Terungkap

52 3 1
                                    

Menatap langit-langit hampa dengan tatapan kosong. Entah apa yg telah merasuki pikiran thalah, setelah sadar bahwa Nindya adalah sahabat kecilnya dulu itu membuat pikiran thalah terganggu, bukan tentang Nindya-nya tetapi karena masalalu mereka yg gelap.

"Apa dia emang Nindya-nya gue? Apa dia ga inget sama sekali sama gue?".

"Aaarggghhhh!" Histeris thalah sambil menjambaki rambutnya.

Bukannya thalah takut jika Nindya tau bahwa thalah adalah sahabat kecilnya, tapi apakah Nindya tidak trauma dengan kejadian saat itu.

Saat dikarnaval.

"Mungkin mama tau..."

Setelah itu thalah beranjak dari posisinya dan keluar meninggalkan kamarnya untuk mencari keberadaan mamanya.

"Ma..." Thalah mencari keberadaan sang mama di ruang utama, tetapi tidak ia temukan.

Menuju dapur mungkin saat ini mamanya sedang memasak karna sebentar lagi sudah waktunya makan siang.

"Nah, ke-te-mu!" Cengiran thalah seperti anak kecil yg sedang main petak umpet bersama mamanya.

Mamanya thalah pun sontak melihat keberadaan thalah,sedikit terkejut melihat penampilan thalah yg sedikit berantakan.
Mamanya mengernyitkan,tidak paham apa yg sedang terjadi dengan si putra tunggalnya itu.

"Thalah? Kenapa kacau begitu?" Heran mamanya.

"Mah, ada yg mau aku tanyain sama mama." Thalah berjalan mendekati pantri dekat dapurnya.

"Selesai makan siang kita ngobrol di ruang tengah ya sayang." Balas mamanya sambil mengelus puncak kepala thalah lembut.

"Hm."

•••

Suara detikan jam menggema dikamar ini, hari ini hari Minggu. meskipun langit sangat cerah diluar tetapi untuk gadis yang mengenakan piyama dengan corak bunga bunga dan warna pink yang menyala ini baginya merebahkan dirinya di kasur itu sudah cukup untuk menghabiskan waktu minggunya ini.

Terlalu malas.

Bahkan matahari sudah menguasai langit dan tepat berada di tengah-tengah, tapi gadis ini sangat malas untuk membuka matanya.

Dirinya menggeram kecil dan dia kumpulkan tenaganya untuk membuka matanya dengan perlahan.

Tanpa ia sadari air matanya berhasil lolos dan menyusuri pipi yg berseri cerah itu.
"Sepasang anak kecil? Kok yg cewe kaya gue waktu kecil ya? Terus yang cowo? Kaya pernah gue liat?" Gumamnya apa maksud dari mimpi tadi? Siapa anak laki laki itu?

"Lah gue kenapa nangis?" Herannya sambil menghapus jejak air mata yg masih keluar bebas dari matanya itu.

Nindya menggaruk kepalanya, sudah berapa hari dia belum keramas. Bukannya jorok tapi tak sempat, begitu katanya. Selama ini dia selalu mencepol asal rambutnya yg sekarang sudah lepek.

"Iuhh..." Nindya mendengus geli setelah menciumi rambut lepeknya itu. Hari ini ia mungkin akan ke salon saja. Terlalu malas untuk mencuci rambutnya sendiri.

Dreett drett.

Ponselnya berdering, ia merangkak mendekati nakas disamping kasurnya.

5 massage From Sintia:
Bangun woiii!
Nin, anterin gue yu!
Gue mau nyari novel nih.
Woi belom melek juga lo?!
Bangun woi, ayam jantan aja udah bertelor sementara Lo belom bangun?

RelationshitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang