Part 3

13.5K 255 0
                                    


Berhari-hari kudiamkan Mas Arfan, dia pun tak bicara banyak padaku.
Aku memilih untuk pisah ranjang dengannya. Tak sudi tidur dengan lelaki yang telah membuat hatiku terluka.
Aku memangku kepala Nisa dan menceritakan kisah dongeng kesukaannya. Dan aku tak ingin putriku menjadi korban pertengkaran kami.

"Bu, kenapa kita nggak tidur di kamar lagi?" tanyanya dengan mata yang menatap ke arahku.

"Ayah mau tidur sendiri, Nak. Kasian Ayah capek seharian kerja. Supaya kita bisa hidup senang." kutinggikan suaraku, berharap bisa didengar oleh mas Arfan.

Tok tok tok

Ada seseorang yang mengetuk pintu rumah kecil kami. Aku berdiri dan menggantikan pahaku dengan bantal untuk kepala Nisa. Saat kubuka, kudapati wajah cantik yang sedang tersenyum manis menatapku.

"Maaf Mbak saya mengganggu. Saya Amira, tetangga baru Mbak. Rumah saya di ujung sana, Mbak. Saya cuma mau silaturahmi dan memberikan sedikit bingkisan." ucapnya sopan sembari memberikan sebuah bungkusan yg lumayan besar. Kuterima bungkusan itu dengan baik.

"Oh iya, Mbak. Saya Laras, terima kasih banyak ya sudah mau berkunjung malam-malam begini. Mari masuk dulu, Mbak Amira. Saya buatkan teh." ajakku padanya yang benar-benar terlihat ramah dan baik.

"Ah, tidak usah Mbak terimakasih. Lagian udah malam, saya langsung pulang aja. Salam kenal ya, Mbak. Saya permisi."

Setelah tetangga baruku tadi pulang, aku segera masuk dan membuka bungkusan darinya. Ternyata sebuah kue bolu. Nisa terlihat antusias saat itu. Putri kecilku itu melahap kue bolu lezat yang merupakan pemberian dari Amira, sepertinya Amira lebih muda dariku. Bahagianya aku melihat Nisa makan selahap itu. Karena aku memang sangat jarang membelikan dia kue bolu. Apalagi yang terlihat mahal begini.
Tak kuhiraukan Mas Arfan yang kulihat sedang mengintip di balik pintu.

•••••

[POV ARFAN]

Aku kesal, karena beberapa hari ini istriku Laras terkesan cuek padaku. Semua ini karena aku keceplosan menyebut nama Nirmala, kekasih gelapku. Dan di perparah dengan Laras yg mengangkat telfon dari Nirmala.

Nirmala adalah wanita yang sangat amat cantik, aku sangat menyukainya. Aku juga tak mengerti mengapa ia bisa mencintaiku. Padahal sudah jelas bahwa aku ini sudah memiliki anak dan miskin.
Sejujurnya, aku mencintai Laras. Tetapi hasrat kelelakianku lebih kepada paras Nirmala. Nirmala adalah wanita kaya, harta orangtuanya banyak. Aku bisa memanfaatkan dirinya untuk menunjang segala keperluan keluargaku yang pas-pasan bahkan selalu kurang.

Malam ini entah kenapa Nirmala datang ke rumah. Aku mengintip dari celah pintu kamar yang sengaja sedikit kubuka. Nirmala yang cantik datang membawa sebuah bungkusan. Ia memberikan bungkusan itu kepada istriku, tapi mengaku sebagai Amira. Namanya memang Nirmala Natamira. Aku semakin dibuat kesal saat istriku sama sekali tak menawarkan bolu pemberian Nirmala padaku. Padahal dia tau aku tengah lapar.

Kututup kembali pintu kamar, menyambar handphone ku di atas nakas dan mengirimkan pesan pada Nirmala.

To: Nirmala
Dek, kenapa kamu datang ke rumah? Nanti jika istriku tau kalau kamu adalah Nirmala bagaimana? Aku tak mau ambil resiko, Dek.

Delapan menit kemudian dia baru sempat membalas pesanku.

From: Nirmala
Tenang, Sayang. Aku bisa atur semuanya. Jangan panik yaaa. Sebentar lagi kita akan menikah, dan kamu harus buang jauh-jauh istri sama anak kamu itu. Kalau perlu, kita undang mereka ke pernikahan kita nanti."

Tak kubalas lagi pesan dari Nirmala. Aku hanya ingin terlelap dan bermimpi betapa indahnya hari-hariku bersama Nirmala nanti. Kami akan memiliki jagoan-jagoan yang ganteng dan cantik. Pun aku tak perlu bekerja, hanya lenggang kaki di rumah dan pergi bersenang-senang. Nirmala 'kan sudah kaya.

Tetangga BaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang