Chapter 9

287 36 19
                                    

Hari ini (name) belum ingin kembali ke rumahnya. Ia belum siap bertemu ataupun sekedar bertatapan dengan Kaoru. Rasa sakit hatinya semakin dalam jika ia melihatnya. Ia pun masih tak menyangka, dua permasalahan datang dalam seminggu di pernikahannya.

Namun, (name) tak ambil pusing. Saat ini ia sedang berkunjung di sebuah museum yang masih ada di daerah Tokyo bersama Ruka dan satu suaminya yang berasal dari unit superhero, Nagumo Tetora. Ia meminta Tetora untuk hadir agar ia tak semakin mengingat akan perbuatan Kaoru.

Berkeliling museum, membaca sejarah, mengabadikan momen, adalah hak yang tak boleh dilewatkan dalam suatu perjalanan ini. Hingga mereka bertemu pada dua insan yang tidak ingin mereka temui, terutama bagi (name). Ia langsung menghindar begitu saja sambil menggandeng Ruka dan Tetora.

"Kak, yang sabar ya" ucap Ruka sambil mengelus punggung (name). "Kurasa aku tak bisa membiarkan ini terus berlanjut!!!" Ucap Tetora dengan semangat berapi-api, lantas dihentikan oleh (name).

*****

Kini matahari telah tiba di puncaknya. Membuat semua makhluk kesayangannya berlindung dari sinarnya. Mereka seperti tersiksa akan sinar itu, namun sang mentari hanya diam. Termenung dalam lamunan tugasnya.

"Tadaima" ucap Tetora setelah sampai di ruang keluarga sambil menenteng koper (name). Setelahnya, seluruh penghuni rumah itu keluar dan merekahkan sebuah senyuman yang sangat ingin (name) lihat.

Kini semua suaminya telah berkumpul, kecuali satu orang.

"Wah, sepertinya belum menunjukkan perubahan ya" ucap Arashi yang matanya fokus menuju perut (name). Sementara (name) hanya bisa malu sambil menutup perutnya dengan melingkarkan tangannya. "Bercanda" ucap Arashi yang sudah gemas dengan ekspresi yang (name) berikan.

"Oh, kau ke rumah Ruka kan ?" Tanya Leo. "Kurasa Ruka sudah memberi tahu mu ya" ucap (name) sambil sweatdrop. "Jadi... Apa kau sudah baikan, (name)?" Tanya Mao dengan tatapan khawatir. Begitu pula suaminya yang lain. "Um, aku sudah baikan" ucap (name) dengan sebuah senyuman.

"Oh, syukurlah kalau kau sudah kembali"

Ucapan itu membuat mereka menatap kearah suara. "Kau tidak berhak berkata seperti itu padanya. Karena bagaimanapun, ia yang pertama disini" ucap Subaru ringan namun terasa seperti memendam suatu amarah. "Kau wanita yang tidak sadar diri" sambung Eichi dengan tatapan mengintimidasi. "Padahal kau tidak cantik, tidak indah, tidak baik seperti (name). Kurasa dia sudah katarak, makanya mau memilih kau" sambung Koga dengan angkuhnya. "Pergi kau dasar wanita pengganggu!!!" Usir Tori. Ucapan yang penuh sindiran serta pengusiran telah dikeluarkan satu persatu oleh suami (name) pada wanita itu dan tak lama kemudian, sang pria itu muncul serta merangkul bahu wanita itu secara terang-terangan.

Melihat hal itu, (name) tak bisa berdiam diri lagi. "Jadi... Kaoru, sebenarnya siapa yang kau cintai ? Beritahu aku... Katakan... Katakan padaku, Hakaze Kaoru !!!" Ucap (name) dengan nada suara yang meninggi.

Membentak, ya, (name) membentak Kaoru secara spontan. Sementara Kaoru, ia hanya membuang muka. Ia tak berani menatap wajah (name) serta suami yang lainnya.

"Untuk apa mengatakannya, jika jelas kalau kau nomor dua dihatinya" jawab wanita itu dengan acuhnya. "Diam kau !!! Aku bicara pada suamiku sendiri, Hakaze Kaoru. Katakan !!!" Ucap (name) sambil membendung air matanya. Disisi lain, suami (name) yang lainnya pun tak tinggal diam. Mereka sebisa mungkin menenangkan (name) serta menyuruh Kaoru pergi dari sini. Namun (name) tetap membiarkan Kaoru disini, ia tak ingin Kaoru pergi sebelum ia tahu jawabannya.

Kaoru pun berjalan dihadapan (name) yang  berada dalam rangkulan suaminya yang lain. "(Name), kau begitu polos. Aku sudah bosan akan kepolosanmu, bahkan aku sudah bosan untuk menunggu menghabiskan hariku bersamamu" jelas Kaoru ringan. "Jika kau bosan, seharusnya kau mengajakku pergi ke suatu tempat' ucap (name) lirih. Kaoru pun menyentuh dagu (name) dan kini jarak mereka hanya 5 cm saja.

"Kau sudah tidak menarik lagi, (name)"

Ribuan pisau langsung menghujani hati (name). Ia tak menyangka jika suaminya akan mengatakan hal itu. Bahkan sebelumnya, ia juga sudah berusaha untuk mendapatkan dirinya.

"Kau anggap aku apa ?" Tanya (name) lirih. "Sebuah penghargaan yang tak pernah kudapatkan. Bahkan mereka pun menganggap mu hanyalah sebagai tropi. Kau menang atas kecantikan, baik dari hati maupun perilaku. Tapi, kau tak semenarik lainnya. Itulah yang membuat kami penasaran, namun pada akhirnya kau hanyalah gadis monoton yang membosankan" jelas Kaoru dan (name) mulai menitikkan cristal cair dari matanya.

Mendengar hal itu, Tomoe langsung mencengkram erat tangan Kaoru dan menarik Kaoru hingga terjatuh. Setelah itu, Koga langsung mencengkram erat kerah kemeja Kaoru lalu ia memukul tepat diwajahnya. Namun saat ia akan memukul kedua kalinya, ia dihentikan oleh Kiryu dan Tetora.

"Sudah saatnya kau pergi,wanita tidak tahu diri" ucap Rei dengan penuh penekanan. Dan sang wanita itupun pergi tanpa berkata apapun, namun dari matanya menampakkan bahwa ia akan mengambil Kaoru kembali.

Sesak, itulah yang (name) rasakan. Jadi, inikah yang namanya dimadu. Sakit, rasanya sangat sakit. Ia bahkan tak mampu untuk berkata maupun membuat gerakan apapun. Hanyalah tangisan yang mampu ia keluarkan, hingga akhirnya ia tak sadarkan diri.

*****

Setelah tiga jam lamanya (name) pingsan, pada akhirnya ia pun membuka matanya. Ia merasa sakit saat mengingat kejadian sebelumnya.

Tega, satu kata itulah yang paling cocok untuk suami nya yang satu ini. Ia tega menduakan dirinya dengan alasan yang tak masuk akal, bahkan alasan itu tidak ia mengerti.

"(Name)-chin, kau sudah baikan ?"

"Um, hanya sedikit pusing. Bagaimana yang lainnya, Nito ?" Tanya (name) dengan senyum lemah. "Semua sudah baik-baik saja" jawab Nito dengan senyuman terbaiknya. "Lalu, bagaimana dengan Kaoru ?" Tanya (name) lagi dengan tampang khawatir. "Kaoru sedang di kamarnya. Ia perlu istirahat" jelas Nito sambil mengelus surai (name) lembut.

"Nito, bolehkah aku bertanya ?" Tanya (name) ragu. "Apapun itu, (name)-chin" jawab Nito. "Apakah yang dikatakan Kaoru itu benar ?" Tanya (name) dengan tatapan penuh selidik.

Mendengar hal itu, Nito hanya menghela nafas pelan sambil bergeleng. "Apa perlu ku ingatkan tentang janji kita bersama, janji disaat jauh sebelum perbulan direncakan ?" Tanya Nito yang membuat (name) tersenyum tipis. "Kurasa tidak" jawab (name) yang masih setia pada senyumannya itu.

"Mari, kita mulai" bisik Nito dengan nada pelan namun cukup menggoda bagi (name).

Only Your Stars : MetronomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang