Pagi ini Irez sudah rapi dengan seragam yang melekat di tubuhnya, setelah merapikan rambutnya dan memoleskan sedikit bedak. Irez bergegas keluar dari kamarnya untuk sarapan.
"Selamat pagi pa." Sapa Irez dan mendudukkan dirinya didekat papanya.
"Cuma papa aja nih yang di sapa?" sindir Risma.
"Iya dong, ngapain juga Lia nyapa mama. Yang ada Lia diomelin mulu." celetuk Irez yang membuat Risma melototkan matanya.
Tuk
Sendok sayur pun mendarat dengan mulus diatas kepala Irez.
"Sakit Kali ma." rajuk Irez sembari menatap mamanya penuh permusuhan.
"Ngapain liatin mama sambil melotot, mau mama congkel tuh mata." sewot Risma sembari mengacungkan pisau buah ke hadapan Irez.
"Sebenarnya Lia tuh anak mama bukan sih, tiap hari di dzolimi mulu." dengus Irez.
"Udah dong, kalian ini tiap hari kerjaannya berantem mulu." lerai Daffa yang mulai kesal melihat tingkah istri dan anaknya.
"Salahin tuh istri papa yang hobi marah-marah." ucap Irez sembari melirik sang mama.
Saat Risma akan membalas ucapan Irez, Daffa lebih dahulu menegurnya yang membuat Irez menjulurkan lidahnya mengejek sang mama.
"Udah ma jangan diladenin, bikin darah tinggi aja." sela Daffa saat melihat istrinya menatap tajam sang putri.
Sedangkan Irez sudah sibuk dengan sarapannya tanpa menghiraukan keberadaan orang tuanya.
Begitulah seorang Irezelia Pramastha jika sudah di hadapkan oleh makanan, ia tidak akan mempedulikan sekitarnya.
Setelah menyelesaikan sarapannya, Irez beranjak dari duduknya untuk mengambil tas.
"Hari ini Lia di anterin papa ya." ucap Daffa saat Irez akan berpamitan.
"Oke." balas Irez dengan semangat.
"Lumayan bisa dapet tambahan uang jajan." gumam Irez sembari tersenyum.
"Ngapain kamu senyum-senyum." sewot Risma.
"KEPO." balas Irez sengit.
"Yuk sayang kita berangkat." ajak Daffa setelah berpamitan dengan sang istri tercinta.
Irez pun meraih punggung tangan Risma dan menciumnya.
"Sekolah yang bener, jangan pecicilan." pesan Risma yang dibalas anggukan oleh Irez.
"ASSALAMUALAIKUM MALAK LIA BERANGKAT BELAJAR DULU." pamit Irez sembari berteriak.
"Malak apaan Li?" Tanya Daffa.
"MAMA GALAK." teriak Irez dan berlari menjauhi sang mama.
Daffa yang mendengar penuturan Irez pun terkekeh pelan.
"Yaudah ma, papa sama Lia berangkat dulu, Assalamualaikum." pamit Daffa dengan lembut saat melihat wajah kesal sang istri.
"Waalaikumsalam, hati-hati pa jangan mgebut." pesan Risma yang dibalas acungan jempol oleh Daffa.
🐥🐥🐥
Setelah menempuh perjalanan selama 20 menit, akhirnya mobil yang dikendarai Daffa berhenti tepat didepan gerbang tempat dimana Irez menuntut ilmu.
Irez pun langsung melepaskan seatbealt dan menadahkan tangannya kehadapan sang papa.
"Kamu mau ngapain?" Tanya Daffa bingung melihat tingkah absurd putrinya.
"Minta tambahan uang jajan." balas Irez sembari nyengir.
Daffa pun langsung merogoh saku celananya dan menyodorkan dua lembar hang berwarna biru yang membuat Irez tersenyum lebar.
"Maaacih papa sayang." ucap Irez sembari mencium pipi sang papa.
"Jangan buat jajan yang aneh-aneh, apalagi makanan pedes." peringat Daffa.
"Asiyappp." balas Irez.
"Assalamualaikum papa, Lia mau belajar dulu." pamit Irez sembari mencium punggung tangan Daffa.
"Belajar yang rajin ya." pesan Daffa sembari mengusap puncak kepala Irez dengan lembut.
"Siap papa Daffa." balas Irez dan membuka pintu mobil.
Tanpa basa-basi lagi Irez berlari menuju ruang kelasnya.
"Assalamualaikum." salam Irez saat memasuki kelas.
"Waalaikumsalam." balas teman-temannya.
"Tumben berangkat pagi Rez?" Tanya Daisy yang sudah asik dengan ponselnya.
"Tadi berangkat di anterin papa, jadi bisa berangkat pagi." balas Irez sembari mengatur nafasnya yang sedikit ngos-ngosan.
"Lah ngapain lo ngos-ngosan gitu?" Tanya Daisy saat mendengar deru nafas Irez yang memburu.
"Capek gue, abis lari-lari." balas Irez nyengir.
"Dasar." cibir Daisy.
"Dais ngantin kuy." ajak Irez.
"Mau ngapain sih Rez, pagi-pagi udah mau ke kantin?" tanya Daisy dengan sedikit ketus Karena aksi stalking oppanya terganggu.
"Beli es lah, haus gue." balas Irez yang membuat Daisy mau tidak mau mengikuti sahabat lucknutnya itu.
Selama perjalanan menuju kantin, Irez tak henti-hentinya nyerocos yang membuat Daisy merasa kesal.
"Rez lo kan lagi haus, mending lo diem deh daripada ngoceh terus. Hemat tenaga." ketus Daisy yang sama sekali tak dihiraukan oleh Irez.
"Dasar batu." gumam Daisy pelan.
Ilyasa Hanantha Pramoeja
KAMU SEDANG MEMBACA
My Future
RandomCinta adalah sebuah rasa yang datang tanpa diduga Cinta tak mengenal usia Cinta tak mengenal 'dia siapa' Kisah ini menceritakan tentang Irez, murid SMA yang pecicilan, cerewet, usil, punya suara toa bahkan nggak ada anggun-anggunnya sama sekali. Dan...