Chapter 1

46.1K 3.2K 411
                                    




Museum





Seorang pemuda berjalan mengendap . Topeng menutup bagian matanya saja, menelisik ruangan tersebut . Tersenyum kecil .




Berjalan menuju lorong lalu berhenti .




Banyak jebakan eh?



Ia mengayunkan tubuhnya agar tak terkena laser-laser merah kecil yang terhubung dengan alarm keamanan .




Sangat lincah.



Seolah menari .



Sangat indah .



Berdiri tepat didepan pintu brangkas, menekan beberapa kombinasi yang ia pikirkan .




Tittttttt~~~~~




Salah . Memutar otak kembali, tersenyum kecil setelahnya .



Mulai menekan kembali beberapa kombinasi



' Wellcome Mr.M Mr.D '




Tersenyum lebar lalu masuk setelah pintu brankas terbuka . Disana .




Sebuah barang sangat indah .


Kuno .

Unik.

Klasik .

Begitu indah .


Sangat indah.



Sebuah kalung dengan bandul bermanik biru shapier.


Berjalan mendekat, lagi tersenyum.


Pengamanan ketat, benar?




Dengan gerakan sangat cepat ia membuka kotak kaca tersebut lalu mengambil isinya, memasukkan kedalam kotak yang ia bawa .


Suara alarm keamanan menyala .



Menatap pada sudut ruangan . Terdapat cctv pada setiap sudut .


Mendekat pada salah satunya mendekatkan wajahnya yang masih tertutup topeng pada sekitar mata lalu berbicara tanpa suara di depan cctv .



Berjalan mendekat pada kotak tersebut , mengambil sebuah mawar berwarna hitam lalu ia taruh pada kotak penyimpanan kalung tadi .


Lalu berlari tapi sebelum keluar dari brangkas yang akan tertutup tangannya menyembul memberikan jari tengahnya .



Berlari ke atap gedung, beberapa orang berjas mulai mengikutinya .

Ia tersenyum pada orang-orang berjas tersebut lalu mulai melompat lalu melakukan salto dengan indah hingga ia berada satu lantai di bawah tempatnya ia berpijak tadi .

Berlari kembali melalui lift barang yang kecil hanya muat satu orang. Beberapa orang mulai mengejarnya.

Sedikit lagi pintu lift tertutup ia tersenyum manis pada mereka.



Ia bergumam .
" Fatuitas creditur " ( orang-orang bodoh ) dalam bahasa latin .


Pintu tertutup seutuhnya .


Diatap gedung ia membuka topengnya .


Berwajah kecil paras yang indah, rambut dark brown menutup dahi hampir menjuntai pada mata, hidung kecil yang bangir, bibir pink yang tipis .

Indah sekali .

Rambutnya bergoyang tertepa sapuan angin malam. Matanya terpejam menikmati sapuan-sapuan lembut pada wajahnya .

Tersenyum lebar .



Tadi sangat menyenangkan .


Ia membuka matanya, mata dengan manik  sehitam jelaga seolah menyorotkan kepuasan .

Ia mulai berlari sekencang yang ia bisa, melompati gedung satu ke gedung lainnya dengan lompatan-lompatan indah bak tupai . Sangat lihai .



" Admodum iucundum  ". ( Sangat menyenangkan ) teriaknya disela lompatan indahnya .





Ia turun dengan lihai pada sebuah gedung tak terpakai jauh dari museum .

Mendekat pada mobilnya lalu masuk.

Menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang membuka kaca jendela mobil menikmati angin malam . Kesukaannya .


Menutupnya kembali " ah , aku lapar ".

Mobil melesat dengan cepat menuju tempatnya .


Ia butuh makan .





                                ~~~~~~





Sementara di dalam museum , di dalam brankas terdapat dua lelaki berparas tampan . Sangat tampan .

Lelaki berparas serupa .

"Kau berpikir apa yang ku pikirkan, brotha?". Ucap pemuda satu .


Menoleh pada saudaranya "ya" .


Saling menatap "tak apa jika berbagi, saudaraku?".

"Ya".



Keduanya tersenyum penuh arti , menatap bunga mawar hitam pada kotak .


Ingatan keduanya jatuh pada saat pemuda manis yang mendekatkan diri pada cctv museum pribadi milik mereka berdua .


Bibirnya, kedua bola mata sehitam jelaganya seolah menyedot mereka untuk terus menatap kedalamnya , hidungnya, terakhir bibirnya yang merah saat berbicara tanpa suara .


' me si protes capere ' ( tangkap aku jika kau bisa ) dalam bahasa latin .





"Mr.Mavin, Mr,Davin maafkan kami Mr. Kami tak dapat menangkapnya ".



Mavin Hawthorne serta adiknya Davin Hawthorne. Penerus mafia yang ayahnya - Alexandro Hawthorne -- serahkan pada mereka berdua .


Termasuk mesum pribadi yang tengah mereka pihak kini .


"Biar ia menjadi urusan kami, kalian boleh pergi".

Para pria berjas tersebut pergi dengan sopan meninggalkan kedua Kaka beradik Tersebut .


"Sepertinya kita akan sedikit bermain,brotha". Davin . Ia lebih senang memanggil kalanya dengan sebutan tersebut .


"Kau benar,saudaraku". Mavin. Kakaknya lebih suka kala memanggil adiknya dengan sebutan tersebut .



Mereka berdua keluar dari museum tersebut lalu duduk dengan tenang pada mobilnya .



"Jalan".



Mobil Limosin tersebut melesat dengan kecepatan tinggi menuju mansion milik mereka berdua.






Sibuk dengan pemikiran masing-masing .


Satu yang mereka pikirkan .




Bagaimana cara bermain menyenangkan dengan pencuri kecil tersebut .



































T
B
C



Janji kuuuuuu.

Ga mangkir dari janjiku ini😀 .


Gimana? Suka? Ngga? Shhhh aku deg-degan .

Me Si Potes Capere (BOYXBOY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang