Malaikat tak hanya ada di Surga Part 15

40 13 2
                                    

"Mbak, pesan mie saja... yang pedas, cocok nih malam-malam gini." Dhini tiba-tiba sudah di samping gue, mengagetkanku.

"Eh, iya Dhin.. yang ini gimana? mau?" gue sodorkan HP ke arahnya, lalu Dhini mengangguk tanda setuju.

Lansung gue pilih 2 menu yang sama dan klik OK, dan karena minuman sudah melimpah disini, jadinya cukup pesan makanan 2 porsi saja.

"Hore... gue dapat uang 500ribu dari event tadi mbak" Dhini girang sambil memperlihatkan notifikasi e-mail_nya.

"Wow, selamat ya Dhin.." gue memberikan selamat sambil peluk dari samping.

"Loe dapat apa mbak? coba check.." tanya Dhini.

Lalu gue buka e-mail dan lihat, lalu senyum sambil perlihatkan ke Dhini.

"Lah.. kok banyakan loe hadiahnya mbak" Dhini heran saat membacanya, karena gue dapat emblem keren, uang tunai 500ribu dan 2 skin permanen.

"Hahaha.. ini mah gue lagi beruntung Dhin, biasanya kan nggak pernah dapat yang istimewa, kebetulan tadi assasins bagus kok.. jadi point gue banyak" panjang lebar gue jelaskan ke Dhini supaya dia paham.

"Oh begitu ya mbak... hmm, ngomong-ngomong siapa sih dia?" tanya Dhini penasaran.

Gue lalu bercerita dari awal sampai akhir siapa Mas Andre sebenarnya. Dan ekspresi Dhini berubah bahagia campur gelisah mendengarkan cerita gue.

"Jadi dia yang akan jadi penolong papi ya mbak?" Dhini memotong cerita gue.

"Iya Dhin... sekarang dia lagi stay di rumah yang gue kontrak untuknya di jakarta, supaya mudah untuk respon apabila gue butuh dia" lanjut gue menjelaskan.

"Gue jadi mau kenal juga dong mbak, siapa tau jodoh.. hehehe." canda Dhini.

"Eh, masih kecil sudah ngomongin jodoh, sudah ngebet ya mau nikah?" gue menanggapinya, sambil gelitiki tubuhnya.

"Hahaha, ampun mbak.. iya iya gue bercanda... hahaha.. sudah mbak, nanti nggak doyan makan lho gue" Dhini merengek dan mencoba menghindar.

"Kring...Kring... "
HP berdering, gue pun hentikan bercandanya sambil angkat telepon. Dan ternyata itu dari kurir makanan.

Tanpa bicara apa pun, gue bergegas keluar ruangan, menuju lobi rumah sakit untuk mengambil makanannya. Setelah sampai, gue lansung bayar tunai beserta uang tips untuk kurirnya dan kembali ke ruangan papi.

Sampainya di dalam Dhini sudah menghilang, lalu gue cari kemana-kemana, ternyata ada di kamar mandi. Lega hati gue, karena gue kira ada yang culik. Hehehe.

Dhini keluar dari kamar mandi sambil elus perutnya sambil meringis bahagia, "Hufth, lega...sekarang siap diisi lagi nih perut.."

"Hahaha, loe itu ada-ada saja Dhin.. sini buruan" ajak gue.

Dhini lansung duduk dan ambil semangkok mie yang sudah gue siapkan daritadi.

Setelah itu dia tidak lupa memimpin doa sebelum makan dan bersyukur atas segala nikmat yang di peroleh hari ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah itu dia tidak lupa memimpin doa sebelum makan dan bersyukur atas segala nikmat yang di peroleh hari ini. Perlu kalian ketahui, Dhini selalu mengutamakan doa dalam hal sekecil apa pun itu, dari kecil dia di didik selalu ingat tentang rasa bersyukur, makanya hatinya selalu menerima apa adanya hasil dari usahanya sendiri maupun keluarga. Dan gue selalu bangga atas semua hal positif Dhini.

Walaupun Dhini suka tatto juga, tapi dia bisa jaga kehormatan diri sendiri dan keluarga. Dia berhasil mematahkan pandangan buruk orang diluar sana soal cewek yang bertatto itu bukan hal yang jelek. Karena tatto adalah karya seni yang sudah semestinya harus di hargai di khalayak umum.

Dan perlu diingat, jangan pernah kalian mencobanya tanpa seijin orang tua. Karena itu akan membekas membuat luka di hati orang tua, apabila mereka tidak setuju atau tidak suka. Sebelum kalian mencoba, pertimbangkan dulu dengan baik, selain orang tua, dalam hal pekerjaan pasti juga susah mendapatkannya, karena perusahaan mana pun, tidak akan mengijinkan karyawan bertatto. Kecuali bekerja di bidang seni budaya, atau punya usaha sendiri seperti gue.

Nah, cukup sampai disitu nasihat gue dan sekarang kembali ke makanan yang daritadi belum gue makan.

Gue lirik Dhini yang lahap sekali memakannya, bibirnya jadi super merah, karena level pedas 20. Sambil menahan tawa, gue photo diam-diam lalu kirim photo_nya ke Mas Andre dengan caption, "Noh lihat adek gue makan sampai jontor bibirnya, wkwkwka."

Sambil menunggu balasan, gue mulai menyantap mie dan benar-benar enak, rasa pedasnya nendang sampai ke ubun-ubun.

Baru habis setengah, akhirnya balasan WA pun datang, "Hahaha... iya mbak.. kalau gitu di habiskan saja dulu, selamat makan ya buat kalian"

Selesai membacanya, gue lanjut lagi makan, dan ternyata Dhini sudah habis duluan. Dia menampilkan ekspresi yang lucu sekali, selpie sambil mancungin bibirnya yang jontor gara-gara pedas.

Nggak perlu waktu lama, mie gue juga habis. Kalau makan pedas mah, jangan banyak jeda, bisa-bisa nggak kuat bibirnya menahan sensasi pedas. Karena thai tea gue sudah habis, lansung menuju lemari es di sudut kamar, dan ambil minuman kaleng yang memang sengaja di stock Dhini disitu. Soalnya itu minuman bonusan dari pihak rumah sakit untuk pengunjung atau tamu.

"Glek..glek..glek"
suara tenggorokan gue sampai terdengar, karena benar-benar segar dan melegakan dinginnya.

"Emm... hufth, nikmatnya.." Dhini yang mendengar gue bergumam lansung tertawa.

"Hahaha, bibir loe tambah seksi mbak." mendengar ejekannya, akhirnya gue hentikan acara minum dan memelototkan mata ke arahnya sambil senyum.

"Cekrek..."
Tiba-tiba flash HP Dhini menyala, dia lansung kabur menuju ranjang papi dan bersembunyi, sambil menjulurkan lidahnya meledek gue, "Weekkkk.."

"Loh.. awas ya loe Dhin, hapus nggak photonya?" gue memohon sambil masih melotot.

"Hahaha, janganlah.. bagus kok mbak, nanti gue simpan dan kasih tunjuk ke Mas Andre ya mbak." Dhini menggodaku.

"Eits jangan sampai.. dan awas kalau itu loe lakuin, mbak juga kasih lihat foto loe tadi." ancam gue balik, sambil perlihatkan photo yang tadi.

"Dihh.. iya iya mbak, ampun, gue janji deh.. tapi jangan kasih lihat siapa-siapa ya photo gue." Dhini pun gantian memohon ke gue.

"Oke deal.. jangan sampai ada yang tau wajah jelek kita.. hahaha." gue teriak pelan dan tertawa. Lalu Dhini ikutan tertawa.







(to be continue part 16)

Malaikat tak hanya ada di SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang