Membuka halaman pada kalender diatas meja kerjanya, ini bulan oktober. Tebak apa? Pemandangan indah dengan kemeja kebesaran itu ternyata menjadi hari terakhir bagi Eunseo, dengan gadis Seola. Setelah keduanya sarapan, hari itu Seola kembali pulang.
Menghilang bagaikan pelaku kejahatan.
Ya, jahat sekali telah mencuri hatinya lalu pergi begitu saja. Tak ada lagi pesan singkat, tak ada lagi panggilan telepon.
Bahkan tidak ada balasan meski Eunseo sesekali mengirimkan pesan singkat padanya disela waktu makan siang -berharap gadis itu akan mengingat kembali hari dimana keduanya menghabiskan makan siang bersama.
Menelungkupkan wajah diantara kedua tangannya. Harusnya Eunseo tidak perlu merasa kehilangan begini, mereka hanya teman makan siang bukan? Namun setidaknya, Eunseo hanya inginkan sebuah alasan, atau setidaknya kabar gadis itu sekarang.
Memang sih, Eunseo masih bisa melihat gadis itu dari sosial media. Namun tidak sama! Ini menyedihkan, Eunseo terasa seperti maniak sekarang -hanya bisa menatap tiap update terbaru dari Instagram Seola tanpa berani menanyakan mengapa gadis itu meninggalkannya?
Hari berikutnya pun masih tak ada pesan masuk darinya.
Dan hari berikutnya.
Dan setelahnya.
Eunseo tentu tidak sebodoh itu, ia kembali mengikuti saran temannya untuk bertemu dengan beberapa orang. Yah, dengan cara yang hampir mirip -secara acak berkenalan dengan orang-orang yang dikenalkan padanya.
Apa yang dilakukannya?
Tentu saja tidak sama. Tidak ada yang sama seperti gadis itu, benar-benar tidak ada yang dapat membuat Eunseo penasaran atau bahkan debaran yang ia rasakan dengan Seola.
Taukah hal bodoh lain yang Eunseo sempat lakukan?
Mendatangi club yang dulu menjadi tempat pertamanya bertemu dengan Seola -selama tiga malam berturut-turut. Tolol, bukan?
Hari inipun kecewa, gadis itu tidak ada. Tidak diantara orang-orang yang duduk diatas kap mobil, tidak diantara orang-orang di lantai dansa, tidak diantara orang-orang yang duduk di meja bartender, tidak ada dimanapun.
Pulang lagi dengan motornya berbasah-basahan menerobos hujan, untuk mendinginkan dirinya. Terasa seperti adegan pada drama-drama, ah, sial.
Berapa lama ia harus seperti ini?
Ternyata, jawabannya ada pada dua bulan kemudian. Dua bulan, waktu yang tentu tidak sebentar bagi orang yang sedang menunggu.
Membanting ponsel tentu menjadi hal mencolok, seorang rekan kerja pada meja sebelahnya jadi menghampirinya -yang sedang dalam keadaan tidak baik, menelungkup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vanilla Twilight | WJSN ✔
Fanfictioncoffeeganger™ ©2020 Short Stories [Story 01: Kim Bona x Kim Seola] [Story 02: Son Eunseo x Kim Seola] [Story 03: Son Eunseo x Lee Luda] [Story 04: Lee Luda x Kim Bona] ⚠️Warn: gxg Area⚠️