Chapter 4

444 49 13
                                    

Sang surya kembali menampakkan keelokan dirinya sembari membangunkan para makhluk kesayangannya. Di pagi ini, (name) telah terbangun dengan sepucuk surat yang ditinggalkan oleh suaminya yang mengatakan bahwa mereka harus berangkat pagi buta, serta tak luput permintaan maaf dari mereka dan saat itu pula ia harus berusaha memaklumi semuanya.

Kringggggg~

"Selamat pa... Kau...."

*****

Kini dua insan yang tidak memiliki status khusus duduk berseberangan layaknya sepasang kekasih. Namun bedanya, mereka cukup hening dari sepasang kekasih yang berada disekitarnya.

Makanan maupun minuman yang telah dipesan pun bahkan tidak disentuh sedikitpun oleh wanita itu. Ia hanya terdiam dan meruntuki dirinya yang hanya bisa menuruti perkataan lelaki diseberangnya.

"Hingga detik ini, kau belum menyesali keputusanmu, (name) ?" Tanya pria bersurai merah dengan mata yang senada dengan surainya, namun bedanya terletak pada mata kirinya yang berwarna heterokrom. "Tidak, untuk apa aku menyesalinya ? Lagipula, menjadi istrimu juga belum tentu ku bisa bahagia" jelas (name) yang terdengar seperti seseorang yang berada dalam mood buruk.

Pria itu hanya tersenyum, bukan melainkan sebuah seringaian. "Pantas saja mereka membawamu lari saat pesta pertunangan kita, ternyata banyak sekali sisi menarik yang tak pernah kau tunjukkan siapapun" jelasnya sambil meneguk minuman berwarna ungu pekat. "Akashi Seijuuro, aku takkan terpengaruh lagi untuk kali ini. Dan ku mohon, jangan hubungi aku... Aku telah memiliki suami dan kau pasti menemukan pengganti yang lebih baik dariku... Ku mohon, Sei" ucap (name).

"Baik, tapi akan ku ajukan syarat untukmu" ucap pria bermarga Akashi dengan tatapan yang dingin. "Gugurkan benih yang telah mereka tanam padamu, dan kembali padaku" jelasnya.

Mendengar itu, (name) hanya bisa tertegun dan yang berhasil ia tangkap adalah Akashi Seijuuro tidak ingin melepasnya begitu saja. Ia tetap menginginkan dirinya. Tidak, bagaimanapun ia tetap tidak bisa melakukan hal itu padanya.

"Jika kau setuju, maka ku memberimu waktu satu bulan, dihitung mulai esok. Dan saat itu pula, aku menagih janjimu. Apabila kau tolak, kau sudah tahu apa yang akan terjadi" sambungnya dan kemudian iapun beranjak dari kursi megah itu hingga hilang dari pandangan siapapun.

*****

Kini malam telah tiba, dan acara makan malam pun berjalan seperti biasa. Hanya saja, kali ini (name) sangat tidak berselera untuk makan sedikitpun. Bahkan dari raut wajahnya pun, ia terlihat sangat tidak ingin makan.

"Ada apa (name)-chan ? Kenapa kau tidak mau makan ? Apa makanannya tidak enak ?" Tanya Arashi dengan wajah cemas dan dijawab dengan gelengan cepat dari (name). "Maaf, aku sedang tidak selera makan. Karena tadi temanku mengajakku makan duluan, jadinya aku tidak selera" jelas (name) dengan sedikit bumbu kebohongan dan dengan nada seperti anak kecil yang mengadu pada orang tuanya.

Rei yang mengerti situasi pun, meminta (name) untuk segera beristirahat di kamarnya. Pernyataan itu sempat dilarang oleh Eichi hingga adu argumen pun tak terlewatkan yang pada akhirnya, Aoba yang harus memisahkan mereka.

Walaupun mengundang banyak tatapan pertanyaan dan kecurigaan, mereka pun tak bisa menentang apa yang dikatakan oleh Rei. Mau bagaimanapun, hanya Rei dan Eichi yang mampu menatap serta merasakan apa yang dirasakan oleh (name).

Di kamar, (name) sangat frustasi. Bahkan ia sempat menangis untuk menumpahkan segala perasaannya yang bercampur aduk. Ia bahkan tak menyangka jika diusia pernikahannya yang masih dibilang muda yang ini telah mengalami ujian yang sulit. Mungkin baru permulaan, tapi ini rasanya begitu sulit bagi seorang istri yang telah memiliki empat puluh dua suami. Ia bisa saja menceritakan hal ini pada suaminya, namun ia tahu jika itu hanya menambah beban suaminya.

"Onee-sama, apa kau baik-baik saja ?"

Suara itu membuat (name) sesegera mungkin menghapus air mata dan mengubah tingkah lakunya menjadi normal. "Iya. Ah, aku lupa jika hari ini Suou yang bermalam. Maaf" ucap (name) sambil tertawa canggung. "Onee-sama, mengapa tingkahmu sangat aneh ? Apa terjadi sesuatu ? Kau terlihat seperti habis menangis" tanya Suou yang berturut-turut tanpa jeda, sementara (name) yang mendengarnya hanya bisa sweatdrop ditempat.

(Name) pun mulai bercerita bohong mengenai apa yang ia tangisi. (Name) bilang bahwa ia menangis karena teringat sinetron pintu ilahi yang berjudul, 'Suamiku hilang satu persatu' itu membuat Suou terkejut bahkan canggung. Ia tak menyangka jika onee-sama nya pun tak kalah beda dari para wanita lainnya yang doyan nonton sinetron tak masuk akal itu.

"Bagaimana itu ? Nyata kan seperti kejadianku" ucap (name) dengan tangisan bombai nya. "Sudahlah onee-sama, lagi pula aku telah berjanji tidak akan hilang diambil siapapun" ucap Suou dengan sweatdrop yang setia menemaninya.

"Onee-sama..." Panggil Suou dan...

Chuu~

Suou berani memberikan kecupan singkat di bibir mungil (name). "Ha ! Ternyata onee-sama lebih manis daripada manisan yang biasa ku makan" ucap Suou dengan polosnya dan tanpa sadar mengundang semburat tipis dari wajah (name). Ya, kini (name) telah sedikit demi sedikit berubah menjadi tahu hal yang tidak ia ketahui.

"Onee-sama, boleh ku minta lagi ?" Tanya Suou dengan wajah memohon. (Name) bingung harus berbuat apa pada makhluk dihadapannya, lagipula saat ini iapun bingung untuk memulainya.

"Onee-sama ?" Tanya Suou."Um! Apa yang tidak untukmu" ucap (name) yang telah membuat keputusan dengan semangat seperti biasanya.

Only Your Stars : MetronomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang