3

307 82 11
                                    

Putra mahkota kerajaan adalah juga seorang prajurit. Seperti halnya putra panglima perang, dia pun pernah mengenyam pendidikan militer di Eropa. Sayangnya tidak sampai selesai, sebab terdesak dengan keinginan segera menikah. Dan sekarang dia sudah memiliki 2 orang anak dari pernikahannya dengan putri mahkota sebuah kerajaan, serta 2 anak dari 2 orang selir.
Mendengar putra panglima perang pulang dari pendidikannya dia pun memanggilnya ke sebuah klub malam.
"Aigo... Kapten Jung! Kau semakin gagah saja. Apa kabar, Yong Hwa-ya?" sapanya begitu pria muda itu menghampirinya.
"Kabar baik, Yang Mulia. Apa kabar, Paduka Putra Mahkota?" bungkuk Yong Hwa.
"Antara baik dan tidak baik kabarku, Yong Hwa-ya. Kau pulang karena Ayahanda Raja memanggilmu?"
"Benar, Yang Mulia."
"Ah, bangganya ayahmu padamu pasti, Yong Hwa-ya. Kau berhasil menyelesaikan pendidikan perwira dan sekarang kau sedang menempuh pendidikan militer lebih tinggi lagi. Bukan hanya Panglima Jung yang merasa bangga, tetapi ayahku juga." ceracaunya seperti yang menyesali dirinya harus putus di tengah jalan untuk menjadi seorang perwira.
"Menjadi angkatan perang adalah cita-citaku sejak kecil, Yang Mulia. Jadi aku akan berusaha untuk mewujudkannya." kilah sang Kapten rendah hati.
"Eoh, kau sejak kecil selalu mengatakan itu bila ditanya apa cita-citamu."
"Betul." senyum Yong Hwa.

"Sekarang aku betul-betul kesal kepada suku Han. Mereka menyatakan perang bersamaan dengan akan dilaksanakannya kontes kecantikan." sungut Putra Mahkota.
"Apa itu, Yang Mulia?" Yong Hwa menatap wajah Putra Mahkota dengan kening berkerut.
"Adu cantik wanita seluruh penjuru negeri, pemenangnya nanti akan menjadi selirku." senyum pangeran tampan itu.
"Lagi...?" pekik Yong Hwa spontan. "Maaf, Yang Mulia. Tapi bukankah Anda sudah memiliki 3 orang selir?"
"Aku ingin memilikinya banyak, 100 jika perlu." senyum sang pangeran tidak tahu malu. Tapi karena dia seorang putra mahkota, sah saja memiliki keinginan demikian.
"Kau tahu, masuk kehidupan istana adalah prestasi tertinggi bagi setiap wanita di seluruh negeri. Jadi mereka selalu menunggu acara yang diselenggarakan setiap 3 tahun ini. Dan persyaratan pertama bagi peserta adalah mereka harus gadis, yang usianya tidak boleh lebih dari 25 tahun. Itu persyaratan yang mutlak." jelasnya tentang kontes tersebut.
"Pemenangnya nanti akan menjadi selir Paduka, lalu bagaimana jika ada kontestan yang mencuri hati Paduka, tapi dia bukan pemenang?"
"Aku akan nikahi juga. Gampang bukan?"
"Dan ajang ini kapan akan berakhir? Apa setelah selir Paduka genap 100 orang? Demikian, Yang Mulia?" tatap Yong Hwa penasaran.
Putra Mahkota mengedikan bahu. "Mungkin." kilahnya. Yong Hwa tersenyum dalam.

Ah, dasar! Ayahnya sedang setengah mati berpikir mengusir penjajah... Dia malah memikirkan ingin menambah selir. Enaknya jadi Putra Mahkota. Tapi benarkah hal itu mengenakan atau justru sebaliknya? Disaat semua pejabat kerajaan berpikir keras ingin mengusir penjajah.
Jika hanya menikahi gadis cantik yang sebelumnya diseleksi, lalu menghamilinya kemudian lahirlah anak-anak yang merupakan darah dagingnya, apa bedanya peran Putra Mahkota itu dengan binatang ternak? Hanya untuk memperbanyak keturunan guna mempertahankan dinasti. Sejatinya memang demikian tugas seorang Putra Mahkota, mempertahankan dinasti dengan melahirkan banyak keturunan.
"Ngomong-ngomong siapa pacarmu sekarang, Yong Hwa-ya?"
"Tidak ada, Yang Mulia."
"Kau mau datang denganku saat kontes nanti?"
Sekali lagi Yong Hwa hanya tersenyum dalam.
Mereka kemudian mengobrol seperti teman lama hingga jauh malam, meski selisih usia mereka terpaut cukup jauh. Lee Joon Gi, sang Putra Mahkota, 6 tahun lebih tua dari putra Panglima Perang.

Shin Hye dites memasak oleh ibu dan neneknya, hasilnya keduanya meringis mencicipi masakannya itu. Kemudian dites menyapukan makeup di wajah, hasilnya cemong tak karuan. Selanjutnya dites menyeduh teh untuk tamu penting, dia gugup membuat poci dan cangkirnya berjatuhan ke lantai. Karena menuangnya terlalu tegak menyebabkan tutup poci jatuh menimpa cangkir, karena terhantam tutup poci cukup keras cangkir itu pun nungging dan menggelinding menuju ujung meja. Takut jatuh ke lantai refleks Shin Hye menangkapnya. Tapi bersamaan dengan itu cekalannya di kuping poci lepas, akibatnya poci pun jatuh lantas menggelinding ke ujung meja. Akhirnya cangkir beserta pocinya berakhir di lantai. Air teh tumpah membasahi lantai. Padahal yang berperan sebagai tamu pentingnya pun ayahnya sendiri bukan orang lain.

Harmeoni langsung histeris dan memakinya panjang pendek.
"Tidak satu pun yang kau lakukan ada yang benar. Kau ini gadis macam apa setiap pekerjaan wanita tidak mampu kau lakukan?" pekik wanita beruban dan wajahnya keriput itu.
"Maaf, tanganku tergelincir, Harmeoni!" Shin Hye merasa sangat bersalah.
"Kau memang tidak becus melakukan apa pun, betul-betul tidak ada harapan. Mulai besok kau ikut Harmeoni! Kita harus ke rumah Madam Gie. Kau harus mengikuti kursus disana."
Itu yang sangat Shin Hye hindari, belajar tentang kepribadian dan lain-lain di rumah bordil itu.

Madam Gie sendiri seorang transgender. Buat Shin Hye wanita jadi-jadian itu menakutkan. Dan yang teramat menyebalkan darinya yakni kesukaannya mengisap cerutu. Baunya benar-benar bikin pusing. Tapi kehendak Harmeoni sungguh tidak dapat dibantah, sebab ada Abeoji pula yang sepertinya setuju dengan langkah ibunya itu. Abeoji hanya diam tidak menyatakan pendapatnya.
"Apa aku benar-benar harus pergi ke rumah bordil itu, Abeoji?" tanya Shin Hye ingin yakin dengan sikap ayahnya.
"Nde, tidak ada salahnya kau turuti Harmeoni." tukas ayahnya lesu.
"Apa Abeoji juga setuju aku ikut kontes itu?" Shin Hye bertanya semakin dalam.
"Eoh. Diusiamu ini seharusnya kau sudah memiliki pendamping hidup."
"Jadi Abeoji pun tidak percaya jodohku itu akan datang sendiri?"
Pria paruh baya itu menghindari kontak mata dengan putrinya kala menjawab.
"Abeoji percaya sebab kau gadis yang baik dan cantik, disamping itu kau juga pemberani. Jodoh yang langit sediakan untukmu pasti yang sepadan denganmu atau mungkin lebih. Dan mungkin benar melalui kontes itulah dia akan melihatmu, urri tal. Jadi tidak ada salahnya kau ikut kontes!"

Sekarang Shin Hye terdiam. Tidak menyangka ayahnya pun mulai putus asa. Ayahnya padahal tipikal ayah yang tidak suka menjodoh-jodohkan putrinya dengan anak teman-temannya misalnya. Ia tidak suka memaksakan apa pun terhadap kedua putrinya. Ayahnya adalah tipe ayah yang sangat bijaksana. Tapi sekarang ia pun menyerah. Shin Hye menunduk sedih dengan nasib asmaranya yang teramat sepi itu. Hingga harus mengikuti kontes untuk mendapatkan jodoh. Lantas bagaimana jika pria yang tertarik padanya itu adalah pria beristri? Karena sudah mengikuti kontes, yang sama artinya dengan menawarkan diri, peserta kontes tidak diperbolehkan menolak pria yang menghendakinya. Kecuali pria yang memilihnya lebih dari satu orang. Nanti akan diberlakukan aturan lelang terhadap pria-pria yang menghendaki gadis yang sama.

Begitu sesak dadanya dengan keputusan neneknya, Shin Hye mendatangi Kwang Hee.
"Kau harus bertanggung jawab, Oppa. Besok Harmeoni menyuruhku untuk ke rumah bordil Madam Gie." protesnya kesal.
"Tinggal ikuti saja, apa susahnya?" pria kemayu itu menjawab ringan.
"Aku harus mengikuti semua kursus seperti katamu."
"Sama sekali tidak rugi, itu nanti akan menjadi bekal buatmu."
"Tapi bagaimana bila aku menang? Aku tidak mau menjadi selir putra mahkota."
"Kau percaya diri sekali. Ada banyak gadis dari setiap penjuru negeri yang sudah mempersiapkan diri mengikuti kontes sejak bertahun-tahun. Kau yakin bisa mengalahkan mereka?"
Shin Hye terdiam. Untuk menjadi pemenang kontes pesimis dirinya akan berhasil, tapi bagaimana jika ada saudagar beristri yang menghendakinya karena keikut-sertaannya kontes?

"Bagaimana jika tetap ada yang mengingini aku diantara tamu-tamu nanti tapi aku tidak suka?"
"Tinggal kau tantang bermain pedang, kemampuan bermain pedangmu luar biasa. Atau kau tantang memanah rusa yang sedang berlari. Kau tantang berburu sekalian. Pasti kau menang. Sebab itu keahlianmu sebagai perawan, bukan memasak di dapur atau berdandan dan bersolek. Kau tidak bisa melakukan pekerjaan perempuan. Jadi jangan gede rasa akan ada yang suka padamu." berondong Kwang Hee merekahkan senyum di bibir Shin Hye. Padahal sahabatnya itu mengejeknya.
"Kau benar, Oppa. Aku bisa menantang balik mereka. Geurae... Aku akan mengikuti kursus besok." angguk Shin Hye semangat.
"Fighting, Park Shin Hye! Semoga berhasil." Kwang Hee mengacungkan kepal memberi semangat.

TBC

Semula kusangka Busan namja itu memiliki tipikasi macho dan maskulin... Semua Busan namja kukira begitu🙊😝

Pdhl Lee Jung Ki juga seorang Busan namja.

The Beautiful WarriorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang