Gue lirik jam di Hp dan ternyata kurang 12 menit lagi event dimulai. Dhini pun sepertinya mengerti, dia mulai ambil HPnya dan login ke game duluan sambil mendaftarkan nama team kami, tapi sebelumnya dia chat ke guild buat nambah 1 orang lagi biar genap teamnya.
"Gimana? jadi atau tidak?" belum sempat gue chat kasih kabar, Mas Andre sudah chat duluan.
"Jadi mas, ayo kita login.. nanti biar gue undang ke room.." gue membalas chatnya sambil jalan ke arah ranjang papi, dan duduk di sampingnya, jagain sekalian cari sinyal HP yang jelas biar menang. Hehehe.
"Oke, gue sudah ready di game kok daritadi mbak" balasan chat Mas Andre. Dan gue pun mulai login ke game, didalam game sudah menanti undangan Dhini untuk masuk ke room, ternyata dia sudah dapat pemain tambahannya dengan spesialis sebagai tank atau guard.
Tanpa menunggu lama, gue lansung mencari akun Mas Andre dan mengundangnya masuk ke room team kita. Setelah kumpul semua anggota team, kami membahas tentang pembagian tugas masing-masing dan seperti biasa, Mas Andre memilih menjadi assasins. Otomatis gue bagian penyerang, lalu Dhini memilih sebagai magical.
"Dhin, tolong ambilkan powerbank gue di tas" pinta gue dengan suara pelan, supaya tidak mengganggu istirahat papi.
Dhini mengangguk dan mengambilkannya, lalu menuju ke arah gue. Sambil memasang headphone, dia duduk disamping gue, dan perlihatkan karakter plus skin yang baru dia beli tadi. Ternyata diam-diam Dhini sudah top up diamond untuk membeli karakter yang ampuh di bidang magic, bonus skin pula.
"Wah, pantes tadi di kantin loe ngirit Dhin" tegur gue.
"Hahaha, iya dong mbak.. gue nggak mau sia-siakan moment event terbaru ini, soalnya hadiah peringkatnya lumayan, melebihi top up gue tadi nominalnya." jelas Dhini mendetail.
"Iya iya deh.. apa yang gak sih buat adek kesayangan gue yang satu ini." jawab gue sambil usap kepalanya, dan Dhini lansung memeluk manja.
Setelah menyudahi manjanya, Dhini melihat jam dan menghitung detiknya. Lalu beberapa detik kemudian lansung dia klik match ke event dan sukses masuknya.
Di sana ada 20 team yang terdaftar, dengan sistem gugur sekali pertemuan. Memang agak berat sih event musim ini, tapi gue tenang karena ada pemain PRO yang pasti backing karakter gue di game.
Di babak pertama, kami bertemu dengan lawan yang lumayan sulit, dengan formasi 2 tank, 1 assasins, 1 penyerang. Tapi berkat kegigihan Mas Andre, yang rela kesana kesini back up gue dan Dhini, akhirnya team kami lolos babak pertama.
Tidak cuma itu, sampai semifinal pun akhirnya kami bisa masuk."Muuachh..." Dhini mencium pipi gue dan tersenyum sebagai ungkapan terima kasihnya.
Gue balas senyumnya dan fokus kembali ke game. Akhirnya team kita sampai ke final. Dan di final ini lawannya benar-benar berat, karena mereka salah satu team ternama di Indonesia.
"Juara 2 juga nggak apa-apa kok mbak." celoteh Dhini di tengah permainan. Mungkin dia kasihan lihat gue yang sampai berkeringat dingin memutar otak untuk menang.
"Akhh.. busyet mati deh gue." gumam gue kesal, karena tinggal sedikit lagi, tapi malah kalah.
"Hahaha, nggak apa-apa kok mbak..ini juga dah hebat mainnya, dan Dhini suka.. Makasih ya mbak." hibur Dhini sambil senyum manja.
Gue yang melihatnya jadi lega, karena tujuan awalnya memang nggak mau kecewakan Dhini. Tapi setelah lihat senyum bahagianya dan sudah cukup puas di posisi runner up, maka gue merasa bangga.
Setelah itu gue beranjak ke sofa untuk ambil tisu, karena jujur berkeringat sekali ini wajah gue.
"Bentar ya mbak, gue mau keluar sebentar, lupa tadi bayar obat papi di apotek" ijin Dhini tiba-tiba sambil taruh HPnya dan ambil dompet di tas, lalu keluar ruangan.
"Lahh.." belum sempat gue jawab dan bicara, dia sudah menghilang dari dalam kamar.Akhirnya gue cuma bisa menepuk jidat, kok nggak bilang daritadi sih. Tapi nothing_lah, gue mencoba memahaminya sambil merebahkan diri di atas sofa.
Berselang berapa menit, pintu pun terbuka dan Dhini masuk sambil ngenyot sedotan es. Ternyata dia beli es thai tea sekalian untuk gue.
(thai tea my favorite drink)
"Wow.. makasih ya Dhin, loe memang the best." teriak gue girang, sambil gue cubit pipinya yang lembut itu.
"Duuhh.. sudahh mbak.. melar nih pipi gue." Dhini merengek sambil meringis.
Gue pun melepaskan cubitan di pipinya dan lansung menikmati minuman kesukaan gue.
"Hmm, nyaman sekali.." pikir gue sambil merasakan dinginnya mengalir di tenggorokan membuat lega setelah tadi panas bermain game.
Tiba-tiba Hp gue bunyi dan menyadarkan dari lamunan.
"Gimana mbak? sudah buka hadiah eventnya belum?" tanya Mas Andre di WA.
"Belum mas, nanti sajalah.. istirahat sejenak habis main 2 jam nonstop tadi.. hehehe" jawab gue.
"Hahaha, iya mbak..loe jangan lupa makan lho" Mas Andre mengingatkan soal makan. Dan perut gue mulai keroncongan juga sih.
"Iya mas bentar.. ini lagi mau pesan makanan" jawab gue, mumpung ingat sih. Lansung gue buka aplikasi makanan fast food siap antar lewat HP gue.
"Iya mbak, selamat makan." balasan chat terakhir Mas Andre, karena gue nggak balas, cuma lihat notifikasinya saja. Soalnya lagi fokus nyari makanan yang cocok sesuai mood gue malam ini.
(to be continue part 15)
KAMU SEDANG MEMBACA
Malaikat tak hanya ada di Surga
Non-FictionPerkenalkan gue vina, gadis tomboy abis. Tau gak kalian, malaikat itu bisa berwujud siapa saja, dan dimana saja. Contohnya yang gue alami, di saat ayah mengalami masalah di ginjalnya, dan perlu donor ginjal yang cocok. Ini sempat membuat frustasi gu...