18

346 88 18
                                    

Benar saja, saat tiba di istana sedang terjadi perkelahian antara pasukan penjaga istana dengan sekelompok orang tidak dikenal. Mereka mengenakan topeng dengan kemampuan ilmu bela dirinya tingkat tinggi. Maka walau jumlahnya lebih sedikit tapi dengan mudah merontokan perlawanan penjaga yang jumlahnya banyak dan berlapis. Dan dari pakaian yang dikenakannya terlihat mereka bukan prajurit suku Han, namun seperti sekelompok berilmu tinggi yang sengaja disewa. Bisa juga mereka adalah para pembunuh bayaran.
"Sepertinya mereka bukan prajurit, Shin Hye-ya. Lihat saja kemampuan bertarungnya tidak seperti prajurit." bisik Kwang Hee.
"Eoh, mereka para pembunuh bayaran. Mereka orang-orang berilmu tinggi, lihat walau jumlahnya sedikit tapi mampu membuat para penjaga istana berjatuhan." tukas Shin Hye.
"Lalu apa yang harus kita lakukan? Sama dengan bunuh diri kalau kita ikut melawannya. Apalagi lukamu belum sembuh betul."
"Tidak ada cara lain selain kita yang harus menyusup ke dalam dan menculik Paduka Raja, Oppa. Kita selamatkan Paduka Raja."
"Tidak mungkin, Shin Hye-ya! Kita ini hanya berdua..." Kwang Hee menolehnya cepat.
"Tapi kita pasti bisa. Ayo ikut aku, cepat!" Shin Hye menarik tali kekang kudanya mengarahkan ke belakang istana.
"Aish..." Kwang Hee tidak punya pilihan selain mengikuti.

Shin Hye akan menyusup ke dalam istana melalui pintu rahasia. Ia tahu tentang pintu rahasia istana mendengar dari cerita ayahnya. Dan ia masih mengingat dimana letaknya sebab saat kecil dulu ayahnya pernah menunjukannya kala mereka bermain ke istana.
"Dengar, aku akan masuk ke dalam melalui pintu itu. Oppa tunggu disini! Nanti aku akan keluar membawa Paduka Raja, kau berkuda bersamanya. Dan aku akan mengawal dari belakang." Shin Hye menyampaikan rencananya.
"Lalu kita akan bawa pergi kemana Paduka Raja?" ringis Kwang Hee.
"Rumah kita. Kita sembunyikan Paduka di rumah kita."
"Maldoandwe, Shin Hye!" Kwang Hee menggeleng. Ia tidak merasa rencana itu baik dan akan berjalan semudah mengatakannya.
"Atau kau punya ide lebih baik?" tatap Shin Hye.
"Menurutku kita hanya harus pulang. Menyelamatkan Paduka Raja itu mustahil."
"Jadi kau lebih suka suku Han merebut kekuasaan dan menduduki kerajaan?"
"Ani."
"Kalau begitu kau tidak punya pilihan. Lebih baik kita mati saat membela raja kita. Itu lebih terhormat, Oppa. Daripada pulang dan di rumah kita gelisah sepanjang waktu sebab tahu Paduka akan diculik tapi kita tidak melakukan upaya apa pun untuk mencegahnya."
"Tapi apa usaha kita ini akan berhasil? Bagaimana bila kau malah ditangkap di dalam?" Kwang Hee sangat khawatir, sebab bagaimana pun Shin Hye baru tertangkap sebagai pengkhianat karena menyamar.
"Tunggu hingga matahari condong ke barat, bila aku tidak keluar juga, Oppa pulang. Artinya terjadi sesuatu terhadapku di dalam."
"Aniyo, Shin Hye-ya! Kau tidak boleh..." Kwang Hee tidak sanggup melanjutkan kalimatnya.
"Tapi bisa juga aku keluar dengan mudah dengan membawa Paduka. Pikirkanlah hal yang baik, Oppa."
"Nde, cepat masuklah kalau begitu! Aku akan menunggumu disini. Dan walau terluka jika kau bisa melarikan diri, keluarlah lagi dari pintu itu!"
"Aku janji aku tidak akan terluka. Aku pergi. Tunggu aku, eoh! Tidak akan lama..." Shin Hye lompat dari punggung kuda menuju pintu rahasia yang dindingnya ditumbuhi tumbuhan rambat. Kwang Hee menghela napas dalam sepeninggalnya.

Di komplek istana suasana terasa mencekam, mengendap Shin Hye menuju gedung utama. Yaitu tempat Raja berada. Penjaga berlapis di depan pintu, untuk bisa memasukinya Shin Hye pasti dihadang para penjaga berseragam dan bersenjata lengkap itu. Sebab mereka tidak mengenalinya. Oleh karena itu ia mencari tempat masuk lain. Ia menaiki atap. Melalui atap ia memasuki bagian belakang gedung utama. Dan rupanya Paduka Raja sedang berhadapan dengan 2 orang asing yang akan menculiknya. Penculik tersebut sepertinya bagian dari gerombolan pengacau diluar yang menyusup ke dalam istana dan lolos dari penjagaan ketat yang disiagakan.

Raja sedang bersitegang dengan kedua orang itu yang akan membawanya. Raja hanya sendiri, beberapa orang yang menjaganya bergeletakan di lantai depan pintu, berhasil dilumpuhkan penyusup. Shin Hye segera menarik busur panahnya. Dari celah sempit ia membentangkan busur membidik leher salah satu penculik. Bidikannya itu harus mampu membuat orang itu langsung terkapar, sehingga akan lebih mudah baginya berhadapan satu lawan satu dengan yang tersisa. Tidak mudah sebab orang itu terus saja bergerak. Dan setelah sekian menit berkonsentrasi ia lantas melesatkannya. Tepat sekali pada sasaran, yaitu anak panahnya menancap pada leher membuat orang itu seketika berteriak dan sempoyongan. Raja dan si penculik sama-sama kaget, si penculik langsung bersiaga seraya memendar pandangan mencari arah datangnya anak panah yang mungkin akan menyerangnya pula. Melihat itu Shin Hye segera pula melemparkan pisau kecil membuat penculik itu sibuk menangkis. Disusul pula oleh serangan anak panah. Keduanya meleset lantaran si penculik sigap menangkis, namun dia menjadi sangat repot melawan serangan gelap darinya. Setelah yakin yang kena sambar anak panahnya terkapar tak berdaya baru Shin Hye menampakan diri, dengan pedang ditangan siap ia hunuskan.

Perkelahian pun terjadi. Permainan pedang Shin Hye semakin baik sejak mengikuti pelatihan militer. Skill berkelahinya jauh meningkat karena setiap hari berlatih. Melihat itu Raja pun mengambil pedangnya turut menyerang sang penculik. 2 melawan 1. Sebab yang satu tidak bangun lagi. Dengan ilmu bela diri tingkat tinggi yang dimiliki penculik itu tidak mudah dilumpuhkan meski oleh berdua. Berulang kali Shin Hye dan Raja terjatuh, namun akhirnya Shin Hye berhasil menembuskan pedangnya ke perut penculik membuat pria berpostur tinggi besar itu berhenti melawan.
"Sebaiknya Paduka ikut hamba!" ajak Shin Hye melihat lawannya roboh ke lantai.
"Kemana? Dan siapa kau? Apa kau ini penculik lain?" tatap Raja tidak mempercayai Shin Hye meski sudah membantunya lepas dari 2 orang suku Han tadi.
"Hamba menghaturkan sembah, Yang Mulia. Nama hamba Park Shin Hye. Hamba warga sipil yang dilatih Kapten Jung di gunung Baekdu untuk memperkuat pasukan militer kerajaan. Hamba bukan musuh. Hamba datang karena mengetahui rencana penculikan terhadap Paduka. Percayalah kepada hamba! Diluar istana saat ini sedang terjadi perkelahian. Kedua orang ini membawa pasukan untuk mematahkan penjagaan istana. Bila Paduka tidak segera lari, akan sangat berbahaya untuk keselamatan Paduka." jelas Shin Hye.
"Apa kau tidak berbohong? Bukankah pasukan Kapten Jung sekarang sedang memperkuat pasukan wilayah selatan? Mengapa kau tidak bersama pasukanmu?"
"Benar, Kapten Jung menendang hamba dari pasukan setelah penyamaran yang hamba lakukan terbongkar. Kapten harusnya membunuh hamba, namun kerajaan berhutang nyawa terhadap hamba setelah hamba menyelamatkan beliau. Saat seluruh pasukan meninggalkan hamba sendiri, ketika itulah hamba mendengar rencana penculikan ini. Mohon Paduka percaya terhadap hamba. Demi keselamatan kerajaan." hiba Shin Hye jengkel sebab berkejaran dengan waktu. Keburu saja gerombolan penculik itu memasuki istana, bila itu terjadi Raja tidak akan bisa meloloskan diri.

Raja menatap Shin Hye dari kepala hingga kaki.
Si penculik yang tertusuk itu terlihat bangun lagi, Shin Hye sigap membereskannya lagi dengan menambah tusukan di dada, kembali dia roboh. Melihat itu Raja pun tidak berkeras lagi. Meski inginnya ia bertanya seperti ini :
"Penyamaran bagaimana yang kau lakukan hingga Kapten menuduhmu sebagai pengkhianat?"
Tapi hanya dihati saja, selanjutnya ia mengikuti langkah Shin Hye yang membawanya menuju pintu rahasia. Saat melalui pintu itu pun Raja penasaran lagi, kenapa pemuda ini mengetahui pintu ini?
"Mengapa kau mengetahui pintu ini? Siapa sebetulnya kau?" sambil berjalan Raja melontarkan rasa penasarannya.
"Hamba tidak punya waktu untuk menjelaskan. Tapi nanti semuanya akan hamba jelaskan. Mohon cepatlah Paduka berjalan!" Shin Hye inginnya mendorong punggung Raja supaya cepat. Bahaya bila sampai ada yang melihat.

Di depan pintu rahasia Kwang Hee kaget mendapati Shin Hye bersama Raja.
"Silakan Paduka naik bersama teman hamba. Hamba akan mengawal dari belakang." perintah Shin Hye kepada Raja. "Oppa, Paduka akan menaiki kudamu." tegur Shin Hye kepada Kwang Hee yang malah bengong tidak percaya.
"O, nde. Silakan Paduka naik!" Kwang Hee memperbaiki posisi duduknya diatas punggung kuda.
Raja pun semakin bingung mendengar panggilan Shin Hye terjadap temannya itu. Oppa? Apa anak muda ini perempuan? Batinnya. Tapi Kwang Hee segera memacu lari kudanya meninggalkan istana diikuti Shin Hye dibelakang mengawalnya.

TBC

The Beautiful WarriorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang