Wahana

63 10 0
                                    

•••

"Huftt,yauda bang saya sama dia." Pasrah. Tidak ada pilihan lain, daripada dia harus menunggu teman-temannya itu sangat membosankan.

"Tapi Lo jangan deket-deket sama gue, awas aja lo-" ancam Nindya kesal.

"Iya."

Diatas wahana, sudah malam dan suasananya dingin, entah mengapa rasanya Jakarta malam ini sangat sejuk, dan Nindya lupa untuk memakai jaket, Nindya hanya memeluk dirinya sesekali dia menggosokkan kedua tangannya agar terasa lebih hangat.

Pria yg satu tempat dengannya itu terus memperhatikan Nindya. Ia tau Nindya sedang kedinginan apalagi memang ia tidak memakai jaket.

Hening.

Tidak ada yg membuka suara, sampai pria itu mengajak Nindya bicara.

"Hm, nama gue atthalah varenzzo, Lo boleh manggil gue thalah,tapi jangan atta, gue gasuka terlalu norak. Kelas XI-IPA 4. Yg waktu itu ngintip Lo lagi manjat,kita belom kenalan kan?" Sambil mengangkat alisnya cowok itu memperkenalkan dirinya sendiri tanpa diminta.

Oh ternyata dia, atthalah varenzzo, cowok yg selama ini membuntuti Nindya dkk.

"Siapa yg mau tau nama Lo?" Ketus Nindya.

"Gua juga ga nyuruh Lo buat perkenalkan diri Lo ke gue kan? Sksd banget si?"

Thalah tersenyum kecil, "emang gada yg nyuruh, gue mau kenalin diri gue sendiri, pasti Lo juga penasaran sama nama gue."

Sial.

Dia tau isi hati Nindya,memang sejak saat pertemuannya dicafe Nindya bertanya-tanya, siapa dia?punya maksud tujuan apa dia yg selalu mengikuti Nindya kemanapun dia pergi?.

"Gausa ge-er!" Ketus Nindya. "Anindya claressia, XI-IPS 4."

"Siapa yg nanya nama Lo?" Jawab thalah dengan nada yg mengejek.

"Fak,fak,fak! Galucu." Nindya mendengus kesal.

Benar-benar menyebalkan gumamnya.

•••

Drett!

Seketika wahana itu berhenti tiba-tiba, dan posisi Nindya dan thalah berada jauh diujung. Mereka tidak bisa berbuat apa-apa.

Nindya takut, rasa paranoidnya pun tumbuh,disertai tetesan air mata yg tanpa aba-aba mengalir dipipinya yg kemerahan itu.

Thalah yg memperhatikan Nindya seolah terkejut ketika dia sadari ternyata Nindya takut dengan ketinggian.
Ia pun segera mendekat kearah Nindya dan mengelus puncak kepala Nindya, merangkulnya dengan tatapannya yg membuat suasana hati Nindya lebih tenang walau hanya sedikit.

"Jangan takut ada gue." Ucapnya sambil tersenyum meyakinkan ke arah Nindya bahwa tidak akan terjadi apa-apa yg mengerikan diatas sini.

"Gue ta-kutt." Air matanya mengalir semakin deras, wajahnya mendekap ke dada thalah yg sedia menjaga nindya di keadaan seperti ini.

Thalah memeluk Nindya lebih erat, didekapnya Nindya,dan benar saja tubuhnya gemetar.
Wajah thalah mendekat ke arah wajah Nindya, dia membisikan sesuatu yang membuat Nindya merasa aman berada didekatnya.

"Lo jangan takut ya nin, gue bakal jagain Lo sampe kapanpun!"

Seketika ucapannya terngiang dikepala Nindya, denyut jantungnya berdegup kencang,entah mengapa dia bisa merasakan nyaman dan aman saat didekat thalah?.

"Hm, gue dingin." Cuaca diatas sana memang terasa lebih dingin, apalagi memang sudah malam,anginnya pun akan lebih kencang.

Thalah pun melepaskan jaket yg ia kenakan dan dia pakaikan ke tubuh Nindya, lalu ia memeluk erat nindya.

Tak lama kemudian wahana itupun kembali menyala, namun Nindya sudah terlelap dalam pelukan thalah, ingin sekali ia membangunkan Nindya tapi cewek itu sangat pulas, akhirnya ia memilih untuk menggendongnya setelah wahana gondola itu berhenti dan thalah menggendong Nindya menghampiri teman-temannya itu.

"Kalian balik duluan aja,biar Nindya gue yg anter." Perintah thalah, sungguh tidak tega jika harus membiarkan Nindya yg sedang tertidur pulas untuk pulang bersama temannya yg sudah kelelahan juga.

"Jagain dia ya,anterin sampe dia balik,Lo tau rumahnya kan?" Jawab Caca mengangguk.

"Santai,bokapnya temen bokap gue kok jadi gue tau alamat rumahnya."

"Oke."

***
Cuma mau ngingetin, vote-nya jangan lupa ya guys, gaenak loh kalo udah mikir keras dan nulis panjang-panjang tapi kalian ga ninggalin jejak :(

RelationshitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang