”Ya Tuhan, aku telat"
Dipta melajukan motor keluar dari garasi rumah, kuliah 07.30 adalah perjuangan yang berat bagi seseorang seperti Dipta. Tapi kewajiban untuk mengikuti setiap perkuliahan membuatnya berusaha sekuat tenaga untuk bangun pagi. Dipta adalah satu diantara ribuan mahasiswa jurusan Ilmu Peternakan di salah satu Universitas ternama di Makassar yang termasuk mahasiswa paling populer karena kekritisannya.Ketampanan dan sikapnya yang humoris menjadikan sosok Dipta sangat mudah untuk dikenali di hampir setiap sudut kampus terlebih di jurusan ilmu Peternakan. Wajar saja seorang aktivis seperti dia membuat susah bangun di pagi hari.
Sesaat setelah Dipta berhasil memarkirkan motor layaknya pembalap, kemudian ia berjalan santai menyusuri anak tangga sambil terus bergumam “Mampus aku telat”. Sadar akan keterlambatannya tetap tidak membuat Dipta berjalan terburu-buru, bahkan ia hanya berjalan sangat santai dengan wajah polos merasa tidak melakukan kesalahan, berjalan seakan menjadi mahasiswa paling pertama yang tiba di ruangan, meski ia yakin dosen sudah menunggu di dalam ruangan.
Tak sadar saat sedang berjalan menyusuri jalan kampus. Matanya terinterupsi oleh sosok perempuan yang berdiri di depan ruangan 103 gedung E yang juga hendak dimasuki oleh Dipta. Perempuan itu adalah Agniya gadis sederhana, cantik khas bugis yang juga dari tadi hendak masuk ruangan karena terburu-buru hampir telat.
Dipta berlari menuju ruangan, saat akan menyentuh gagang pintu tanpa sengaja Agniya juga menyentuh gagang pintu itu. Jarinya saling bersentuhan membuat mereka sama-sama terkejut dan saling meminta maaf seraya Dipta membuka pintu tersebut.
Mereka berdua memasuki ruangan, semua mahasiwi yang ada dalam ruangan itu melongo menatap Dipta seperti baru pertamakali melihat laki-laki tampan. Di raut wajah mereka sepertinya sedang memelas dalam hati "Duduk di sini...aku saja...duduk di sampingku...pilih aku Diptaku..." Dipta memang selalu berhasil membuat semua perempuan yang ia temui memuji dirinya, pesonanya mampu meluluhkan hati banyak perempuan.
Pelajaran baru saja dimulai, pak Rahmat dosen Ilmu Ternak Unggas yang pagi itu mengajar. Untuk hari ini kelas mereka berdua digabung dalam satu ruangan karena kebetulan dosen yang mengajar juga sama. Mereka berdua belum terlambat, tapi justru semakin membuat jantung Dipta bergejolak, waktu perkuliahan hanya 2 kali 45 menit tapi kali ini tidak biasa. Perkuliahan terasa sangat lama dan membuat Dipta semakin salah tingkah. Sesekali matanya tertuju pada Agniya yang duduk di sampingnya.
Dari tadi Dipta tidak fokus pada materi perkuliahan, hingga saat ia melihat kedepan layar, slide materinya sudah diganti oleh dosen. Sementara ia belum menyelesaikan catatannya.
Sesekali ia melirik ke arah Agniya lagi namun lirikannya tidak mendapat balasan, lalu kemudian mengusap wajah layaknya habis berdo'a lalu menggeleng pelan.
Selama 4 semester di kampus itu, rasanya baru kali ini Dipta melihat Agniya. Mungkin karena Agniya sosok perempuan yang pendiam dan jarang terlihat, Agniya berbeda dengan perempuan yang lain di ruangan itu. Sosok Agniya benar-benar mencuri perhatian Dipta bahkan perkuliahan pak Rahmat yang terkenal killer pun tak lagi menjadi fokusnya kala itu. Pikiran Dipta terus melayang tak tentu arah dan dadanya semakin berdegub kencang tanpa memahami apa yang terjadi.
Ingatan Dipta tentang Agniya masih terpatri kuat dalam otaknya. Hanya Agniya yang berhasil membuat Dipta terdiam dan terpaku tak berdaya pada sesuatu yang seharusnya sudah biasa namun kali ini benar-benar luar biasa.
“Dipta kau kenapa? Kau baik-baik saja bukan?” celetuk Kala yang melihat Dipta melamun dari tadi di kursi kantin kampus.
“Tidak apa-apa" jawab Dipta sambil salah tingkah.
"Apa kau ada masalah?" tanya Sekala sedikit mengkhawatirkan tingkah Dipta yang memang beberapa hari terakhir ini agak aneh.
"Ah tidak, aku baik-baik saja" ucap Dipta sambil mengaduk-ngaduk kuah mie ayam yang ada di hadapannya.
Sekala adalah sahabat terdekat Dipta, begitu dekatnya membuat seantero jurusan berfikir bahwa mereka berdua itu saudara.
Mereka berdua nampak sedang berbicara serius di kantin sambil sesekali tertawa terbahak-bahak. Tak jauh di seberang kursi ada Agniya yang duduk tepat berhadap-hadapan dengannya bersama salah seorang temannya.
Sejenak Dipta terdiam melongo menatap ke arah Agniya yang duduk tepat di hadapannya. Matanya tidak pernah berkedip menatap wajah Agniya, sesekali mata mereka berdua saling terpaut membuat dada Dipta kembali berdebar.
“Apa kau kenal perempuan itu?” Dipta memberi kode dengan dagunya yang mengarah pada Agniya.
“Oh Agniya? Dia juga anak Ilmu Peternakan tapi kelas A”
“Kau kenal?” Dipta bertanya lagi.
“Agniya juga anak Ilmu Peternakan, masa kau tidak kenal?” jawab Kala sambil menjelaskan setelah mendengar rentetan pertanyaan dari Dipta.
“Kau tau sendiri aku ini jarang ke kelas sebelah” sahut Dipta datar.
“Makanya otak jangan kau pakai mengurus demo saja, jangan hanya bergelut ke HMJ saja, sesekali kau blusukan ke kelas sebelah”
Setelah kejadian itu Dipta tidak bisa membohongi hatinya bahwa Agniya telah mencuri perhatian dan fokusnya. Mungkin sudah saatnya, sejak kejadian itu Dipta mencari jawaban atas kegundahan hatinya yang tak tergambarkan.
"Agniya...namanya Agniya" Dipta mengulang-ulang nama itu di kepalanya.
Bukan hanya mencari nama aslinya, bahkan Dipta juga mencari informasi alamat dimana Agniya ngekos serta kebiasaan Agniya yang behasil ia dapatkan. Berkali-kali Dipta berharap saat pagi menuju kampus di depan pintu ruangan ada sosok Agniya di sana.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
MENAKLUKAN RESTU
Romance"Kalau saja waktu itu aku punya keberanian untuk mengungkapkan rasa yang aku pendam selama ini, mungkin hari-hariku tidak dipenuhi dengan penyesalan seperti sekarang" Gumam Agniya dalam hati sesekali ia menyeka air mata yang bulirnya kembali terjatu...