I don't have a ring [nc/ending]

343 24 30
                                    

Jinu's pov;

Aku berdiri di lift yang menuju lantai empat dengan keadaan mandi keringat karena saking gugupnya, Siapa sangka Mino akan mengajakku bertemu orang tuanya sekarang, tanpa pemberitahuan sama sekali. Apa lagi ini malam hari, Apa yang akan mereka katakan?

"Mino, Apa Aku terlihat buruk?"

Mino merapihkan rambutku dan mengecup pucuk kepalaku dengan sayang, "Tidak Babe, kau terlihat baik-baik saja."

Lift berbunyi dan pintu lift segera terbuka, Aku dengan hati-hati melangkah keluar dan menoleh ke sana kemari, ini tampak seperti apartemen biasa yang luas.

"Mino? Apa orang tuamu tidak apa kita menemuinnya jam segini?"

Mino tersenyum dan mengelus kepalaku, "Kau khawatir sekali, Tidak apa kok, Aku sudah memberitahu mereka Aku akan mengajakmu ke sini."

"Dan Kau tidak memberitahuku?!" bisikku dengan galak, Aku menaruh trophy yang aku dapatkan di meja depan dan kembali merapihkan rambutku.

"Maaf, Aku kan ingin membuat kejutan."

Mino menggandengku dan membawaku ke depan pintu coklat di sebelah pojok kanan lantai ini dan merogoh kunci berwarna perak dan membuka pintunya, Aneh, kenapa di kunci.

Aku tidak ingin banyak bertanya dan saat pintu itu terbuka aku langsung di suguhkan oleh ruangan seperti studio tempat melukis, hanya saja yang membedakannya adalah rak kaca transparan ada di tengah dan dua guci tempat menyimpan abu ada di sana, Aku segera tersenyum menatap kedua guci itu dan berjalan mendekat.

Mino yang berada didepanku ikut tersenyum dan memandang foto kedua orang tuanya, Ibunya sangat putih dan ayahnya memiliki kulit seperti Mino sendiri.

"Halo Eomma, Appa, seperti yang Aku janjikan kemarin, Aku membawa Jinu ke hadapan kalian." Mino merangkulku, namun aku menahannya dan membungkuk terlebih dahulu ke orang tua Mino dengan sopan.

"Halo Eommonim, Abbeonim, Aku Kim Jinu, Pasti kalian sudah mendengar banyak tentangku dari Mino kan? Mino memang cerewet hehe tapi Aku suka, Aku bingung ingin bilang apa dan sangat gugup, hanya saja, Terima kasih sudah melahirkan Mino, Aku akan menjaganya sebisaku."

Mino tersenyum bangga ke arahku lalu beralih menghadap kedua orang tuanya dan mengusap rak kaca itu.

"Mino, Jangan bersedih." ucapku sambil menatapnya, Namun Anehnya Mino tampak biasa saja.

"Kau masih ingin melihat-lihat di dalam ruangan ini?"

Aku menoleh dan menatap bermacam kanvas yang tertata rapih, cat-cat yang bekas di pakai, palet kayu, dan bermacam alat-alat lain untuk melukis. Aku menatap Mino dan berkata, "Terserah Kau saja, Kalau kau ingin keluar Aku ikut, kalau Kau ingin di sini dan bersama orang tuamu aku juga tidak keberatan."

"Ayo kita keluar saja."

Mino pamit begitu juga Aku dan kami pun keluar dari ruangan itu masuk ke kamar yang Aku tebak adalah kamar Mino dulu, Di ujung ranjangnya ada jendela besar yang membuat kita dapat langsung melihat ke luar, ini menakjubkan.

"Ingin Wine tidak?"

Aku yang sudah merebahkan diriku di kasurpun menatap Mino dengan bingung. "Loh kau punya Wine?"

Mino mengangguk. "Oke, Aku mau." ujarku.

Mino keluar dan Aku segera bangun sambil melihat-lihat isi kamarnya, Kamarnya tidak terlalu besar, Kasurnya yang besar membuat ruangannya tambah terlihat sempit, Di ujung ruangan ada rak yang berisi foto-foto Mino saat masih kecil, Foto yang membuatku tertawa terbahak adalah foto di mana Mino yang masih balita dan hanya mengenakan celana dalam sedang mendorong pohon besar sambil tertawa, Ini tampak menggemaskan.

EccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang