Pretend to be shy

872 52 8
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Sebelumnya gua udah peringatkan diawal
Bagi :
Homopobik
Anti-LGBT
Anti-Gay
Silahkan untuk tidak mampir dan mengikuti

WARNING!!
Di cerita ini mungkin akan mengandung unsur kekerasan, seksual, perkataan kasar, gambar tidak senonoh dan sebagainya.

Untuk para pembaca di mohon kebijakan dalam membaca dan pemikiran yang dewasa.

Terimakasih

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

BRAK!

Fluke tersungkur diatas kasurnya, mencoba menutupi rasa malu. Bagaimana bisa seseorang melihat mereka sedang bercumbu? 'Sangat memalukan!' pikirnya. Apa katanya nanti? Fluke tak henti berpikir yang aneh-aneh. Apalagi tentang dirinya dan P'God. Ia dan God baru saja kenal, tapi apa semurahan itu ia harus cepat mau untuk dicumbu seorang God.

"Ahh.." teriaknya

Fluke menendang-nendang kasur miliknya. Ia tidak tahu harus berbuat apa keesokan harinya jika harus bertatap muka dengan God. Apa yang nanti akan God pikirkan tentangnya? Tapi, secara logika God memang sudah membuat hatinya terpikat. Siapa yang tidak menginginkan seorang pria tampan nan tinggi semampai seperti God.

'Oh Fluke! Apa yang kau pikirkan?' gerutu Fluke

TOK
TOK
TOK

"Siapa?" teriak Fluke

"Ini Mae!" ujar Mae

"Oh Mae" Fluke beranjak dari kasurnya dan membukakan pintu untuk Mae-nya.

"Ada apa Mae?" tanya Fluke

"Apa kau sakit Fluke?" tanya Mae

Fluke memegangi dahinya dan menggeleng cepat

"Tidak Mae, suhu tubuhku bagus!" jawab Fluke

"Tapi, Mae lihat wajahmu sangat merah saat pulang! Mae kira kau sakit" ujar Mae

"T-tidak Mae, Fluke cuma kepanasan!" tambah Fluke

"Ok, istirahatlah kalau gitu!"

"Ok Mae!"

Fluke menutup pintu kamar dan kembali tersungkur di kasurnya. Ia memukul-mukul kepalanya pelan.

"Oh-ho Mae!" teriak Fluke di sela-sela bantal

*~~*

Pagi yang cerah, hari baru yang akan menjadi sangat menyenangkan bagi seorang Plan. Plan, pria kecil yang tingkahnya sangat menggemaskan. Ia seperti boneka yang sangat cerewet. Meskipun tubuhnya kecil, ia sangat suka berbicara. Hampir tidak ada tanda titik koma dalam setiap perkataannya.

Meskipun begitu, ia akan menjadi sangat pendiam saat berhadapan dengan seorang Perth. Pria yang ingin ia ajak berteman. Ia bisa saja melakukan apapun yang diinginkan Perth, asal Perth mau menerimanya sebagai teman. Terlebih Perth sangat pilih-pilih saat memilih teman, tidak sembarang orang yang mampu bertahan lama untuk berteman dengan Perth. Sifat angkuh dan cueknya sangat di benci banyak orang, meskipun wajahnya tampan rupawan sekalipun.

Sebenarnya Perth dan Plan berada di kampus dan fakultas yang sama, bahkan mereka satu kelas. Itulah alasan Plan mengajak Perth berteman. Perth sangat tidak menyukai cara bicara Plan yang terlalu berisik, Perth lebih senang berteman dengan orang yang menurutnya nyaman.

When Love Chooses the Way Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang