10

801 63 7
                                    

.

.

.

Tiga hari berlalu, Jungkook masih belum diijinkan pulang karena luka yang belum benar-benar mengering. Terutama karena ia dekat dengan para dokter dan keluarga dokter, terpaksa ia harus menurut untuk mendekam lebih lama di ruang berbau obat itu.

Jungkook bersandar di ranjang tidur yang sudah di tegakkan, sementara matanya menatap pada Taehyung yang nampak sibuk dengan laptop empat belas inchi. Cukup lama Jungkook memperhatikan Taehyung, berharap kakaknya itu akan merasa terganggu. Bukankah biasanya orang akan merasa jika di pandangi terlalu lama? Tapi nyatanya itu tidak berlaku pada Taehyung, ia sibuk sendiri.

Jungkook memegangi ponselnya, memutar-mutarnya dengan sebelah tangannya saking bosannya. Bayangkan saja tiga hari ia tidak boleh kemana pun, beranjak ke toilet sendiri saja dilarang. Ia sampai harus memaksa, demi bisa ke toilet sendiri. Hei, ia hanya luka di bagian perut, bukan luka parah yang sampai membuatnya tidak bisa bergerak sama sekali. Berlebihan.

"Ekhem!"

Jungkook berdehem sedikit keras, berusaha menarik perhatian Taehyung. Tapi usahanya sia-sia. Taehyung tidak bergeming. Jungkook menarik mulutnya maju.

"Tsk!,"Jungkook sengaja berdecak dengan kencang. Menunggu beberapa detik. Tapi Taehyung seperti tidak mendengar suara apapun.

"Hyeong."

"Hm?,"mata Taehyung masih fokus pada layar empat belas inchi didepannya.

"Hyeoong..."Jungkook merengek. Ia hanya merengek jika tidak di depan Jihoon.

"Ada apa Kookie?"

"Bosan!,"Jungkook menggerutu, persis seperti anak kecil.

"Sabar Kook, kau masih belum boleh pulang."

"Tapi aku bosan disini terus. Lagipula aku sudah bisa banyak bergerak."Taehyung mengalihkan matanya dari laptop. Barulah dia melihat mulut Jungkook yang sudah maju beberapa sentimeter.

"Kau bosan dikamar? Mau ku temani jalan-jalan keluar?,"Taehyung beranjak dari sofa ke ranjang Jungkook.

"Aku mau pulang. Aku merindukan rumah. Disini aku dibatasi. Hanya untuk bertemu kau, Jihoon, Seokjin hyeong dan Namjoon hyeong saja harus pilih salah satu."

"Itu sudah peraturannya, Saeng."

"Tapi aku mau kalian semua."

"Sabar, eoh? Setidaknya sampai lukamu benar-benar kering."

"Tapi lukaku sudah sembuh, hyeong. Aku bisa gila kalau disini terus. Lagipula ini sudah tidak sakit."

"Jinjja? Sudah tidak sakit?,"Taehyung menyeringai, tangannya bergerak menyentuh perut Jungkook dan sedikit menekannya.

"Tidak...sakit."Jungkook menjeda kata-katanya sambil menahan nafas.

"Melihat wajahmu saja, itu sudah cukup menjelaskan kau butuh disini lebih lama."Taehyung mengusak rambut Jungkook.

Hening menyelimuti mereka, Taehyung berfikir ia sudah berhasil menaklukkan Jungkook. Padahal anak itu sedang berpikir bagaimana cara merayu kakaknya itu.

"Hyeong."jungkook menatap Taehyung dengan mata berkaca-kaca.

"Hei, kenapa menangis, eoh?,"Taehyung menangkup kedua pipi Jungkook.

"Aku mau pulang, aku ingin dirumah saja. Disini aku akan merepotkanmu. Hiks Bukankah kalau dirumah, aku lebih aman? Yang lain juga bisa istirahat, tidak perlu menjagaku bergantian seperti ini. Hiks Ijinkan aku pulang heum...jebalyo...,"Taehyung memeluk Jungkook.

Mirror [Part 2]Where stories live. Discover now