Chapter 24

245 34 3
                                    

"Aku ingin strawberry"

Sontak keinginan (Name) membuat Seiya sweatdrop seketika, bahkan Arashi tampak bingung apakah buah itu aman dikonsumsi oleh wanita hamil atau tidak.

"(Name)-chan, sebaiknya ganti buah yang lain saja, ya" bujuk Seiya dengan penuh kehati-hatian. "Tapi, yah. Aku ingij buah strawberry" ucap (Name) dengan nada sangat memohon. "Tidak boleh, (Name)-chan. Justru asam dari buah itu bisa menggugurkan calon anak yang kau kandung. Karena usianya masih muda" jelas Seiya yang membuat Arashi terkejut. Ya, Arashi terkejut karena baru mengetahui informasi ini, bahkan ia bersyukur jika Seiya mau meluangkan waktunya untuk membantu membujuk (Name). Jika tidak, mungkin ia akan disalahkan karena tidak sigap untuk menjaga istri dan calon anaknya sendiri.

"Ayah... Aku ingin strawberry tapi" ucap (Name) sambil menggenggam erat tangan Seiya dan dibalas dengan gelengan pelan. "Arashi, aku ingin strawberry..." Ucap (Name) yang berbalik memohon pada suaminya sendiri dengan harapan agar permintaannya dituruti dengan mudah. Arashi pun menghela nafas sabar. "Strawberry yang lain ya, (Name)-chan. Dalam bentuk selai atau krim kocok misalnya" ucap Arashi dengan tampang yang cukup tenang.

"Krim kocok ???" Tanya (Name) dengan nada cukup polos yang membuat Seiya tertawa. Ya, Seiya tertawa karena pikirannya telah mengarah yang tidak-tidak. "Iya, krim hiasan yang ada di kue ulang tahun atau soft drink" jelas Arashi sembari mengingat, namun tak ada respon dari istrinya.

"Ah, apa makanan manis yang biasa (Name)-chan makan dengan Tsukasa-chan saat kencan ?" Tanya Arashi dengan sigap. "Parfait" jawab (Name) dengan tatapan polos. "Nah, di parfait itu ada bagian lembut bukan ?" Tanya Arashi yang dibalas anggukan oleh (Name). "Nah, itulah krim kocok" ucap Arashi yang membuat (Name) mengangguk paham.

"Aku akan makan manisan ini saja" ucap (Name) setelah membuat pusing dua orang pria di rumah ini. Sementara Seiya hanya mengukir senyuman saja.

"Arashi, kalau boleh... Ku akan disini selama kalian bekerja. Agar kalian tidak kerepotan dan tetap bisa menjalankan kerja kalian" ucap Seiya yang merupakan penawaran bagus untuknya. "Baiklah, nanti malam akan kita diskusikan dengan suami (Name) yang lain" ucap Arashi dengan serius.

Kalau Seiya boleh jujur, Arashi sangat berbeda antara di luar dan di dalam. Jika di luar, Arashi akan menjadi Arashi yang biasa dilihat oleh para penggemar maupun rekan kerjanya. Namun jika didalam, Arashi menjadi lebih jantan daripada di luar. Sungguh perbandingan di luar dugaan, dan tentunya hanya (Name) yang mengetahui serta mengubah mereka menjadi seperti ini. Mengubah seorang lawan menjadi kawan. Entah sihir apa yang dimiliki wanita itu hingga bisa mengubah segalanya.

"Hnh..."

"Ada apa, (Name)-chan ?" Tanya Arashi dengan khawatir sembari menyentuh pelan pundak (Name). "Kurasa aku tidak ingin memakannya lagi..." Ucap (Name) dengan ekspresi yang sulit diutarakan. Dan tak lama kemudian, (Name) pun mulai mual yang membuatnya harus pergi ke kamar mandi terdekat dan disusul oleh Arashi. Seiya tetap diam di tempat, dan tak ingin mencampuri pasangan muda yang tengah bingung dimasa kehamilan pertama istrinya.

"Hoeks... Hoek... Hoek..."

"(Name)-chan..." Ucap Arashi sembari menepuk pelan punggung (Name) dengan raut prihatin. Dan setelah dirasa cukup ringan, (Name) pun segera membasuh mulutnya yang kemudian bersandar dibahu Arashi. "Aku pusing... Mual..." Ucap (Name) dengan nada lemah dan dengan sigap, Arashi menatih (Name) untuk keluar dari kamar mandi lalu menaiki tangga dan membaringkan (Name) di kamarnya.

"Sebaiknya kita periksakan kondisinya" ucap Seiya yang tengah berdiri diambang pintu. "Tidak mau !" Tolak (Name) dengan tegas. "(Name)-chan, apa yang dikatakan Seiya-san ada benarnya" ucap Arashi sembari mengelus pelan surai istrinya. "Aku maunya saat kalian bersama. Aku tidak mau hanya satu orang saja" jelas (Name) dengan air mata yang menggenang di pelupuk matanya. "Baiklah, kalau itu mau (Name)-chan. Maka ayah dan suami mu akan berjaga disini, ya" ucap Seiya yang kemudian duduk di sofa yang ada di kamar tersebut.

"Tidurlah dulu, ya" ucap Arashi yang kemudian mengecup kening istrinya dan menghantarkan istrinya ke alam mimpi. Tak lupa, Arashi pun memijit kaki istrinya agar ia merasa lebih rileks dari sebelumnya.

Only Your Stars : MetronomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang