kwang Hee berbeda pandangan.
"Apa kau bilang? Aku tidak punya peluang untuk menang?" tak urung Shin Hye muntab mendengar ucapan pedas itu.
"Lihat sendiri gadis-gadis cantik seperti apa yang mengantri nomor peserta. Mereka anggun, pandai berdandan. Itu baru tampilan luarnya. Nanti saat dites memasak pasti mereka jago juga... Lalu bandingkan dengan dirimu yang seperti pria. Aku yakin, kau ini pria yang terjebak dalam tubuh wanita. Makanya jadinya seperti dirimu." Kwang Hee semakin tidak terkendali.

Dan... Plak! Sebuah tamparan menyarang di mulutnya membuat lelaki kemayu itu melotot.
"Apa yang kau lakukan?" teriaknya marah campur kaget.
"Apa itu rasanya sakit?" belalak Shin Hye tak kalah kesal.
"Tamparanmu itu pun seperti tamparan pria, arro? Pria mana yang akan mau padamu?" Kwang Hee semakin marah.
"Asal kau tahu saja, pria yang akan datang padaku adalah pria berkualitas tinggi. Mungkin dia itu diperebutkan oleh banyak gadis, bahkan gadis-gadis berkualitas tinggi pula. Tapi matanya hanya tertuju padaku. ARRO? Pria seperti itu yang akhirnya akan kumiliki." Shin Hye balas menyalak. Keduanya tak ubah seperti memperdebatkan pepesan kosong.

Dan memang seperti itu mereka. Ribut-ribut sebentar kemudian rukun lagi. Tidak akan pernah rukun lama begitu pula tidak akan bertengkar lama. Masih basah mulut Shin Hye menolak ikut serta, Kwang Hee tiba-tiba hilang dari sisi Shin Hye. Saat kembali tangannya membawa nomor peserta kontes.
"Igeo-yo! Aku mendapatkan nomor cantik untukmu. 8 angka keberuntungan. Ambil!" ucapnya seraya menyerahkan daun lontar yang diatasnya tercetak angka 8.
"Jadi kau menghilang untuk mengantri nomor ini? Neo babo-ya? Kalau kau sangat menghendaki untuk ikut kontes itu, Oppa saja yang pergi!" semprot Shin Hye marah bukan main.
"Kau jangan bermimpi untuk mendapat pria berkualitas tinggi tanpa ikut kontes. Pria-pria berkualitas tinggi yang kau maksud itu tidak akan bisa melihatmu bila kau tidak ada dalam kontes. Nomor ini biar aku yang pegang, kau hanya perlu mempersiapkan diri. Kontesnya bulan depan." putus Kwang Hee mengamankan nomor peserta ke dalam bajunya. Setelah itu ia menghampiri kuda. "Ayo kita pulang!" ajaknya.
Shin Hye membulatkan kepal dengan wajah geram tapi sambil melangkah mendekati kudanya pula. Ia mengejar Kwang Hee yang sudah berlari dengan hati dongkol.

TBC

Ah, mencari foto urri Shinnie mengenakan hanbok sulitnya setengah mati... Apalagi b'penampilan spt gadis jaman joseon. Nihil.

Sth kupikir2, mmg my angel tdk pernah main drama saeguk. Ada film The Royal Tailor, karakternya bukan sbg gadis biasa, apalagi semacam pendekar... melainkan sbg ratu.

Jadilah kemampuan editing-ku ditantang lagi... Yes, ku edit saja foto org lain berhanbok dan kuganti wajahnya dgn wajah cantik urri angel.

I think, not bad...😝

How do u think?

The Beautiful WarriorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang