16

310 80 14
                                    

Kwang Hee segera mengevakuasi Shin Hye ke tenda, sedangkan kapten menghadapi sendiri wakil komandan yang telah menusuk Shin Hye. Dia menyerangnya membabi buta membuat pria itu tewas di tangannya. Kapten juga memerintahkan menghabisi musuh yang tersisa, termasuk komandan yang tidak sempat menyelamatkan diri. Kapten menghabisi semuanya selain yang lari tunggang langgang menyelamatkan diri.

Sementara di dalam tenda tim medis berusaha menyelamatkan Shin Hye yang terluka cukup parah hingga membuatnya pingsan. Tidak dibiarkan seorang prajurit pun turut membantu di dalam. Terlebih saat mereka mendapati fakta yang sangat mengagetkannya tentang seorang Park Shin Hye.
"Apa ini...? Apa mereka semua sama-sama melindunginya atau justru tidak mengetahui sama sekali?" tanya petugas yang satu kepada temannya.
"Geuseo. Kalau melihat gelagatnya sepertinya mereka semua tidak mengetahui. Kalau tahu, pasti tidak akan membiarkan kita merawatnya." pendapat temannya.
"Tapi bukannya berbahaya bila diketahui? Dan sekarang kita memegang rahasia ini. Haruskah kita sampaikan ini kepada Kapten?"
"Tapi bisa juga mereka semua mengetahui dan sama-sama melindunginya. Hal ini merupakan rahasia bersama."
"Ah, sangat membahayakan!"
"Kita sebaiknya lakukan saja urusan kita, yang lainnya bukan urusan kita." putus yang paling tua tidak ingin terlibat.

Tapi saat kapten datang, mereka tidak bisa untuk tetap bungkam mengenai apa yang mereka tahu. Shin Hye masih belum siuman namun kondisinya sudah membaik. Perdarahannya sudah teratasi.
"Apa dia akan sembuh?" tanya kapten khawatir.
"Nde. Tadi sudah sempat siuman tapi kami memberi lagi obat untuk menghilangkan rasa sakitnya. Kondisinya sudah membaik." jawab salah satu.
Kapten mengangguk-anggukan kepala. "Gomowo." ucapnya. Dan kapten akan meninggalkan tenda kala salah satu petugas menahan langkahnya.

"Tapi, Kapten...."
"Nde?"
"Apa benar Anda ingin menyelamatkannya?" tanyanya.
"Maksudmu?"
"Apa setelah sembuh nanti Anda akan tetap membiarkannya hidup?"
"Aku sama sekali tidak paham maksudmu." Kapten mengernyitkan kening.
"Sebaiknya tidak membicarakan masalah ini disini." hardik petugas lain yang memikirkan kesembuhan Shin Hye.
"Ijinkan aku menyampaikan hal ini di tenda Kapten!" pintanya.
"Kau membuatku sangat bingung. Ikutlah denganku!" kapten lantas mendahului melangkah menuju tendanya.

"Katakan apa yang kau maksudkan tadi!" perintah kapten tidak sabar setelah keduanya berada di tenda kapten.
"Apa benar Kapten tidak tahu tentang prajurit Park?" tanya petugas medis.
"Dia itu satu-satunya prajurit yang paling kuakui ketangkasannya, nyaris setara dengan para komandan regu. Mengenai apa yang tidak kutahu tentangnya?"
"Tentang jenis kelaminnya, apa Kapten tidak tahu?"
"Jenis kelamin, maksudmu?"
"Bahwa Prajurit Park adalah seorang wanita, apa Kapten tidak tahu?"
"Mwo...?" tanyanya dengan mata membulat.
"Benar, Prajurit Park adalah seorang wanita."
"Apa maksud ucapanmu itu?" jelas kapten tidak mempercayainya.
"Prajurit Park berjenis kelamin wanita, Kapten."
"Jangan ngelantur, wajib militer ini hanya untuk pria bagaimana mungkin ada wanita yang ikut serta?"
"Dia menyamar sebagai pria."
"Maldoandwe. Ada tahap seleksi sebelumnya, bagaimana mungkin ada wanita yang bisa lolos?"
"Tapi dia tidak memiliki organ kelelakian, Kapten. Yang dia miliki organ kewanitaan. Serta sepasang payudara yang tumbuh. Dia juga tidak memiliki jakun sebagaimana pria."
Baru kapten terdiam. Speechless. Matanya menatap tajam petugas medis itu.

Benaknya tidak percaya dengan informasi itu, sedikit pun tidak percaya, namun fakta paling aktual sudah disampaikan petugas medis membuatnya hanya bisa menatap speechless.
"Apa kau yakin dia seorang wanita?" suaranya berubah pelan.
Petugas itu mengangguk. Petugas medis tentu tahu tentang ketentuan seorang pengkhianat harus dilenyapkan. Dan Shin Hye yang diketahui telah membohongi kapten dan seluruh pasukan adalah juga pengkhianat karena telah berbohong tentang identitas gendernya. Maka petugas medis itu mempertanyakan apakah kapten tetap ingin menyelamatkannya? Atau membiarkannya mati saja sebab dia telah terbukti berkhianat.

Beberapa jenak lamanya kapten hanya membisu, sampai petugas medis meninggalkannya. Setelah kesadarannya pulih ia berdiri dengan tergesa menuju tenda tempat perawatan. Ia menerobos masuk dengan raut wajah yang sulit digambarkan.
Shin Hye sudah siuman, seorang petugas sedang memberinya minum. Ia masih sangat kesulitan untuk duduk sehingga Kwang Hee membantu menyangga punggungnya. Tapi begitu melihat kapten masuk dengan raut sangat menakutkan, petugas itu lekas meninggalkan tenda. Kwang Hee pun menidurkan lagi Shin Hye. Ia tidak tahu tujuan kapten masuk untuk apa? Tapi ia merasa kapten tidak menyukai kehadirannya di sebelah Shin Hye. Maka ia pun melangkah keluar. Di tenda itu tinggal kapten berdua dengan Shin Hye yang terlentang dilantai.
"Mohon maaf aku tidak bisa bangun, Kapten." ucap Shin Hye merasa tidak sopan.
Kapten tidak menyahuti ucapannya melainkan hanya menatap tajam.

"Apa kau tahu apa yang paling kubenci di dunia ini?" tanyanya kemudian dengan nada bicara tajam tidak menyembunyikan amarahnya.
Shin Hye mendongak menatap wajahnya.
"Yang paling kubenci adalah kebohongan. Dan kau tahu kebohongan apa yang paling fatal?" tanyanya lagi dengan sorot mata yang semakin menunjukan kemarahan.
"Kebohongan dengan cara menipu. Apa kau sadar kau telah menipuku selama ini? Menipu semua orang di kamp dengan berpura-pura menjadi pria." raung kapten membuat Shin Hye berusaha bangun dari baringnya. Sambil memegangi pinggangnya yang masih terasa sakit.

"Mohon ampun, Kapten! Aku melakukannya karena sebuah alasan." Shin Hye hendak melutut namun sakit dipinggangnya membuatnya hanya bisa duduk.
"Jadi kau tidak menyangkal bahwa kau telah menipuku? Jadi benar kau ini seorang wanita?" teriak kapten membuat orang-orang diluar tenda yang mendengar sangat terkejut. Begitu pula Kwang Hee, tubuhnya sampai gemetar.
"Apa? Shin Yang seorang wanita?" seru mereka lalu semuanya serempak menempelkan telinga pada tenda.
"Jadi kau mengakui jika kau telah menipu semua orang?" pekik kapten lagi.
"Mohon maaf yang sebesar-besarnya, Kapten!"
"Aniyo, aku tidak bisa memaafkanmu."
"Aku melakukannya karena memiliki alasan."
"Aku tidak mau mendengar alasanmu. Dan jangan katakan apa pun sebagai alasan kau telah menipuku. Sebab bagiku, sekali menipu kau tetap penipu. Kerajaan telah menetapkan hukuman yang pantas untuk seorang pengkhianat atau penipu." tandas kapten membuat suasana diluar berisik.

"Jadi Kapten akan membunuh Shin Yang?" belalak prajurit.
"Andwe! Aku yang salah telah membuatnya terluka hingga penyamarannya terbongkar." isak Kwang Hee.
"Apa katamu? Kau tahu Shin Yang menyamar? Jadi selama ini kau tahu bahwa Shin Yang itu sebetulnya wanita, Kwang Hee-ya?" belalak Sung Joon surprice.
Kwang Hee mengangguk dengan air mata berlinang.
"Daebak!" seru yang lain tak kalah kaget.
"Kalian rupanya bersekongkol..."
"Berarti kau juga harus menerima hukuman dari Kapten." mereka bersahutan membuat Kwang Hee semakin menangis.

Hari beranjak senja. Kapten keluar dari tenda tempat perawatan lalu masuk ke tendanya tanpa suara sepatah pun. Semua orang terlihat cemas menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya terhadap Shin Yang. Apakah kapten akan benar-benar tega membunuhnya~sesuai dengan aturan kerajaan setelah selama ini Shin Yang bagai anak emasnya? Atau kapten mengingkari aturan itu? Semua orang terdiam, mereka terlalu kaget dengan terbongkarnya rahasia itu. Sejak awal tidak ada yang menyangka jika Shin Yang adalah seorang wanita. Keanehan memang sempat dirasakan mereka, tapi lantas mereka terpukau dengan ketangkasannya sebagaimana kapten.

Yang juga paling syok dengan kenyataan itu, siapa lagi jika bukan Sung Joon dan Min Ho. Sebab mereka selalu menggodanya seperti terhadap seorang gadis. Dan paham mereka sekarang kenapa Shin Yang tidak pernah terlihat mandi bersama dengan yang lain. Nampaknya karena ini alasannya. Penyamaran yang sangat sempurna.

Setelah beberapa saat suasana terasa ambigu, terlihat kapten keluar dari tendanya dan terdengar perintahnya.

Kalian semua segera bersiap untuk meninggalkan tempat ini! Kita harus segera menuju perbatasan untuk membantu saudara kita yang lain disana.

"Nde, aguesmidah!" koor mereka seraya membubarkan diri.

Meski mereka ingin tahu nasib prajurit kesayangan kapten itu, namun tidak ada yang berani bertanya. Mereka segera saja mengikuti perintahnya. Mungkin kapten akan menebas leher Shin Yang sesaat sebelum meninggalkan tempat itu, sebab jika kapten peduli seperti sebelumnya, kapten tidak akan memerintahkan untuk meninggalkan tempat itu disaat Shin Yang masih membutuhkan perawatan. Terlebih disuasana menjelang malam seperti itu, bukankah seharusnya mereka tetap disana untuk bermalam? Bukan membongkar tenda.

TBC

The Beautiful WarriorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang