"Ish. Itu Dika, bukan Tama," keluh Kirana muram, membuat Kalila mengernyit, "Dika?"
"Iya, Dika. Semalam kan udah gue ceritain ke lo." Balas Kirana malas. Kalila mendecak. "Lo semalem cuma ceritain Tama. Ga ada tuh lo nyebut nama Dika."
Kini, gantian Kirana yang mengernyit. Tetapi, itu tak berlangsung lama karena ia langsung teringat apa yang terjadi semalam. "Oh, iya. Kan semalam Bang Arlen manggil gue jadi---"
"Ira," panggil seseorang yang tiba-tiba muncul di dekat mereka. Sosok itu tersenyum, menatap Kirana lekat. "Jangan ngobrol ya, Ira. Walau kita kenal, aku tetap bakal kasih hukuman kalo kamu nakal, loh."
Perkataan Dika membuat Kirana mengernyit, "Ira?"
"Iya, lo. Ira. Sasikirana Arundati."
"Sejak kapan lo manggil gue Ira?"
"Sejak saat ini. Kenapa? Mau protes?"
Kirana baru saja mau membalas, namun urung karena Dika lebih dulu menyela. "Tama boleh panggil lo Sasi. Kenapa gue ga boleh panggil lo Ira?"
Mengatupkan bibir, Kirana tak lagi membalas. Ia bisa merasakan tatapan aneh dari penjuru kelas. Terlebih lagi di sebelahnya, dapat dirasakan hawa tak mengenakkan. Melirik, Kirana dapat memastikan bahwa tatapan penuh semangat dari Kalila itu mengisyaratkan kalimat yang berbunyi;
'lo-utang-cerita-sama-gue'.
♡
"Ayo lebih cepet lagi, dong! Lemah banget sih angkatan kalian!" Teriak salah satu pengurus OSIS pada sosok gadis yang rambutnya dikuncir kuda.
Sosok itu adalah Kirana. Kirana menghela nafas berat. Jujur saja, ia mulai merasa kepalanya pusing, seolah berputar-putar. Ia sadar betul bahwa tubuhnya sudah tak kuat lagi menahan semua 'tes' fisik ini. Maka, bukannya melanjutkan lari, gadis itu malah menepi menuju senior yang meneriakinya tadi.
"K-kak, anu---"
"Apa? Mau ngeluh? Dasar lemah! Lanjut lari sana!" Bentak senior itu membuat Kirana cengo. Kirana meneguk ludahnya kasar, melanjutkan lari.
Menit berlalu. Kini para murid baru melanjutkan kegiatan fisik dengan berjalan jongkok.
Kalila yang berjalan tepat di depan Kirana sangat cemas. Gadis itu yakin Kirana saat ini tak akan sanggup melanjutkan kegiatan fisik. Mereka sudah lama bersahabat. Jelas Kalila tahu bahwa Kirana sudah berada dibatasnya.
Baru saja Kalila mau menyerukan protes agar Kirana bisa beristirahat, siswa yang berjalan jongkok tepat di belakang Kirana berteriak panik. Kalila menoleh, mendapati Kirana yang tubuhnya sudah ambruk nyaris menyentuh lapangan sedang ditahan oleh siswa yang berteriak panik tersebut. Sepersekian detik kemudian, seorang senior segera mendekat dengan wajah panik dan membopong Kirana yang hampir tergeletak di tanah karena kehilangan kesadaran.
Kalila mengerjap beberapa kali, memicing pada sosok tegap yang membopong Kirana menuju UKS.
Dia yang namanya Dika, kan?
♡
Mengerjap, Kirana membuka matanya perlahan. Ia mampu melihat sosok seorang laki-laki duduk disampingnya. Samar awalnya, tetapi ketika matanya terbuka sepenuhnya ia tak bisa menolak untuk menjerit tertahan. "Kak Tama?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sasikirana
Novela JuvenilSasikirana | A Girl Who Obsessed With Love Stories Sasikirana Arundati adalah gadis super halu yang mengidamkan masa sekolah layaknya teenlit dunia oranye, anime romance, ataupun drama korea serta komik. Namun, realita memang tak akan seindah ekspek...