"IREZELIA PRAMASTHA LARI KELILING LAPANGAN 3 KALI SEKARANG." teriakan itu berhasil membuat Irez berjengit kaget.
"Astaghfirullah." kejut Irez sembari mengelus-ngelus dadanya.
"Pak kalau ngomong nggak usah pakai urat bisa kan, suka banget bikin anak orang sakit jantung. Untung aja ini jantung ciptaan Tuhan, coba aja ciptaan Cina udah pasti copot nih jantung." cerocos Irez.
"Kamu berani ngomelin saya?" tanya Ilyas galak.
"Bapak bisa bedain ngomel sama ngasih tahu nggak sih?" kesal Irez.
"Saya nggak peduli, sekarang juga kamu lari keliling lapangan 5 kali." ketus Ilyas.
"Larinya bisa dinego nggak pak?" tanya Irez yang membuat Ilyas semakin kesal.
Ilyas yang sudah jengah akan sikap bar-bar Irez pun segera menarik lengan Irez menuju lapangan volly.
Sedangkan Daisy dari tadi hanya diam menyimak perdebatan antara Irez dan Ilyas. Yang membuatnya kesal adalah tingkah bar-bar Irez yang semakin menjadi.
Sepanjang jalan menuju lapangan Irez dan Ilyas pun menjadi pusat perhatian, bukannya merasa malu, Irez malah mengangkat dagunya sombong.
"Bapak kok nggak sabaran banget sih, ntar kalau udah sah bapak baru boleh narik-narik saya." ucap Irez sembari nyengir.
Tanpa babibu, Ilyas pun menyentil kening Irez dengan sedikit kencang karena merasa risih dengan ucapan ngawur Irez.
"Bapak kok nyentil kening saya sih, emang saya salah apa sama bapak." kesal Irez.
"Kamu nggak usah banyak ngomong, sekarang kerjakan hukuman kamu." tegas Ilyas.
Irez pun dengan sangat amat terpaksa sekali mengerjakan hukuman yang diberikan oleh bapak guru ganteng tapi galaknya minta ampun.
"Untung gue anaknya mama Risma coba aja gue anaknya bu Irma udah dipecel tuh bapak ganteng." gumam Irez sembari mulai berlari keliling lapangan.
Irez pun mengerjakan hukumannya sedangkan Daisy lebih memilih kembali ke kelas, karena ia juga mendapat semprotan pedas dari Ilyas.
🐥🐥🐥
Irez pun akhirnya menyelesaikan hukumannya dengan peluh yang bercucuran.
Bukannya kembali ke kelas, Irez lebih memilih berteduh dibawah pohon trembesi.
"Gila panas banget, ini neraka bocor atau gimana sih." keluh Irez sembari tangannya mengipasi wajahnya.
"Mana haus lagi. Emang tuh guru kampret banget, untung ganteng coba aja jelek udah gue bi..."
"EKHEMMM." suara deheman itu berhasil menghentikan celotehan unfaedah Irez.
Irez pun langsung menolehkan kepalanya ke arah sumber suara, dan setelah mengetahui sosok tersebut. Dengan tampang tanpa dosanya itu, Irez menyengir.
"Kalau saya jelek mau kamu apain?" tanya orang itu.
"Eh bapak Ilyas yang gantengnya ngalahin Shawn mendes, bapak ngapain disini?" tanya Irez dengan tampang watadosnya.
"Bukan urusan kamu, jawab pertanyaan saya kalau saya jelek mau kamu apakan?" tanya Ilyas sembari menatap Irez dengan tajam.
"Mau saya ajak ke salon lah pak, perawatan biar keliatan gantengnya." jawab Irez.
Ilyas pun lebih memilih diam setelah mendengar jawaban Irez yang menjengkelkan itu. Kalau dia masih meladeni celotehan Irez sudah bisa dipastikan 7 hari 7 malam pun tidak akan selesai.
"Bapak kok diem? capek?" tanya Irez yang dijawab anggukan oleh Ilyas.
"Kan yang lari saya, kok bapak yang capek sih?" tanya Irez.
"Saya capek dengerin celotehan gak bermutu kamu." balas Ilyas dengan nada dinginnya.
Sedangkan Irez malah menatap Ilyas dengan tatapan aneh.
"Ngapain kamu natap saya kayak gitu?" sentak Ilyas.
"You look's handsome." balas Irez dengan tersenyum manis.
"I know." singkat Ilyas.
"Orang dipuji tuh bilang makasih, bukannya malah sombong." omel Irez.
"Kamu jadi orang cerewet banget sih." kesal Ilyas.
"Dih sendirinya gak sadar kalau cerewet juga." gumam Irez.
"Pak boleh minta nomer HPnya nggak?" tanya Irez to the point yang membuat Ilyas melongo.
"Nggak boleh, nomer saya terlalu berharga buat kamu." sarkas Ilyas.
Irez yang mendengar ucapan Ilyas pun lebih memilih bungkam dan beranjak dari posisinya meninggalkan Ilyas yang kini menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Tumben tuh anak langsung pergi, apa omongan saya terlalu kasar ya." gumam Ilyas sembari memandang punggung Irez yang semakin menjauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Future
RandomCinta adalah sebuah rasa yang datang tanpa diduga Cinta tak mengenal usia Cinta tak mengenal 'dia siapa' Kisah ini menceritakan tentang Irez, murid SMA yang pecicilan, cerewet, usil, punya suara toa bahkan nggak ada anggun-anggunnya sama sekali. Dan...