Part 15: Ternyata

37 3 1
                                    

Entah kenapa malam ini aku merasa suntuk berada di rumah. Sebenarnya badan masih sedikit lelah, karena latihan teater tadi sore. Tapi karena sudah terlalu bosan, ku putuskan untuk mencari udara segar malam hari.

"Mau kemana?" Tanya Ayah melihatku sudah mengenakan jaket dan juga helm terpasang di kepala.

"Mau cari angin bentar yah."

"Kamu ini ada-ada aja, angin kok dicari. Nanti kalau masuk angin jangan ngeluh ke Ayah."

"Iya iya enggak kok, Keysha cuma bosen aja pengen keluar bentar. Janji deh Keysha pulangnya nggak malem-malem."

Ayah mengangguk mengiyakan, kuambil kunci motor yang ada di samping TV lalu berpamitan dengan Ayah. Menstater motor membiarkannya beberapa menit supaya mesin sedikit panas. Dengan pelan kupacu motor membelah hawa dingin yang mulai terasa merambah ke telapak tangan.

Malam ini aku berkeliling tak tentu arah. Karena aku sendiri tak berencana keluar rumah malam ini. Terlebih tidak ada tujuan yang ingin aku tuju. Menghirup udara malam dengan dalam lalu menghebuskannya secara perlahan. Kulakukan hal itu berulang kali sembari menikmati jalanan yang masih ramai dengan motor dan mobil yang beradu kecepatan.

Terkadang ada satu pertanyaan yang terlintas di benakku. Setiap melihat orang yang berpapasan atau satu arah dengan tujuan ku. Mereka sebenarnya mau kemana dan kenapa bisa satu tujuan. Aneh bukan? Aku sendiripun tak tau kenapa pemikiran itu terlintas. Mungkin hanya aku sendiri yang berpikir demikian. Konyol.

Kulirik jam yang melingkar di tangan sudah tiga puluh menit lebih berlalu. Perutku mulai tidak bisa diajak berkompromi lagi untuk melanjutkan berkeliling. Seketika aku ingat jika jalan ini masih satu arah ke penjual soto babat yang jadi tempat langganan Ayah.

Dan benar saja gerobaknya masih ada di tempat biasa. Tapi sudah tidak terlalu ramai, mungkin karena sudah jam segini juga. Ku parkirkan motor tepat di samping gerobak, bersamaan pula ada laki-laki bermasker yang turun dari motor. Pakaiannya serba hitam terlihat maskulin walapun ia mengenakan motor matic.

"Soto babatnya satu pak." Ucap kami bersamaan yang membuatku reflek menoleh ke laki-laki itu.

"Dafa?" Aroma kayu oakmoss menusuk hidung, tanpa sadar membuatku menyebut nama Dafa. Laki-laki itu langsung melepas maskernya, lalu ia tersenyum ramah.

"Astaga kirain siapa."

"Copot dulu kali Key helmnya." Celetuk Dafa yang membuat tanganku memegang kepala. Ternyata benar helm ku masih terpasang di kepala. Aku tersenyum kikuk sambil melepas helm.

"Tumben nggak pakek motor biasanya."

"Lagi di pakek sama abang, kamu sendiri tumben jam segini masih di luar." Tanya Dafa balik. Tangannya menerima soto kemudian di berikan nya kepadaku.

"Lagi cari angin." Dafa malah terkekeh mendengar jawabanku. "Seriusan tau, setengah jam ada tadi keliling nggak jelas."

"Terus mampir kesini karena laper?" Aku tersenyum lebar kearah Dafa. Lagi-lagi ia menggelengkan kepalanya.

 Lagi-lagi ia menggelengkan kepalanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 28, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RaguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang