Chapter 2

29.9K 3K 361
                                    

Pemuda manis itu terkekeh geli mengingat kejadian semalam .

Mencoba menangkapnya eh?

Matanya menelisik sebuah kalung yang ia ambil, ya ambil. Ia bukan mencuri, hanya saja kalung tersebut terlalu indah untuk ia lihat dari balik kaca.

Shh

Sebenarnya, ia juga tak suka memakai kalung. Ia hanya menyukai kalung berbandul manik saphire tersebut .

Pemuda manis tersebut beranjak, melangkah kesebuah ruangan.

Ia melangkah masuk setelah melakukan beberapa pemeriksaan keamanan yang telah di rancang sedemikian rupa agar hanya ia seorang yang dapat memasuki ruangan tersebut.

Disana .

Puluhan barang berharga luar biasa terpajang dengan apik seolah sangat dijaga. Berkilauan, indah, menawan, sangat luar biasa di Sinari dengan lampu ruangan yang redup tanpa adanya ventilasi.

Ia tak suka memakai apa yang telah ia ambil, ingat bukan mencuri, ia tak suka itu. 

Walau, yah sama saja sebenarnya.

Ia lebih suka memajangnya dengan apik, menyimpannya bagai barang yang sangat amat berharga baginya, bahkan ia menyimpan semua barangnya dengan di alasi bulu-bulu buatan berwarna merah darah, sehalus sutra dengan kualitas terbaik yang ia pesan secara khusus.

Ah hanya dengan menatap mereka di pagi harinya sangat sangat membuat moodnya bertambah baik.

"Nah, sekarang ini adalah istanamu, bertengger lah dengan apik, mengerti?". Ucapnya pada kalung yang sekarang sudah ia letakkan di atas bulu-bulu halus berwarna merah, sangat kontras.

Ucap lah ia gila.

Berjalan keluar dari ruangan tersebut lalu memasuki kamarnya, mengganti baju santai paginya dengan setelan formal .

Ia mematut dirinya di depan cermin, menyelipkan poni rambutnya yang menutupi mata pada telinganya dengan gaya yang amat sangat indah.

Senyum puas ia pulas.

"Kau sangat indah, Louise ".

Louise Chievalier  , pemuda manis 20 tahun, parasnya yang terlalu indah untuk di jabarkan, bahkan untuk seorang pria, ia begitu cantik, anggun,menawan dengan segala yang berada dalam dirinya.

Dan, ia tahu itu.

Ia terlalu sering mendapat tatapan kagum, pujian, serta cebikan iri. Ia terlalu dingin, acuh, serta sombong .

Ya Louise atau kita panggil saja si manis ini dengan lou,  panggilan tersebut hanya beberapa gelintir orang yang menurutnya penting dalam hidupnya, dalam otaknya, dalam hatinya. Namun sayang, orang yang ia sebut di atas tadi tak ada, atau bisa kita bilang disini, tak pernah ada.

Orang tua? Jangan bercanda! Ia bahkan tak tahu apa itu! .

Ia manis, indah bahkan hanya berdiam diri sembari memperhatikan laptop kerjanya ia terlihat begitu indah dibawah terpaan sinar mentari pagi yang terbias dari kaca perusahaan .

Beranjak keluar dari Mansionnya. Mansion? Yah ia orang punya kuasa, namun tak ada yang mengetahui itu. Bukan, bukan ia menyembunyikan , hanya saja tak ada yang bertanya. So?

Mengendarai mobilnya dengan tenang, membuka jendela mobilnya menikmati sambutan angin pagi yang berhembus menerpa wajahnya .

Ia melajukan mobilnya ke tempat dimana ia bekerja .

Hawthorne Corp

Ia melangkah masuk dengan langkah tenangnya.

Begitu ia masuk pendengarannya sudah penuh kala orang-orang berkata ' selamat pagi, mr.louise ' .

Me Si Potes Capere (BOYXBOY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang