#5

92 18 0
                                    

Sudah entah yang keberapa kalinya Okta celingukan sembari sesekali melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Namun, oknum bernama Davian Anggara yang ditunggunya sejak 15 menit lalu masih belum menunjukkan batang hidungnya.

"Ke mana, sih, tuh bocah? Katanya tadi minta bareng ke perpusnya."

Pemuda berpostur tinggi itu celingukan sekali lagi.

Apa samperin aja ke fakultasnya? Mumpung deket ini.

Jarak tempatnya menunggu alias depan sekertariat KOPMA memang tidak jauh dengan fakultas Kedokteran. Hanya perlu melewati taman kampus saja.

Iya deh ya.

Okta sudah mau beranjak kalau saja manik hitamnya tak lebih dulu menemukan sosok Davian yang tengah berjalan menghampirinya dengan tergopoh-gopoh.

"Lama--"

"Ta ... lo ... kenal ... yang namanya ... Shasha gak?"

Ha?

Okta melongo. Bukan karena kalimatnya dipotong, tapi Davian yang memaksakan diri bertanya di tengah napasnya yang masih tersengal. Sudah begitu, ia menanyakan nama seorang perempuan lagi.

Iya. Seorang Davian Anggara yang lebih suka menghabiskan waktu dengan membaca buku diktat Kedokteran itu menanyakan nama seorang perempuan!

"Ta." Davian mengguncangkan tubuh Okta setelah napasnya mulai stabil.

Ditanya begitu, Okta justru mencondongkan tubuhnya dan memerhatikan Davian dengan seksama.

"Ck!" Davian yang diperhatikan begitu langsung mundur selangkah. "Apaan, sih, Ta?"

Okta menarik condongan tubuhnya. "Ini beneran Davian Anggara, kan?"

"Iyalah ini gue."

"Lo kesambet apaan tiba-tiba nanyain nama cewek?"

"Ah, iya itu .... " Davian mendadak salah tingkah, "eh, tapi lo kenal yang namanya Shasha gak?"

"Shasha siapa? Dari jurusan mana? Angkatan berapa?"

"Ya, pokoknya namanya Shasha. Lo kenal gak?"

"Yang namanya Shasha, kan, banyak, Davian."

"Ya ... ya ... pokoknya ... ah!" Davian mendadak teringat kalo ia menemukan benda itu di kantin fakultas Ekonomi alias fakultasnya Okta. "Adek tingkat, Kakak tingkat ato kenalan lo gak ada yang namanya Shasha?"

Okta tampak mengingat-ingat.

"Ada gak?"

"Gak ada seinget gue."

"Aish!"

"Emang ada apa, sih?"

Ditanya demikian Davian malah mengacak rambutnya frustasi.

Voice Recorder ; Kim WooseokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang