Chapter 3

531 52 12
                                    

Helaan nafas terdengar di seluruh penjuru ruangan yang penuh akan helaian kain. Satu persatu dari mereka bahkan ditata sedemikian rupa hingga menyerupai buku yang dipajang pada perpustakaan.

"Guru, apa kau sudah selesai?" tanya pria bermata belang dengan raut wajah khawatir.

Namun, yang dimaksud pun tak menjawab sedikitpun. Ia lebih cenderung sibuk pada dunia dan bonekanya.

"Permisi... sedang sibuk kah, Mika?"

"Ah, (name)! Kebetulan sekali," sapa Mika dengan senyum lebarnya dan perempuan yang disana pun langsung menatap salah satu suaminya yang sangat fokus pada boneka.

"Guru sedang fokus disana, bahkan guru tidak mau berangkat kerja hari ini. Ah, tolong ya (name), tolong agar tidak bilang ke Eichi soal ini," sambung mika dengan nada memohon.

"Um," ucap (name), namun jauh di lubuk hatinya ia merasa seperti tersayat-sayat secara tak langsung.

"Kalau begitu, aku permisi. Jika ada apa-apa bilang ya, agar bisa kubantu mengatasinya," sambung (name) yang kemudian melenggang dari ruangan itu.

Tepat setelah menutup pintunya, (name) langsung menyandarkan tubuhnya pada pintu itu. Ia sadar jika Shu tidak semudah itu meninggalkan boneka perempuan itu. Walaupun (name) sudah biasa melihat Shu seperti itu, namun kali ini rasanya sangat berbeda.

Tak ingin ada hal yang tak jelas terjadi, (name) memutuskan untuk membersihkan taman. Dan sesampainya disana, ia sudah menduga jika taman adalah bagian yang jarang disentuh oleh para maid.

Ya jika pun ada, mungkin hanya beberapa. Karena maid disini diatur untuk mengurus dalam rumah.

*****

Tiga jam lamanya (name) membersihkan taman, kini iapun telah selesai. Menyeka keringat yang mengalir sambil menatap terik matahari, itulah hal yang disukai oleh (name).

"Kau kelihatan lelah, (name),"

"Tomoe, aku tidak lelah kok," ucap (name) pada pria bersurai hijau muda dengan mata yang sangat menawan.

Senyuman, hal itulah yang selalu ia tunjukkan pada gadis dihadapannya. Ia tahu bahwa gadis itu selalu menyembunyikan sesuatu dan yang jelas, ia telah melanggar syarat yang diajukan oleh Eichi.

Sungguh perempuan ini terlalu berani pada orang seperti Eichi, atau mungkin dewa juga mampu ia lawan? Entahlah, karena yang ada didalam kamus itu, perempuan selalu benar.

"Bagaimana malam dengan Rei?" Tanya Tomoe sambil mendekat pada (name) yang telah duduk di bangku taman, lalu menyodorkan segelas air lemon dingin.

"Terima kasih," ucap (name) yang langsung meminum airnya.

"Rei, dia sangat baik," sambung (name) setelah minum.

"Apakah dia sempurna seperti ku?" tanyanya dengan senyuman seperti biasa.

"Hmmm, kurasa Rei lebih sempurna dibandingkan kau," ucap (name) tanpa dosa sedikitpun, yang membuat pria disebelahnya langsung bicara tak jelas. Seperti meruntuki dirinya sendiri.

"Lalu, apa ada perubahan?" tanya Tomoe yang membuat (name) menatapnya dengan penuh kebingungan.

"Perubahan pada ...," ucap Tomoe sambil memberi kode pada perut (name) dan yang bersangkutan pun hanya menjawab 'tidak' dengan santai.

Only Your Stars : MetronomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang