6

259 85 12
                                    

Shin Hye dengan langkah tegap dan tanpa ragu melenggang ke dalam gedung.
"Wakil dari keluarga Park Yong Soo!" teriak panitia.
"Nde, nae-ya." sambil berjalan Shin Hye mengacungkan tangan.
"Ireumi?"
"Park Shin..." suara Shin Hye lantang tapi tiba-tiba Kwang Hee menedang kakinya hingga Shin Hye terhuyung, sontak ia menuding ke belakang dan mata pria itu sedang melotot padanya mengisyaratkan sesuatu.
"Park Shin...?" tanya petugas yang sedang mencatat.
"Yang." lanjut Shin Hye.
Kwang Hee menghembuskan napas.
"Namaku Park Shin Yang, Tuan." tandasnya dengan suara yang dibuat berat seperti laki-laki.
Bahkan dia tidak siap dengan nama laki-laki. Nyaris saja dia menyebutkan nama perempuan, nama aslinya. Kwang Hee jantungan sendiri.

Setelah diidentifikasi dan dicatat sebagai perwakilan keluarganya, maka Shin Hye sudah tidak bisa lagi mundur. Apa pun alasannya. Dan dengan identitas barunya sebagai anak laki-laki bernama Park Shin Yang, dirinya tidak boleh membuat kesalahan yang bisa menunjukan identitas aslinya yakni seorang gadis. Sebab pertaruhannya tidak main-main. Yaitu nyawanya sendiri. Alias penyamarannya tidak boleh sampai tercium oleh siapa pun. Shin Hye setengah mati harus menjaganya. Hal itulah yang sangat menggelisahkan Kwang Hee. Mampukah Shin Hye bertahan dengan identitas barunya tanpa diketahui para prajurit lain selama mengikuti pelatihan yang tidak jelas untuk berapa lama? 1-2 hari saja tentu mudah, tapi ini untuk jangka waktu yang tidak bisa ditentukan. Apa Shin Hye menyadari itu?

Dibawah pohon Kwang Hee duduk seraya memijat kepalanya yang tiba-tiba terasa pening. Shin Hye pun di sekitarnya terlihat sangat gugup sekarang.
"Otteokajo jigeum, Oppa?" tanyanya seperti yang baru sadar akan kesembrono-annya.
"Mulai sekarang kau pria, jangan panggil aku oppa." peringat Kwang Hee.
"Ah, maja. Hyung... Aku akan memanggilmu begitu mulai sekarang."
"Kau tidak bisa mundur lagi sekarang. Kesempatanmu untuk lari tidak ada lagi. Dan kau harus bertanggung jawab dengan pilihanmu ini. Kau tidak boleh sampai diketahui orang-orang bila ingin selamat. Dari hal paling kecil kau harus berubah menjadi seorang pria, arrachi?"
"Dan Op... ani, kau harus mengingatkanku setiap saat supaya aku tidak lupa, eoh Hyung? Ah... tidak enak sekali memanggilmu begitu." ringis Shin Hye.
"Kau tidak punya pilihan, Shin... Yang-ssi." ejek Kwang Hee. "Jelek sekali memilih nama Shin Yang." cibirnya.
"Spontan. Sebab aku belum memikirkannya. Aku hampir tidak merubah namaku tadi."
"Iya, kau sangat ceroboh. Hampir celaka di hari pemanggilanmu untuk masuk kamp pelatihan. Kau sekarang laki-laki, itu harus selalu kau ingat."
"Nde, aguesmidha."

Setelah perwakilan setiap keluarga diidentifikasi satu persatu, siapa mewakili siapa, semuanya kemudian di berangkatkan ke kamp pelatihan. Yaitu sebuah tempat di kaki gunung. Lahan luas yang terdiri dari dataran, perbukitan dan sungai. Di dataran itu dipasang tenda-tenda tempat beristirahat. Sedangkan masak dengan api unggun. Dan untuk membersihkan badan, tinggal pergi ke sungai. Shin Hye meringis menyadari tidak ada tempat yang cukup pribadi untuknya. Semua tempat untuk bersama-sama. Satu tenda diperuntukan bagi 1 regu yang terdiri dari 10-14 orang calon prajurit. Dan semuanya ada 10 tenda dengan ukuran sama. 3 tenda berbeda bentuk serta ukuran, 1 dari yang 3 itu untuk komandan, yaitu prajurit sungguhan yang berpangkat Kapten. Dan 2 lainnya untuk wakil-wakilnya, juga prajurit betulan. Serta 1 tenda paling besar yang akan digunakan sebagai markas.

Shin Hye dan Kwang Hee saling pandang. Untungnya mereka kebagian tenda yang sama. Tapi tetap saja ada 10 orang lain bersama mereka.
"Ah, sungguh gila aku harus bersama-sama dengan mereka." dumelnya jelas tidak suka.
"Apa boleh buat, sebab ini pilihanmu. Kau nikmati saja jangan banyak mengeluh!" tukas Kwang Hee.
"Mudah-mudahan aku bisa melaksanakan tugas pelatihan ini sampai tuntas dengan baik. Demi ayahku."
"Eoh, semoga kau tahan dan selamat hingga akhir!"
"Nde, kita semua semoga selamat sampai akhir." Shin Hye mengamini.

Hari pertama calon-calon prajurit yang berjumlah 120 orang dari berbagai pelosok kerajaan dengan berbagai profesi dan usia itu, diberi penjelasan tentang aturan yang berlaku selama berada di kamp mengikuti pelatihan. Karena mereka adalah warga sipil yang akan dilatih militer, bukan sekolah khusus untuk para prajurit, mulai dari usia hingga bentuk tubuh mereka terlihat acak. Saat berbaris, tinggi mereka seperti grafik batang dalam sebuah visualisasi data. Tidak rata, dengan kesenjangan tinggi badan yang cukup signifikan. Begitu pula bentuk badan, dari yang krempeng sampai bulat, lengkap. Bila dilihat dari usia, dari usia 20 sampai dengan 50 ada. Seperti penduduk 1 kampung saja.

Maka komadan regu, yaitu prajurit sungguhan, membagi mereka berdasarkan kelompok umur. Kelompok umur 20, 30 dan 40. Karena yang berusia 50 hanya beberapa saja, mereka digabung ke kelompok usia 40. Dan karena anggota paling banyak pada kelompok usia 20, kelompok ini dibagi lagi menjadi beberapa kelompok. Sehingga semuanya menjadi 10 regu. Yang masing-masing anggotanya 10 sampai 14 orang. Dimana setiap 5 regu berada dalam pengawasan dan tanggung jawab prajurit sungguhan atau disebut komandan regu.
Dan komandan regu Shin Hye bernama Choi Kang Ji. Pria berusia 45 tahun itu jutek dan galak merasa sebagai prajurit sungguhan. Shin Hye sampai jantungan antara kesal dan tidak bisa melawan.

"Selama 10 hari pertama, kalian akan mendapat pelatihan dasar dari kami bertiga, para komandan regu. Dan bila sudah dinilai cukup, maka Kapten akan datang untuk melanjutkan memberikan gemblengan. Oleh sebab itu, tidak ada waktu bagi kalian untuk santai di kamp ini. Mengerti?" teriak Choi Kang Ji mengintimidasi.
"Mengerti!" koor mereka.
"Bagus!"

Dan sejak hari itu peserta pelatihan memulai dengan latihan fisik. Berlari menaiki dan menuruni bukit, berjalan sambil membawa beban bahan makanan, yang terdiri dari beras, sayur dan rempah-rempah. Diangkuti dari gerobak yang diparkir jauh di kaki gunung. Lalu untuk memasaknya membawa air bersih dalam tembikar dimana sumber air minumnya ada di sela bebatuan di atas gunung. Setiap hari, setiap pagi dan petang, mereka harus mengambil air bersih tersebut dan ditampung di sebuah tempat semacam drum hingga penuh.

Pada hari pertama itu, Shin Hye pergi ke sungai untuk membersihkan badan sengaja paling belakang. Menunggu semua orang pergi dari sana. Walau harus menunggu lama dan tubuh terasa sangat tidak enak, apa daya? Akhirnya ia baru dapat berkubang di sungai setelah langit gelap. Akibatnya ia pun tidak segera nyemplung ke air. Disamping terasa sangat menakutkan, udara malam juga membuat suhu air sungai sangat dingin. Shin Hye mematung di pinggir air. Jujur saja ia takut. Bagaimana kalau ada buaya atau ular?
"Kau tidak akan mandi?" tanya Kwang Hee yang bermaksud mencuci tangan dan melihatnya tidak segera lompat ke dalam air padahal sungai sudah sepi.
"Kau mau temaniku disini?" lirik Shin Hye.
"Mwo...? Kau minta aku menontonmu mandi?" belalak Kwang Hee.
"Aku takut mandi sendiri."
"Harusnya tadi kau nyebur saja bersama mereka..." Kwang Hee jengkel.
"Michyeoss-eoyo?" pelotot Shin Hye. "Bagaimana kalau mereka memergokiku?"
"Kalau begitu kau nyebur cepat."
"Tapi kau tunggui aku di situ, eoh? Ngeri sekali kalau ada ular atau buaya." ringis Shin Hye.
Kwang Hee diam. Ada benarnya juga.
"Ya sudah, sana cepat. Aku tunggui disini."
"Gomowo."

Di bawah sinar bulan yang tidak terlalu benderang Shin Hye berkubang mandi sambil ditemani Kwang Hee yang berdiri membelakanginya. Merepotkan saja. Tapi dirinya juga jelas tidak bisa masa bodoh. Sebab kalau penyamaran Shin Hye ketahuan, taruhannya nyawa dengan cap sebagai pengkhianat. Itu sungguh tidak adil. Dan meski Shin Hye takut binatang melata, tidak ada pilihan. Dari pada tidak mandi setelah seharian bagai kuli. Tubuhnya lengket oleh keringat dan dibaluri debu serta kotoran. Menjijikan!

TBC

Ini kamp pelatihan versi aku ya, klo banyak tdk sama dgn asli sebuah kamp pelatihan militer... Ya maklumin saja. Ok, voters?😊

The Beautiful WarriorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang