CHAPTER 07

19 2 0
                                    

Irez sampai di rumah saat azan maghrib akan berkumandang.

"Thanks ya udah mau nganterin." ucap Irez saat mobil yang ditumpanginya sudah berhenti di depan pintu gerbang rumahnya.

"Sama-sama." balas Vero.

"Sering-sering baik sama gue." ucap Irez sembari keluar dari mobil.

"Dih, dibaikin dikit langsung ngelunjak." cibir Vero.

Saat Irez dan Vero sibuk mencibir satu sama lain, sebuah pekikan membuat mereka berdua menghentikan aksinya.

"IREZZZZ KENAPA JAM SEGINI BARU PULANG???" pekik Risma sembari berjalan menghampiri Irez.

"Salahin tuh Kepin." ucap Irez.

"Abang Rez." kesal Risma sembari menarik telinga Irez.

"Iya, iya abang. lepasin ma bisa copot nih telinga." kesal Irez.

"Udah sana masuk, dari tadi ditanyain papa." ucap Risma yang langsung di turuti Irez tanpa bantahan.

Karena memang pada dasarnya Irez lebih dekat sama papanya daripada mamanya.

Tapi biarpun begitu, Risma memang sangat menyayangi Irez, namun rasa sayangnya di ungkapkan dengan cara berbeda.

Jika Daffa selalu bersikap lembut dan pengertian kepada Irez, Berbeda dengan Risma yang sering mengomel dan berdebat.


🐥🐥🐥


Sesampainya didalam rumah, Irez menemukan sosok sang papa yang sedang membaca majalah bisnis di ruang keluarga.

"Assalamualaikum papa." salam Irez dan mencium punggung tangan sang papa.

"Waalaikumsalam sayang." balas Daffa.

Saat Daffa akan melontarkan pertanyaan, Irez terlebih dahulu menyelanya.

"Sesi introgasinya di pending dulu ya pa, Irez mau mandi badannya udah lengket banget." sela Irez.

Tanpa menunggu jawaban dari Daffa, Irez sudah ngacir lebih dulu menuju kamarnya.

Selang 20 menit, Irez keluar dari kamarnya dengan rambut yang masih basah.

"Lah ngapain lo ada disini." tegur Irez saat dilihatnya Vero yang sudah duduk manis diruang makan.

"Irez nggak sopan banget sih sama tamu." tegur Risma, sedangkan Irez yang ditegur hanya memutar bola matanya malas.

"Kebiasaan, kalau anak orang aja dibaik-baikin, coba aja sama gue tiap hari pasti di omelin." gerutu Irez dan berjalan menuju ruang makan.

Sesampainya diruang makan Irez langsung duduk dibangkunya.

"Ck, itu rambut kenapa nggak di keringin dulu sih. Nanti pusing." omel Kevin sembari beranjak dari duduknya.

"Bi tolong ambilin handuk." pinta Kevin kepada ART nya.

Tak lama kemudian bi Imah menghampiri Kevin dengan handuk ditangannya.

"Ini Den handuknya." ucap Bi Imah sembari menyerahkan handuk yang dibawanya kepada Kevin.

"Maksih bi." ucap Kevin.

"Sama-sama den, kalau gitu bibi mau lanjut kerja lagi." pamit bi Imah yang diangguki Kevin.

Kevin pun berjalan menghampiri Irez dan mulai mengeringkan rambut Irez dengan handuk ditangannya.

"Dibiasain kalau habis keramas itu rambutnya dikeringin dulu, jangan dibiarin basah gini nanti kepalanya pusing." ucap Kevin sembari mengusap-usap rambut Irez dengan handuk.

Irez yang diperlakukan manis oleh Kevin hanya tersenyum manis, Meskipun Kevin adalah abang yang jail, slengean, dan menyebalkan tapi Kevin juga adalah kakak yang begitu peduli kepada adiknya.

Selang beberapa menit, Kevin menyelesaikan kegiatannya dan kembali duduk dibangkunya.

"Maacih abang Kepin kuh tersayang." ucap Irez sembari tersenyum manis yang dibalas anggukan dan senyuman oleh Kevin.

Risma dan Daffa yang melihat interaksi kedua buah hatinya tersenyum bangga. Meskipun mereka berdua sering bertengkar layaknya Tom & Jerry tapi mereka berdua saling peduli satu sama lain.

Disela-sela acara makan malamnya, Irez terus aja mengomentari hal-hal yang dilakukan Vero.

"Nak Vero kalau belum kenyang, boleh nambah lagi." tawar Risma yang membuat Vero langsung berbinar.

"Beneran tante?" tanya Vero memastikan yang dibalas anggukan oleh Risma.

Dan dengan semangat Vero kembali mengisi piringnya sampai penuh.

"Itu laper apa doyan." cibir Irez.

"Dua-duanya." balas Vero disela kunyahannya.

"Dasar kuli." gumam Irez pelan.

"Awww, sakit ma." ringis Irez saat sebuah sendok makan dipukulkan ke tangannya.

"Makanya ngomongnya di jaga dong nggak sopan banget sama tamu." omel Risma tanpa merasa bersalah.

Irez yang di omeli pun merasa semakin kesal. Dengan kesal Irez beranjak dari duduknya dan berlalu menuju kamar tanpa menghiraukan teriakan mamanya.

"Nyebelin banget sih, apa-apa diomelin. Ngomong dikit di omelin berasa jadi Raisa gue, serba salah." gerutu Irez selama berjalan menuju kamarnya.

 My Future Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang