PULANG

32 11 7
                                    

"Para penumpang yang terhormat saat mendarat sudah dekat, namun hati ini terasa pekat mendengar jawaban yang menolak begitu cepat. Sudah lama jiwa meronta-ronta inginkan dia tapi harus sadar dia bukan lagi siapa-siapa. Silahkan tetap duduk jangan lupa jaga jarak dengan dia karena sadar dia sudah milik orang" kata sang pramugari saat pesawat hendak mendarat.

Terdengar gelak tawa para penumpang yang mendengar pengumuman yang disampaikan tadi.

"Cukup mbak, cukuppppp!!!!" batin Agniya sambil sesekali tertawa kecil.

"Kencangkan sabuk pengaman dan harus tetap terima kenyataan bahwa dia tak lagi memilih anda. Tegakkan sandaran kursi agar kuat melihat dia bersama yang lainnya. Melipat hati yang telah pupus akibat dia tak lagi menoleh dan memilih melupakan anda. Buka penutup jendela tapi jangan buka folder kenangan. Semua perangkat elektronik dimatikan termasuk rasa yang masih tersimpan," lanjut sang pramugari.

"Ya Tuhan, kiri mbak kiri....aku turun di sini saja" ucap Agniya sambil memegang perutnya yang dari tadi sakit akibat tidak kuasa menahan tawa.

Sesaat kemudian kembali ia tertawa terbahak-bahak.

Suara pramugari yang menggema lewat pengeras suara cukup menohok hingga membuat para penumpang yang berstatus jomblo termasuk Agniya kembali ambyar.

Agniya kemudian membenarkan posisi duduknya begitupun dengan sabuk pengamannya.

Pemandangan gugusan awan dan lautan beberapa waktu lalu, kini berganti dengan daratan.

Sebentar lagi ia akan mendarat.

Mendarat ke tanah kelahirannya, pulang ke tempat yang selama empat tahun ia tinggalkan.

Agniya kemudian meraba ponselnya lalu menggulir layarnya ke samping. Terlihat foto ayah dan ibunya yang nampak tersenyum.

Sesaat kemudian Agniya menyunggingkan senyum, senyum seorang anak yang sebentar lagi akan pulang ke tanah kelahirannya.

Beberapa menit berlalu, tidak lama lagi ia akan tiba di kota yang menyimpan memori kenangan, di satu sisi ia bahagia akan pulang melepas rindu bersama orang-orang terdekatnya namun di sisi lain rasanya seperti ada yang kembali teremas pelan di dada.

"Para penumpang yang terhormat, selamat datang di Makassar. Kita baru saja mendarat di Bandar Undara Internasional Sultan Hasanuddin. Kami persilahkan anda untuk tetap duduk dan mengenakan sabuk pengaman sampai pesawat ini telah berhenti dengan sempurna".

"Aku pulang" gumam Agniya dalam hati.

Bandara Sultan Hasanuddin pagi itu cukup ramai dan terlihat begitu indah sekarang.

Memang sudah banyak perubahan.

Langkah Agniya tiba-tiba terhenti saat melihat sosok yang berdiri tidak terlalu jauh dari pintu keluar terminal kedatangan.

Matanya mengarah kepada sosok itu saat sosok itu terlihat melambaikan tangan ke arahnya, kening Agniya berkerut kala melihat senyum hangat diberikan untuknya.

"Selamat datang, batu sayang" ujar perempuan itu. Sembari mendaratkan pelukan hangat pada tubuh Agniya.

"Terima kasih sudah menjemputku, Puspa" ucap Agniya yang matanya terlihat berembun.

Setelah beberapa saat, pelukan mereka perlahan terlepas.

Kemudian seorang pemuda yang tidak Agniya kenal tampak berjalan mendekatinya lalu memandang wajah Agniya lekat-lekat dan menyambutnya dengan senyuman membuat Agniya sedikit salah tingkah.

Pemudia itu lalu berdiri tepat di samping Agniya.

"Hai" sapanya ramah, mata cokelatnya tampak berbinar menatap ke arah Agniya.

MENAKLUKAN RESTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang