Part 9 : Ajakan Dafa

43 7 0
                                    

Hari ini tak seperti hari biasanya. Selepas makul aku dan Salwa sudah berada di warung bakso langganan. Tapi kali ini dengan berat hati mengurungkan niat kesana. Karena kebetulan ada tugas baru yang mengharuskan untuk berkutat di perpustakaan.

Kata perpustakaan menjadi momok yang sedikit menakutkan bagi Salwa. Tanpa ditanya lagi sudah jelas karena ia memang bukan tipe orang yang suka membaca. Karena dia tipe orang yang lebih suka mendengarkan.

"Bukunya dimana sih kok nggak nemu-nemu." Keluh Salwa yang sedari tadi ia tak menemukan buku yang ia cari.

"Nih, nyari gitu aja susah banget." Ujarku menyodorkan buku yang sedari tadi dicari oleh Salwa.

"Dari tadi bilang kek kalau udah ketemu." Aku berikan tampang innocent ku yang malah membuat Salwa semakin menatap kesal kepadaku. Dan setelahnya kami berdua sibuk mengerjakan tugas masing-masing. Melirik jam yang melingkar di pergelangan tanganku ternyata sudah hampir pukul tiga. Refleks saja tanganku langsung menepuk jidat.

"Kenapa Key? ada janji?"

"Enggak, aku baru inget harus ngabarin kak Tania kalau nggak bisa bantuin di sanggar." Salwa manggut-manggut mendengar penjelasanku. Dengan cepat kuambil benda pipih itu di dalam tas.

Keysha
"Assalamu'alaikum kak, kak hari ini aku absen ikut teater ya. Ada tugas tambahan soalnya, sekarang masih di perpustakaan."

Kak Tania
"Wa'alaikumsalam dek. Oh jadi gitu. Yaudah nggak papa."

"Udah?"

"Udah kok, aman sekarang." Jawabku lalu melanjutkan lagi jariku menari diatas keyboard. Kulirik Salwa yang sedari tadi seperti ingin menyampaikan sesuatu kepadaku. Tapi sepertinya ia ragu-ragu.

"Mau bilang apa Wa? iya tahu kok aku emang cantik. Jadi nggak usah segitunya kali ngliatinnya."

"Ih gila! pd banget deh ah. Geli!" Ujar Salwa dengan respon badan yang bergidik ngeri.

"Enggak, aku cuma mau tanya. Si Ando punya temen anak FK nggak sih?" Lanjutnya.

"Kurang tahu sih, tapi keknya nggak ada. Kenapa emang?" Salwa membenarkan posisi duduknya menjadi lebih condong kearahku.

"Kalau nggak salah liat nih, kemarin aku liat dia nyamperin cewek di danau yang deket gedung FK itu loh. Dari posturnya sih tu cewek tinggi, rambut panjang hitam legam digerai, kulitnya kuning langsat. Familiar banget gitu si cewek itu, tapi siapa ya." Jelas Salwa lalu ia diam sejenak. Seperti tengah memikirkan siapa pemilik tubuh tinggi yang ditemui oleh Ando.

Mendengar penjelasan dari Salwa membuatku juga memikirkan hal itu. Setahuku Ando tak ada teman dari anak FK. Kalau dipikir-pikir aku pun tak begitu mengenal siapa saja teman dekat Ando. Karena Ando tak mengenalkannya dan begitupun sebaliknya. Sejauh ini yang mengetahui hubunganku dengan Ando hanya Salwa.

"Kamu sama Ando nggak lagi gini kan?" Tanya Salwa dengan tangan memperagakan bentuk hati yang awalnya bersatu lalu berpisah.

"Apa sih. Nggak lah! orang baik-baik aja kok."

"Bagus deh kalau gitu, awas aja sampek tu curut bikin kamu nangis. Kubejek-bejek kek rujak bebeg."

"Lebay deh, oh iya aku punya kabar bagus. Bukan bagus sih tapi bakal bikin kaget."

"Apaan?" Tanganku langsung mengkode Salwa untuk lebih mendekat kearahku.

"Kamu inget kan cowok yang waktu itu kita omongin di warung bakso...," Salwa manggut-manggut dan matanya sedikit berbinar karena saking antusiasnya. "Dia tu namanya Dafa dan ternyata dia anak FISIP dong."

RaguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang