🐰02🐰

704 63 11
                                    

Haruto buang sembarangan ponselnya. Rambutnya acak-acakan sama matanya yang kecil makin terlihat sipit. Dia baru bangun karena mendadak dapat telepon dari... itu lho cewek yang tidak menyerah mengejarnya. Siapa lagi kalau bukan Nimas Estria a.k.a Cia.

Dia sebenarnya ingat kalau ada janji jalan sama Cia. Tapi hemmbb... Haruto lagi malas pergi. Entah hari ini dia merasa capek sehabis sparing basket tadi sama teman segengnya.

Jika ditanya sejujurnya dia suka sama Cia apa tidak? Haruto bakal jawab opsi tidak. Cia itu terlalu agresif buat dia. Dia tuh sukanya cewek kalem dan bisa buat dia main-main. Entah itu main-main apa. Yang jelas dia suka gadis polos bukan seperti Cia.

"Haruuu.. Cia kamu apain!?"

Haruto sontan nutupin kedua telinganya pakai bantal pas si mama dengan tidak selow-nya main gebrak pintu kamar dia.

"Tuh Cia ngadu kalau kamu batalin acara nonton katanya.." omel mamanya persis orang lagi nge-rap.

"Berisik ma!" Haruto menyela. Tapi masih nutupin telinganya.

"Kenapa kamu batalin seenaknya kasian kan Cia. Kamu ya jadi laki-laki nggak tanggung jawab."

Haruto lantas ngeluarin kepalanya dari balik bantal yang menutupi. Lalu mandang si mama malas.

"Emang Haru hamilin dia suruh tanggung jawab segala" jawabnya enteng.

Mama yang gemas nepuk bokong Haruto kencang. "Kamu tuh malah bercanda. Tapi ya bagus kamu bisa hamilin Cia. Mama mau cepet gendong cucu." Kata si mama tanpa pakai filter dengan perkataannya tadi.

Haruto auto ngempleng sampai si mama keluar dengan senyum cengar-cengir, terus nutup pintu kamar Haruto kencang.

"Gue nggak salah denger kan, tadi?"

"... ya kali gue main sama si Cia? Seksi sih tapi eww setelah itu gue jadi papa muda.. nggak sudi" monolog Haruto membayangkan sesuatu yang mengerikan baginya.

🐰🐰🐰

Cia jalan cepat dengan mata yang tak lepas ke seorang cowok yang saat ini asik makan sambil dikerubungi cabe-cabe murah kaya yang ada di pasar. Eh maksutnya itu fans-fansnya Haruto. Buat Cia auto panas. Pingin nyakar, jambak terus dimutilasi satu-satu.

Brak!

Sengaja Cia naruh nampan makan siangnya sampai terdengar seperti gebrakan. Tujuh orang yang ada di meja itu noleh. Semua sekalian orang yang ada di kantin juga kompak noleh Cia.

Cia tidak peduli dengan tatapan tak suka orang padanya. Matanya natap tajam keenam cewek yang makan dengan Haruto bergilir.

"Heh hush pergi" usir Cia dengan nada galak, kibas-kibas tangan.

"Dih. Kita-kita duluan di sini. Lo aja yang pergi" salah satu cewek tidak terima.

Sekadar info, keenam cewek-cewek cabe itu satu geng fansnya Haruto semua.

"GET OUT!!" Cia mengusir lagi pakai mata mendelik.

Lagi. Semua mata orang noleh ke Cia yang lagi ngamuk. Dan sekali lagi Cia tidak peduli dengan itu. Yang terpenting dia harus mengusir keenam cewek itu pergi. Pergi dari cowok kepunyaannya.

Keenamnya tanpa ada yang menyanggah mulai menggeser kursi masing-masing. Terus ambil nampan mereka dan pergi dari sana. Terdengar bisik yang menyumpahi Cia, tapi apa peduli Cia.

Setelah semua siluman yang menggoda Haruto pergi. Cia ambil tempat di seberang Haruto duduk saat ini. Cia geser nampannya yang masih di ujung meja.

Cia belum mau buka topik pembicaraan atau bermanja seperti biasanya ke Haruto. Haruto jadi merasa aneh karena itu. Dia kasih atensinya buat melirik Cia.

Cia masih diam sambil mulutnya manyun. Usut punya usut dia itu masih pundung ke Haruto soal semalam. Janjian jalan malah dibatalin begitu saja. Padahal Cia persiapan sejak pulang sekolah. Dandan semaksimal mungkin agar Haruto suka. Tapi gagal total karena alasan Haruto yang baru bangun. Alibi habis main basket. Halah.

Dan semalam juga Cia langsung ngadu ke tante Geiko, mamanya Haruto. Kalau anak cowoknya itu batalin janji sama dia. Kan gara-gara itu semalam Haruto kena omel si mama.

"Pokoknya nanti kita jalan" ujar Cia penuh penekanan dan terdengar seperti paksaan.

Haruto dengar tapi masih santai menguyah makanannya. Belum mau jawab Cia.

"Haru!" Bentak Cia natap marah Haruto.

Haruto menelannya. Terus menatap datar ke Cia.

"Nggak bisa.." kata Haruto.

"Apalagi? Kamu mau alasan apa lagi?" Cerca Cia kesal.

"Anak-anak ngajak jalan juga hari ini"

"Ohhh... kalau sama temen mau jalan. Sama aku nggak?" Sindir Cia dan melipat tangannya di dada.

"Windy sama Iwan ngajak terus. Nggak enak nolak mereka" jawab Haruto malas.

Sama sekali dia tidak merasa bersalah pada Cia. Peduli Cia yang marah saja tidak kok. Dasar Haru!

"Jadi kamu lebih mentingin mereka daripada aku? Gitu?"

Haruto noleh dan natap mata Cia lamat. Cia menunggu jawaban Haruto dengan emosi yang memuncak.

"Ya elo siapa gue? Pacar juga bukan. Sadarlah gue nggak pernah nerima lo"

Cia menggertakan giginya. Kesal, marah, sedih, kecewa tercampur jadi satu rasa. Matanya memanas, tangannya mengepal. Cia geser kursinya lalu pergi. Haruto? Tanpa minat cegah Cia, atau menyusulnya lanjut habisin jatah makannya.

.
.
.

'Lo nolak gue sekeras apapun gue tetap ngejar lo, karena lo cuma punya gue'

Haruto-,Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang