Chapter 11

303 39 13
                                    

Pagi ini, (name) terasa amat lelah. Karena ia telah melakukan aktivitas fisik sebanyak tiga kali, sekali pada Shu dan dua kali pada Koga. Entah mengapa, semalam (name) merasa jika Koga menjadi lebih penurut dibandingkan hari biasanya.

Namun pada hari ini pula, (name) dijaga oleh Kaoru. Satu-satunya suami yang belum ingin ia temui sekarang. Ia belum siap lahir batin untuk menghadapinya. Jangankan menghadapi, untuk melihatnya saja (name) sudah tidak kuat. Karena ia semakin teringat pada pernyataannya kala itu.

Saat akan menuju ruang makan ataupun kemanapun dalam lingkup rumah ini, (name) tidak sengaja bertatap muka dengan Kaoru dan ia pun langsung berjalan menuju arah lain sambil menundukkan kepalanya. Kini, (name) sudah menyerah untuk menjaga jarak. Ia pun menghampiri Kaoru yang sedang duduk santai di bangku taman yang biasanya ia gunakan untuk bersendau gurau bersama Tomoe dan Nagisa.

"Kaoru" panggil (name) pelan dan membuat yang bersangkutan pun menatapnya. "Ah, Tanpopo-chan. Kemari, kebetulan sekali ku sudah memesan teh" ucap Kaoru sambil menepuk kursi disebelahnya yang kosong dan (name) pun duduk pada kursi itu.

Tak lama kemudian, teh yang Kaoru pesan pun telah datang dan mereka menikmatinya dalam keheningan. Sungguh hening, bahkan diantara mereka pun tidak ada yang mau buka suara sedikitpun.

"Kaoru"

"(Name)-chan"

Ucap mereka bersamaan. "Kaoru duluan saja" ucap (name) sambil menundukkan kepalanya. "Tidak, wanita yang pertama" elak Kaoru yang melirik (name) sebentar.

(Name) pun menghela nafas, "Maaf jika ku bukan sesuai dengan seleramu. Tapi... Mengapa kau bersikeras menolak perjodohan dari orang tuamu demi menikahi ku kala itu  jika pada akhirnya hanya menyakitiku ?" Tanya (name) dengan jujurnya. Namun bukannya dijawab dengan sepatah kata, pertanyaan (name) hanya dibalas sebuah tawa serta tepukan penuh kasih sayang di puncak kepalanya.

"Kenapa kau percaya begitu saja ? Itu kakakku" ucap Kaoru dengan ringannya. "Ia memang baru saja pulang dari Amerika dan itulah nama Amerika nya. Kurasa penampilannya di Amerika dengan saat ia hadir di pernikahan kita sangat berbeda, sehingga kau mudah terpengaruh olehnya" jelas Kaoru yang telah berhenti tertawa. Namun (name) hanya bisa melotot mendengar penjelasan suami satunya ini.

"Hmph, kau jahat" ucap (name) yang kemudian beranjak pergi, namun ia segera ditahan oleh Kaoru. "Baiklah, sebagai permintaan maafnya... Biar ku ajak jalan-jalan sekarang" ucap Kaoru dengan senyuman di wajahnya. "Tunggu ? Sekarang ?" Tanya (name) dengan ragu. "Iya, sekarang. Ayo" ucap Kaoru yang kemudian memimpin jalan, namun segera berhenti saat (name) tidak ingin jalan sedikitpun.

"Aku tidak mau. Kau bilang, aku tidak cantik. Kau juga bilang, aku hanyalah gadis monoton. Ya sudah, pergilah dengan wanita lainnya. Aku ikhlas" ucap (name) yang berusaha melepaskan tautan tangannya. Kaoru pun melepas tautan tangan itu, namun ia segera menangkup pipi (name) agar ia menatapnya.

"Itu hanya drama saja. Lagipula, aku telah bersumpah untuk tidak menyakiti mu apapun itu. Tapi, kurasa drama waktu itu sudah siap ku perankan untuk pekerjaan baruku" jelas Kaoru. "Pekerjaan ? Kau dapat pekerjaan sebagai aktor ?" Ulang (name). "Iya. Eichi yang mendaftarkannya. Bahkan sempat ku tolak, namun ia bilang jika ini pekerjaan yang layak selain menjadi idola. Makanya kuambil dan latihan secara tak langsung denganmu. Jadi.. maaf ya, Tanpopo-chan" jelas Kaoru dengan penuh penyesalan.

"Baiklah, ayo !!!!" Ucap (name) dengan semangat.

*****

Kini mereka telah tiba di sebuah taman bermain yang pernah dijadikan sebagai tempat konser pertama kali oleh Ryuseitai. Tentu saja, Kaoru telah menggunakan penyamarannya agar tidak tertangkap oleh paparazi.

"Hmmm.... Kau ingin main apa, Tanpopo-chan ?" Tanya Kaoru. "Hmmm.... Bagaimana kalau itu ?" Jawab (name) yang menunjuk ke sebuah roller coaster. "Tidak boleh. Itu bisa membahayakan calon bayinya" jelas Kaoru. "Kalau itu ?" Tanya (name) yang menunjuk pada bianglala dan tentunya, Kaoru tidak menyetujui itu.

Melihat permintaan istrinya yang semakin menjadi-jadi, Kaoru akhirnya memilihkan permainan yang tidak membahayakan untuk (name) serta calon anak yang dikandungnya. Ia menggandeng (name) pada sebuah mesin dance, dan siapa sangka jika (name) pun sangat tertarik.

Kaoru mulai memasukkan beberapa koin dan mulai bermain multiplayer dengan (name), serta tak lupa dengan taruhannya. Siapa yang kalah, maka ia harus mentraktir makan. Mendengar taruhan itu, (name) menjadi semangat. Namun apa daya, dirinya tidak berasal dari dunia idol melainkan ia hanya seorang produser idol.(Name) telah berusaha sekuat tenaga untuk mengimbangi gerakan Kaoru, namun tetap saja ia kalah.

"Huft, tidak adil. Inikan yang kau bisa, sementara aku tidak" ucap (name). "Baiklah, berikutnya kita coba itu" ucap Kaoru sambil menunjuk sebuah lapangan basket.

Misi permainan kali ini adalah memasukkan bola basket ke ring sebanyak yang mereka bisa dan dalam waktu tertentu. Namun, mereka malah dihadang oleh pasangan lain yang juga ingin main. Dan pada akhirnya, terjadilah pertandingan one on one diantara mereka dengan orang lain yang menjadi wasitnya.

Baik (name) maupun gadis dari pasangan yang bertanding dengan Kaoru pun sangat bersemangat untuk mendukung pasangan mereka. Bahkan, (name) sangat tak bisa tenang. Ia khawatir jika tiba-tiba Kaoru terjatuh akibat terpeleset ataupun ia kalah dari pertandingan ini.

Namun, bukan suami (name) jika ia tidak bisa membuat (name) bahagia. Kini Kaoru telah mencetak three point melalui shooting nya dan tentu saja itu membuat (name) bahagia tak terkira.

*****

Kini telah lima jam lamanya mereka bertanding, sekarang ia telah selesai bermain yang pada akhirnya dimenangkan oleh Kaoru. (Name) dengan segera memberikan minuman isotonik serta handuk kecil pada Kaoru yang ia beli di toko sekitar.

"Otsukaresama" ucap (name) dengan senyum manis. Kaoru pun menerimanya dengan senang hati saat melihat raut (name) yang membuat nya tak ingin mengalihkan pandangannya pada wanita lain. "Kurasa kau senang sekali ya, Tanpopo-chan" ucap Kaoru setelah meneguk minuman yang (name) berikan. "Tentu saja, melihat Kaoru bermain basket seperti itu adalah hal pertama yang ku lihat. Karena selama ini, Kaoru hanya bolos unit dan klub lalu berjalan hingga menggoda wanita lain" jelas (name) yang terkesan cemburu berat.

Kaoru pun langsung melingkarkan tangannya di pinggang (name) dan melihatnya dalam jarak yang cukup dekat. "Kaoru, kita masih di tempat umum" cegah (name) sambil mendorong pelan Kaoru agar menjauh. "Baiklah, kita sewa tempat di hotel malam ini. Lagipula hari ini adalah jatahku" jelas Kaoru secara terang-terangan.

Tangan Kaoru yang semula di pinggang (name) kini beralih untuk menggandeng tangan (name) untuk keluar dari lingkup taman bermain itu menuju sebuah cafe yang tak jauh dari sana. Mereka pun masuk lalu memesan beberapa makanan yang mereka inginkan.

Tak lama kemudian, pesanan mereka datang dan mereka pun mulai menikmatinya dengan penuh kebahagiaan. Pasalnya, (name) masih kagum saat melihat Kaoru bisa bermain basket seperti temannya.

Hingga saat pembayaran pun tiba. (Name) segera membuka dompetnya namun ditahan oleh Kaoru. "Kenapa ? Aku kan kalah tadi" tanya (name) bingung. "Tidak apa, lagipula itu hanya permainan. Dan, aku tidak rela jika istriku mengeluarkan uang hanya untuk hal seperti ini" jelas Kaoru yang membuat (name) tersipu malu. Bahkan tak hanya (name), sang penjaga kasir pun ikut malu-malu kucing saat mendengar pernyataan yang cukup jantan dari Kaoru.

*****

Setelahnya, mereka pun segera menuju hotel yang tak jauh dari kafe itu. Hotel bintang lima yang hanya bisa dimasuki oleh orang-orang tertentu saja. Ya, disitulah mereka sekarang.

Bahkan saat ini, mereka bisa melihat Mashur berukuran king size telah tersusun rapi. Namun, tak lama kemudian mereka langsung memadu kasih tanpa menghubungi suami (name) yang lain.

Biarlah suami (name) yang lain kebingungan mencarinya yang sedang diculik oleh Kaoru. Karena malam ini, (name) adalah milik Kaoru seorang.

Only Your Stars : MetronomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang