Part 1 : Awal

228 29 13
                                    

Sinar matahari tiba-tiba langsung menerobos ke mataku. Membuat ku menggeliat gelisah diatas ranjang. Benar-benar mengganggu.

"Mau sampai kapan kamu tiduran gitu."

"Hmmm."

"Kamu nggak berangkat kuliah Key?"

"Iya. Nanti pukul delapan Yah." Sahutku langsung mengambil bantal menutup kembali kepalaku. Setidaknya mengurangi cahaya matahari yang cukup silau.

Kudengar suara pintu terbuka, sudah kupastikan pasti Ayah keluar dari kamarku.

"Kamu tahu sekarang jam berapa key?"

Tanganku langsung meraih jam waker di nakas. Mengucek sedikit mataku untuk menghilangkan kabut di mata.

"Jam setengah tujuh Yah." Jawabku cepat langsung meletakkan lagi jam waker ku dan menutup kembali kepalaku dengan bantal.

"Coba lihat dengan benar Key, pakai kacamatamu."

Entah kenapa Ayah pagi ini begitu bawel. Dengan malas kubangunkan tubuhku dari gravitasi kasur yang sangat posesif kepadaku. Mengambil kacamata dan melirik kearah jam waker.

"Pukul setengah delapan Yah."

"Pukul setengah delapan ya? Terus kamu masuk pukul berapa tadi?"

"Delap-- kyaaa!!" Aku terperanjat dari kasur dan dengan cepat seluruh nyawa kembali kepadaku.

"Dasar kebiasaan." Gumam Ayah saat beranjak dari kamarku.

Bergegaslah diriku menuju ke kamar mandi. Dalam waktu lima belas menit aku dapat menyelesaikan semuanya. Memasukkan pelembab wajah dan juga lipbalm ke dalam tas. Yosh!

"Sarapan dulu Key."

"Key ambil roti ini aja, keburu telat. Ayah sih nggak bangunin dari tadi."

"Kamu tuh yang dibangunin susah banget, anak cewek jam segini baru bangun. Semalem pasti begadang ngegame lagi."

Sebuah cengiran lebar aku perlihatkan kearah Ayah. Ia selalu tahu kebiasaanku yang keasyikan ngegame sampai jam tiga pagi.

"Yaudah Yah, Key berangkat dulu. Assalaamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam, hati-hati di jalan."

Segera ku berlari kearah halte bus yang jaraknya lumayan dekat dengan rumahku. Tak kupedulikan tatapan horor tetangga yang melihatku berlarian seperti mengejar maling. Apa lagi dengan posisi mulut masih sibuk mengunyah roti. Oke, aku tahu cewek emang nggak boleh makan sambil berdiri apalagi ini berlari. Tak heran juga mereka akan menatapku heran secara terang-terangan.

Dari sudut mataku bisa kulihat bus yang biasa aku tumpangi sudah mulai melaju. Dengan sekuat tenaga aku mengejar bus itu dan menggedor pintu yang sudah tertutup rapat.

"PAKK!! TUNGGU PAK TUNGGU!!" Teriakku sambil menggedor pintu bus. Dan benar saja bus itu berhenti. Terbukalah pintu itu, segeralah aku masuk.

"Hadeh, kebiasaan ini neng Keysha." Ujar kernet bus yang tidak salah ingat namanya Pak Asep. Kurespon ucapan Pak Asep dengan cengiran lebar.

Aku langsung duduk di bangku kosong yang berada di dekat jendela. Bus memang tak begitu ramai seperti biasa. Mungkin juga karena sekarang bukannya jam anak SMA berangkat sekolah. Setidaknya aku bisa lega karena masih kebagian tempat duduk.

"Neng Keysha."

"Iya Pak Asep, nih." Jawabku lalu menyerahkan selembar uang dua puluh ribu kepadanya.

"Kembaliannya neng."

"Makasih pak."

"Untung aja tadi bapak liat, kalau enggak paling neng Keysha nunggu bus satunya."

RaguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang