Part 3 : Minion

96 19 9
                                    

Seperti biasa, aku bangun kesiangan lagi. Seharusnya aku bisa bangun lebih cepat, karena semalam aku tidur lebih awal dari biasanya. Tapi ternyata kenyataannya lain, ekspektasi selalu tak sinkron dengan realita.

Dengan gesit mengambil handuk dan lari menuju kamar mandi. Dan aku yakin pasti akan banyak wejangan yang akan Ayah keluarkan kepadaku. Rekor mandi tercepat masih dipegang saat aku bangun kesiangan. Dalam lima belas menit aku dapat menyelesaikan segalanya. Sebuah notif pesan muncul di layar yang membuatku menghentikan aktivitas menyisir rambutku.

MyAndo
"My little panda pasti belum berangkatkan?. Aku tunggu di depan gerbang ya, buruan kalau nggak mau ku tinggal."

Sebuah senyuman merekah mulai terbentuk di bibirku. Kupercepat kegiatanku menyisir rambut dan meraih totebag yang isinya sudah kusiapkan sedari semalam.

"Nggak sarapan lagi?" Sindir Ayah, aku hanya bisa tersenyum kikuk memperlihatkan deretan gigi kecilku kearahnya.

"Yah helm yang satunya Ayah taruh dimana?"

"Loh bukannya kamu berangkat naik bus? Motornya kan mau Ayah pakai kerja."

"Key berangkat bareng temen." - teman.. teman spesial maksud key Yah- tambahku dalam hati.

"Ditempat biasa, kalau nggak helm yang di luar ambil aja nanti Ayah ambil yang satunya. Sama nih buat tambahan jajan." Ucap Ayah menyodorkan uang lima puluh ribu kearahku.

"Makasih yah, yaudah Key berangkat dulu yah. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam." Setelah mencium tangan dan pamit ke ayah aku langsung keluar rumah. Dan benar di samping gerbang bisa kulihat ada sedikit penampakan motor milik Ando sudah terparkir.

"Udah lama Ndo nunggunya?" Sapaku basa basi yang ternyata malah membuat nya sedikit terperanjat kaget karena ia terlalu fokus dengan ponselnya.

"Eh enggak kok, paling kisaran lima menitan." Elaknya lalu cepat-cepat memasukkan ponselnya ke dalam ranselnya. Entah kenapa firasatku mengatakan ia tengah menyembunyikan sesuatu. Ingin ku bertanya lebih dalam lagi pasti jawabannya akan sama 'bukan apa-apa kok'.

"Dih malah bengong, ayo naik. Nanti kalau telat bingung." Kupakai helm ku dan langsung duduk di belakang nya. Sepanjang perjalanan menuju kampus tak ada percakapan sama sekali. Kami berdua saling diam. Ia fokus dengan jalanan, sedangkan aku masih bergelut dengan otakku.

Hal ini yang paling aku benci dari diriku. Setiap ada hal yang mengganjal di hati, selalu saja otakku mengeluarkan berbagai macam asumsi dan presepsi. Hingga terkadang aku larut di dalam presepsi itu. Semacam halnya seperti nalarku ingin bergejolak tapi hati menolak. Perang batin yang benar-benar menguras tenaga.

"Nanti kalau pulang tunggu aku bentar ya." Ucap Ando sembari melepas helm nya. Terlalu sibuk dengan pikiranku sampai aku tak sadar sudah berada di area parkir kampus.

"Iya, nanti WA aja." Jawabku tersenyum kearahnya, dan tangannya pun refleks mengusap kepalaku dengan gemas.

"AAARGHH. ANDOO!! BERANTAKAN LAGI KAN!!"

"Ini baru my little panda." Lanjutnya lalu mencubit kedua pipiku dan berhasil membuatku jadi mengkerucutkan bibirku.

"Dah ah, ayo." Tangan Ando merangkul ke pundakku, dengan spontan ku lepas dari pundakku.

"Apa sih pakek rangkul-rangkul segala. Tumben?"

"Sama pacar sendiri nggak boleh?" Seketika jawabannya ini membuatku diam membatu. Aku benar-benar kaget dibuatnya, memang benar aku ini pacarnya tapi ini kali pertama dia mengucapkan itu.

RaguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang