14. TERBENTUR KEBERUNTUNGAN

457 80 494
                                    

Cinta memang tidak bisa ditebak kapan akan datang. Bahkan saat sedang berada pada titik terendah pun, cinta selalu hadir menyelimuti.

🍭🍭🍭

Siang sudah menjelang, sang raja cahaya sudah berada pada puncak langit yang bersahaja. Hanya tersisa Seiza dan Tita saja di vila, selebihnya mereka sedang berkunjung ke wisata Bukit Paralayang Puncak sesuai rencana awal, setidaknya info itu yang Seiza tahu sekarang.

Tita tidak ikut karena memang kondisi tubuhnya sedang tidak fit, terbukti dari sepanjang perjalanan dia mabuk. Riko sudah melanjutkan perjalanan ke rumah tantenya di Bogor. Dan untuk Seiza sendiri memang tidak ingin ikut karena ingin mengistirahatkan tubuhnya setelah kejadian mimpi buruk.

Seiza membuka jendela kamarnya dan terpampang pemandangan alam yang sungguh sangat indah. Tadi setelah Seiza bangun dari tidur dia mendengar percakapan antara Riko dan teman-teman lainnya. Saat itu Riko menceritakan bahwa Seiza punya kebiasaan aneh, yaitu apabila tidur siang akan berdampak mimpi buruk. Namun, ketika Sadam menanyakan alasannya kenapa, Riko tidak bisa menjawab, bukan karena Riko tak mau, hanya saja ia memang tak ingin memberitahu hal rahasia itu.

Seiza merasa lapar karena sejak tadi perutnya belum terisi makanan apa pun. Seiza segera beranjak menuju dapur untuk memasak sesuatu di sana.

Hanya saja ketika Seiza sudah berkutat di dapur, tiba-tiba Seiza merasa sakit perut . Alhasil Seiza berlari ke toilet dan meninggalkan ponselnya di dapur.

Saat Seiza sedang berada di toilet, ponselnya tiba-tiba berdering menandakan adanya panggilan masuk. Dan tepat saat itu juga masuklah seseorang dari pintu belakang, orang itu langsung berjalan menuju bunyi ponsel yang tergeletak di atas meja makan. Dilihatnya ada panggilan masuk tanpa nama, tapi dia tak berani mengangkat karena bukan ponsel miliknya.

Ketika dering itu berhenti, ponsel yang berukuran 6 inci itu menampilkan gambar sepasang tangan yang saling menggenggam erat dengan latar langit senja di pantai. Bisa dipastikan bagi siapa saja yang melihat akan menilai bahwa momen itu terlihat sangat manis dan romantis.

Baru saja orang itu akan beranjak menuju teras depan, ponsel itu kembali berdering dan entah dorongan dari mana, orang itu segera mengangkat panggilan dan menggeser tanda hijau.

"Halo?" Terdengar suara seorang pria dari seberang telepon di sana. "Kenapa diam aja, sih, Sayang? Kaget, yah, kalau aku dapat nomor kamu"

Suara tawa terdengar hambar di telinga Yugo yang kini masih menempelkan ponsel milik Seiza di telinga kanannya.

"Hey, kamu kenapa diam aja? Kamu takut? Mau lari lagi? Mau kabur lagi, hah!" Dan Yugo masih saja bergeming, tak mau bersuara.

"Kamu gak akan pernah bisa lari dari aku, Seiza. Buktinya sekarang aja aku bisa dapatin nomor HP kamu, kan," ucapnya lagi dan diakhiri dengan sebuah tawa.

"Jawab, Seiza, jawab! Jangan diam aja!" Pria itu membentak dan membuat Yugo menjauhkan ponsel dari telinganya karena saking keras suara sang penelepon.

"Lo sebenarnya cari siapa?" Akhirnya Yugo mengeluarkan suara dinginnya.

"Hah!" Sepertinya pria itu kaget. "Lo siapa? Bukannya ini nomor Seiza?"

"Kayaknya lo salah orang." Terdengar sebuah penekanan pada kata 'salah orang' yang diucapkan Yugo.

"Lo gak usah bohong, Anjing! Gue mau ngomong sama Seiza, bukan lo!"

"Gue gak bohong, lo gak usah iseng, mau menipu lo? Atau mau minta pulsa?"

"Sialan lo!" Suara pria itu hilang dan terdengar suara gemuruh. "Woy, Andre. Lo salah kasih nomor, Bego! Ini bukan nomor Seiza. Bego banget, sih, gue kasih kerjaan cari nomor Seiza aja gak becus, apalagi suruh cari orangnya, dasar sialan!" Terdengar suara umpatan dan amarah dari pria itu. Lalu dia kembali berbicara dengan Yugo, "Oke kalau ini emang bukan nomor Seiza, tapi gue akan pastiin sekali lagi nanti."

SUGARYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang