04. Merunut Si Gadis Yang Tegar

26 9 0
                                    

"Brakk"

Pintu kamar di tutup oleh Inggrid dan ia langsung duduk di kursi untuk kembali menulis buku diarynya.
Disaat ia sedang menulis tiba tiba saja Arka datang sontak membuat Inggrid menyembunyikan buku diarynya.

"Grid kamu baik baik aja kan?" Tanya Arka

"Menurut kaka?" Inggrid menjawab sambil menahan air mata yang keluar

Arka langsung mendekati Inggrid dan memeluk adiknya itu.

"Kaka tau apa yang kamu rasain sekarang, tapi kaka mohon jangan terlarut dalam kesedihan." Sambil mengusap bahu Inggrid

"Kaka gak tau gimana rasa sakitnya di abaikan oleh sosok seorang ibu, aku dari kecil udah ngerasin itu dan aku cuma pengen di sayang, diperhatiin, atau sekedar curhat. tapi gak bisa karena Ibu selalu aja ada disamping Nara"

"Maaf karena belum bisa jadi kaka yang selalu ada buat kamu" Kini Arka tertunduk lesu.

Inggrid kembali merasa sangat sedih karena yang dirinya ingikan hanya lah sosok Ibu yang selalu ada untuknya di saat keadaan suka maupun duka, namun sepertinya keinginannya itu membuat Inggrid lelah dan ia mulai mengubur dalam dalam impiannya itu karena menurutnya Ibu hanya ada untuk Nara.
Dan Arka menyebut Inggrid sebagai anak yang tegar diantara adik adiknya yang lain.

Perpustakaan di kampus sangat ramai dan terlihat pula ada Nara yang sedang serius membaca buku.

"Gua boleh duduk di sebelah lo?"

Suara seorang pria yang ingin membaca di sebelah Nara. saking seriusnya membaca buku Nara tidak melihat Pria itu dan langsung mempersilahkannya untuk duduk.

"Iya boleh" Nara menjawab

Sehabisnya membaca buku Nara baru sempat melihat Pria yang duduk di sebelahnya itu, dan betapa kagetnya Nara saat mengetahui Pria yang duduk di sampingnya itu ternyata yang sudah menabrak dirinya waktu di toko.

"Lo cowok yang nabrak gue kan di toko?" Nara meyakinkan sambil memasang muka jengkel.

Pria itu tak kalah kagetnya dari Nara saat melihat bahwa dirinya duduk bersebelahan dengan Cewek yang menurut dirinya rese.

"Dan lo cewek yang rese itu kan?" sambil menatap Nara dengan kesal. "Ya ampun kenapa gua di pertemukan lagi sama cewek rese ini"

"Ehh emangnya siapa juga yang mau ketemu sama lo lagi"

"Dah lah mending gua cabut" dengan gaya tengil

"Ya udah cabut aja lo sana" Nara menimpali omongan pria itu dengan kesal

Disaat Pria itu ingin pergi tiba tiba saja Randai datang yang membuat pria itu menghentikan langkahnya.

"Ra ko lo bisa sama Langit?" Randai bertanya pada Nara

"Siapa? Oo Cowok songong ini namanya Langit" Sambil melirik kepada Langit

"Ran lo kenal sama cewek ini?" Tanya Langit kepada Randai sambil menunjuk ke arah Nara

"Iyaa jadi Nara tuh sahabat gua, emang kenapa?" Tanya balik Randai

"Ohh ngga, cuman kok lo mau si sahabatan sama cewek rese kaya dia" Langit mendekatkan mulutnya ke telinga Nara yang membuat Nara sangat kesal.

"Jagaa mulut lo yaa yang ada lo tuh yang rese" Nara memberanikan diri menunjuk pada Langit

"Tunggu tunggu sebenernya ini ada apaan si gue sama sekali gak paham apa yang kalian omongin" Randai tampak bingung

Langit dan Nara pun menjelaskan kepada Randai apa yang sebenarnya terjadi pada mereka, setelah mereka menjelaskan Randai malah tertawa dan menganggap masalah mereka sebenarnya masalah yang sepele jadi tak seharusnya mereka saling mengejek, Randai ingin Langit dan Nara menjadi teman namun keinginannya itu di tolak mentah mentah oleh keduanya.

Inggrid berlari menuju Rumah karena ia tidak ingin semua orang khawatir pada dirinya yang pulang malam nan hujan.
Sesampainya di Rumah, Inggrid melihat Ibunya sedang duduk yang tampak terlihat wajahnya sangat cemas.

"Dari mana aja kamu?" Ibu menanyai Inggrid

"Maaf bu aku abis serahin desain desain aku ke toko baju"

"Sampe malem kaya gini?, Inggrid kamu harus tau waktu dong lagian belum tentu kan kamu ngasih desain desain ke toko baju dan bakal di buatin. kalau boleh ibu jujur desain kamu itu masih kurang dan seharusnya kamu lebih mendalami lagi dunia fashion, atau perlu kamu gak usah jadi desainer"

Mendengar perkataan itu Inggrid menjadi sedih dan rasanya ia ingin berlari keluar dari Rumah hingga tidak akan pernah kembali lagi.

"Ini ada apa si?" Nara bertanya tanya

"Bu ini ada apa lagi?" Gino ikut bertanya

Lain halnya dengan Arka ia sudah tau pasti Inggrid di marahi oleh Ibu karena pulang terlalu malam.

"Ibu cuma bilang sama Inggrid sebaiknya dia tinggalin dunia fashion dan gak usah jadi desainer" Ibu mencoba menjelaskan

"Ibu ko gitu si gak bisa lah nge larang larang cita citanya Inggrid" Ucap Gino

"Ibu gak ngelarang cuma ibu liat Inggrid itu kurang untuk jadi seorang desainer"

"Cukup!"
Suara Inggrid menghentikan perdebatan yang sedang terjadi

"Inggrid mohon sama Ibu jangan larang larang aku buat jadi desainer dan aku yakin ko baju baju yang aku desain, itu bakal di bikin secepetnya"

"Tapi Inggrid ibu cuma pengen.."

"Udahh bu aku capek"

Inggrid berjalan menuju kamarnya sementara itu Ayah menarik lengan Ibu dan membawanya masuk ke kamar.

"Nov kamu ko bisa ngomong kaya gitu sama Inggrid"

"Ibu cuma bicara yang sebenarnya sama Inggrid, kalau emang dia itu kurang untuk jadi desainer"

"Ya kalau kurang dia bisa belajar lebih dalam lagi, kamu tau mental Inggrid bisa aja down"

"Iya iya maaf ibu tadi cuma khawatir aja sama Inggrid,"

Malam itu menjadi malam yang dibenci oleh Inggrid karena ia tak menyangka bahwa Ibu tidak mendukung dirinya menjadi seorang desainer.

Ya Tuhan aku sangat benci malam ini aku tidak ingin bertengkar dengan ibu, dan kenapa engkau selalu memberikan cobaan untuk ku. Batin Inggrid sambil menangis

Pagi pun tiba saatnya semua orang melakukan aktivitas kembali, Inggrid sedang sarapan tampak Ibu menghampirinya

"Nak maafin Ibu ya gak semestinya ibu bicara seperti itu kemaren" Sambil memegang bahu Inggrid

"Iya bu aku udah maafin kok, seharusnya aku yang minta maaf karena udah bikin ibu khawatir" Inggrid tersenyum

"Nahh gitu dong jadi kan enak di liatnya" Ucap Ayah sambil duduk disamping Inggrid

Terima kasih Tuhan aku sangat bahagia karena untuk pertama kalinya aku di peluk oleh ibu, rasanya hangat sekali. Batin Inggrid sambil tersenyum lebar.

TimeLineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang