13

615 63 8
                                    

.

.

.

'Beri anak itu pelajaran.'Junghyun mengingat dengan baik perintah ayahnya sebelum ia merasa terganggu dengan teriakan-teriakan dari bocah chubby di depannya ini. Tapi pikirannya menimbang lagi setelah mendengar apa yang Jihoon katakan.

'jika aku bisa membunuh keduanya, Appa pasti akan semakin bangga padaku. Aku akan memanfaatkan bocah ini.'batin Junghyun.

"Baiklah, apa rencanamu?,"Junghyun menatap Jihoon dengan seringainya. Jihoon mendekatkan mulutnya ke telinga Junghyun dan membisikkan rencananya, sekalipun di ruangan itu hanya ada mereka berdua.

"Geledah semua barang di ruangan ini!,"perintah tuan Jeon.

Seperti komando, beberapa bodyguard tuah Jeon bergerak menyebar di seluruh ruangan berisi rak setinggi lima meter dengan tumpukan buku dimana-mana. Jeon halmeoni memang sangat suka membaca, maka tidak heran apa yang dia miliki sekarang berasal dari kekayaan membacanya, terlihat dari luarnya ruang perpustakaan pribadinya. Jungkook kadang datang ke tempat itu untuk sekedar membaca apa saja yang menarik baginya dulu.

Disela dua buah rak itu, terdapat ruang rahasia yang hanya pemiliknya yang tahu tapi kini Jungkook terpaksa memberitahu ayahnya. Tuan Jeon mengikuti instruksi yang Jungkook berikan saat ia mendekati sebuah rak. Ia menarik sebuah buku dari baris ketiga paling ujung. Keningnya berkerut ragu saat ia melihat hanya ada dua rak berdampingan, ia pastikan ia akan membunuh anak itu jika berani membohonginya. Setengah ragu tangan putih tuan Jeon menarik buku itu meski ia bingung bagaimana cara menariknya.

Grek!

Sreeeeeekk!

Perlahan tapi pasti, suara rak yang bergerak itu membuat semua bodyguardnya berhenti bergerak dan menatap kearah yang sama dengan tuan Jeon. Rak tinggi itu lantas bergerak terpisah memberi ruang seperti sebuah pintu. Mata tuan Jeon menatap kedalam celah yang dibuat dari dua rak yang terpisah itu. Sebuah ruangan gelap yang tidak terlihat seperti apa di dalamnya. Tuan Jeon melangkah masuk ketika di lihatnya kedua rak itu berhenti bergerak.

Klik!

Tangan tuan Jeon bergerak menekan sebuah tombol yang di lihatnya di sisi rak dan seketika ruangan yang gelap itu mendadak terang. Sebuah lampu kristal menggantung di tengah atap ruangan itu sementara di seluruh sudut atap ruangan berbentuk lingkaran itu menyala lampu LED putih terang. Tuan Jeon sempat di buat takjub melihat ruangan itu. Tidak ada yang spesial di ruangan itu selain patung dan penghargaan paling berharga milik keluarga Jeon ditambah sebuah lukisan besar berukuran satu kali satu setengah meter bergambar wajah Jeon harabeojji.

'stempel itu ada disana, di dalam kotak di balik lukisan harabeojji.'perkataan Jungkook kembali terngiang di telinga tuan Jeon.

"Aku perlu dua orang disini,"dua orang bodyguard langsung berdiri di belakang tuan Jeon begitu perintah keluar dari mulutnya.

"Kami siap, tuan."ucap salah satu bodyguard.

"Singkirkan lukisan itu."tuan Jeon hanya menggedikkan dagunya saat bicara, tapi itu cukup untuk membuat kedua orang di belakangnya itu mengerti apa yang dia maksud.

Kedua bodyguard tuan Jeon bergerak perlahan tapi pasti mengangkat lukisan besar milik tuan besar keluarga mereka. Bukan hal yang mudah untuk menemukan sesuatu yang berharga. Tuan Jeon melihat sebuah brankas tertutup di balik lukisan itu. Tuan Jeon mendesis kesal karena masih harus di kerjai setelah bekerja sejauh ini. Ia mendekati brankas itu, menatap sebuah tuas melingkar yang menempel di badan brankas. Ini bukan brankas modern yang menggunakan sistem pengaman digital atau sidik jadi atau pupil mata pemiliknya. Tuan Jeon menarik sebelah sudut bibirnya, tangannya memutar perlahan tuas itu, sangat perlahan dan sangat sabar hingga..

Mirror [Part 2]Where stories live. Discover now