Part 8 : Dafa Agustin

33 8 0
                                    

Biasanya dari arah sanggar sayup terdengar suara orang yang tengah bernyanyi. Tapi kali ini indra pendengaranku tak mendengar apapun. Padahal jarakku sudah lumayan dekat dengan sanggar. Kursi dekat pohon tempat biasa berkumpul tampak sepi. Suara tawa yang cukup menggelegar membuatku menoleh kearah sanggar. Sepertinya latihan sudah di mulai. Dengan langkah lebar aku segera masuk ke dalam sanggar.

"Permisi kak, maaf terlambat." Ucapku kepada kak Tania yang berdiri tepat di tengah barisan yang berbentuk setengah lingkaran.

"Oh iya nggak papa, yaudah duduk." Titahnya lalu aku duduk tepat disamping Caca. Mataku menelusuri kepenjuru ruangan, tak kudapati mas Baskara ada dalam ruangan. Karena biasanya mas Baskara yang memimpin latihan.

"Lanjut ya. Sehubung selama latihan ini, pasti kalian bertanya-tanya siapa yang akan berperan sebagai tokoh Rama. Jadi hari ini kita akan kedatangan seseorang yang akan bergabung ikut latihan dengan kita semua."

Suara derap kaki dari belakang membuatku menoleh. Ternyata mas Baskara, ia tak datang sendiri. Mataku langsung membulat ketika melihatnya. Mengucek kedua mataku untuk memastikan penglihatanku tak salah. Ia berjalan berdampingan dengan laki-laki yang sempat aku lihat beberapa menit yang lalu. Lebih tepatnya sempat menjadi bahan pembicaraanku dengan Salwa.

"Nah itu dia orangnya. Habis darimana kalian, buruan sini perkenalan dulu." Sahut kak Tania kepada laki-laki itu. Lalu ia langsung berdiri tepat di samping kak Tania. Sedangkan mas Baskara ikut bergabung duduk di barisan.

"Dia yang akan memerankan tokoh Rama. Perkenalan dulu nama dan dari fakultas mana."

"Hallo semuanya, namaku Dafa Agustin biasa dipanggil Dafa. Aku dari fakultas ilmu sosial dan politik. Salam kenal semuanya." Ucapnya memperkenalkan diri.

" Ucapnya memperkenalkan diri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Dafa Agustin)

Ternyata prediksi Salwa benar kalau ia anak FISIP. Mungkin kalau kuberi tahu tentang ini, pasti dia bersorak sorai dan membanggakan dirinya. Aku rasa Salwa memang berbakat menjadi seorang cenayang.

Tak sengaja mataku dan Dafa saling beradu. Lalu sebuah senyum ia lemparkan kepadaku, respon saja aku membalas senyumnya. Aku rasa ia masih mengingatku, walau pertemuan kami bisa terbilang sangat singkat. Tapi dari sorot matanya seakan seperti seseorang yang tengah menyapa teman lama.

"Oke kalau gitu kita mulai saja latihannya." Sahut mas Baskara tanpa basa basi, yang langsung diiyakan semua orang. Mulailah semua mengambil posisi sesuai dengan latihan sebelumnya. Namun sekarang personil sudah lengkap dengan kedatangan Dafa. Karena bisa dibilang ia mendapat peran yang cukup banyak sorotan.

Melihat caranya beradu akting dengan yang lain membuatku sedikit kagum. Karena ia dengan lihainya bisa berbaur dengan yang lain. Padahal hari ini adalah hari pertamanya latihan bersama. Ia terlihat begitu menjiwai dalam memerankan karakter Rama.

Sosok Raden Rama Wijaya yang gagah, halus tutur katanya dan juga bijaksana. Mengingat kembali kisah ramayana membuatku tersenyum. Bagaimana perjuangan Rama merebut kembali Sinta ke pangkuannya dari cengkraman Rahwana. Getaran di dalam tas membuatku segera meraih benda pipih itu.

RaguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang