"Kusut banget lo?"
Dateng-dateng ke sudut kantin tempat biasa nongkrong, Davian disambut demikian oleh suara cempreng milik Candra.
"Kenapa? Habis dihukum dosen karena telat masuk kelas?" Okta yang duduk di samping Candra ikut menimpali disela menyesap rokoknya.
Bukannya menjawab, Davian justru langsung meletakkan kepala di atas meja setelah duduk di sisi kiri Ega.
"Gak pesen lo?" tanya Ega. "Gue pesenin sekalian mau pesen jus."
"Tahu kupat sama es teh," ujar Davian tanpa mengangkat kepalanya.
"Oke."
Segera setelah Ega beranjak pergi, Davian perlahan memejamkan mata.
"Napa, sih, lo? Bukan Davian banget," ujar Okta sembari menyenggol ujung sepatu Davian dengan kaki kanannya.
"Iya. Kalo ada masalah ceritalah sama kita," timpal Candra. "Biasanya lo selalu ngomeli kita-kita buat suruh cerita kalo ada masalah."
Davian tidak merespons dan justru mendesah pelan.
"Kita udah temenan berapa lama, sih, Dav?" tanya Okta.
Davian, Okta, Candra serta Ega bukan berteman karena mereka berada di SMA sama. Bukan juga karena mereka mengambil jurusan yang sama. Keempatnya berteman karena pernah dihukum bersama-sama saat OSPEK dulu. Sejak saat itu mereka memutuskan untuk saling bertukar nomor WA dan berkumpul jika ada waktu luang. Ya, seperti sekarang ini.
"Tahu kupat sama es tehnya bentar lagi dianter," ujar Ega sebelum kembali duduk di samping Davian.
Davian hanya menjawab dengan gumaman. Namun seperti teringat sesuatu, ia mendadak mengangkat kepalanya.
"Kenapa?" tanya ketiga temannya bersamaan.
"Gue lupa mau ke toilet," ujar Davian. "Titip tas ya."
"Yeeee. Kirain apaan," cibir Candra saat Davian sudah mulai melangkah pergi.
Perjalanan Davian awalnya berjalan mulus sebelum tiba-tiba menemukan sesuatu yang tergeletak di dekat pintu masuk kantin.
Eh? Apaan nih?
Ia pun berjongkok untuk mengambil benda tersebut.
Mp3-player? Voice recorder?
Davian membolak-balikkan benda itu.
Apaan, sih, ini? Masa' iya masih ada yang pake mp3-player di jaman segini?
Davian sudah mau bodo amat dengan mengembalikan benda itu ke tempat semula dan melanjutkan perjalanan kalau tidak tersadar akan sesuatu.
Eh, tapi kalo gue balikin ntar malah diinjek orang. Kan sayang.
Davian tampak berpikir.
Ya, udah deh gue simpen dulu. Ntar coba mampir ke ruang informasi kampus buat nyerahin ini.
Alhasil, benda itu pun disimpan di saku jaket jinnya sebelum kembali melanjutkan langkah.
Memperkenalkan,Davian
Semoga suka dengan cerita ini
KAMU SEDANG MEMBACA
Voice Recorder ; Kim Wooseok
General Fiction[Complete] Davian tak sengaja menemukan sebuah voice recorder saat nongkrong di kantin bersama teman-temannya. Cerita lokal!