Yeonjun

195 30 3
                                    

Jinu menopang dagunya dengan tangan kanannya sambil menatap kosong ke arah kebulan daging yang berasap, Mino di depannya sedang sibuk memanggang daging itu.

"Maaf telah memanggilmu Ahjussi tadi, aku hanya berniat sopan." Mino berkata membuyarkan lamunan Jinu.

"Ck, memangnya wajahku sudah terlihat seperti seorang Ahjussi? Asal kau tau saja, di sini orang yang paling cocok di panggil Ahjussi adalah kau."

"Kau sensitif sekali."

"Kalau kau tidak berhenti mengejekku, aku akan lari kembali ke Sungai Han dan menerjunkan diriku ke sana." Jinu mengancam.

"Kau seperti wanita yang sedang datang bulan."

"Baiklah, Aku pergi." Jinu berdiri dengan malas, Mino yang melihat kekesalan Jinu hanya tertawa tanpa rasa dosa dan menahan tangan Jinu.

"Duduk dan makan ini," Mino menaruh sepotong daging yang sudah di panggang dengan sempurna ke mangkuk nasi Jinu. Jinu cepat mengambil sumpit dan melahap daging itu.

Mino menatap Jinu seolah-olah iba dan berkata, "Kau seharusnya berterima kasih kepadaku, Karena Aku kau tidak jadi bunuh diri."

"Kata siapa Aku tidak jadi bunuh diri karena Kau? Kau terlalu percaya diri."

"Lalu untuk apa Kau menerima ajakanku untuk makan bersama?"

"Karena makanan tentu saja, lagi pula Kau yang traktir, Aku tidak pernah menolak pemberian orang selagi bukan Aku yang meminta, kalau Kau menawarkan ya Aku ambil, untuk apa menolak pemberian orang? Itu tidak sopan."

Mino memutar bola matanya dan berkata, "Pintar sekali Kau memilih kosa kata."

"Hey." Mino memanggil Jinu menyuruhnya mendongak, Jinu mendongakan kepalanya dengan malas. "Ada nasi di pipimu." Kata Mino sambil mengambil nasi itu dari pipi Jinu, Jinu terasa tercekat, selama 7 tahun terakhir, tidak pernah ada yang melakukan itu kepadanya.

Mino memakan makanannya dan berkata, "Kau kenapa? Kau seperti sedang mengingat sesuatu yang buruk."
Wajah Jinu yang kaget membuat Mino kaget juga, Mino pikir mungkin daging yang Mino masakan belum matang jadi Jinu memasang wajah seperti itu.

"Makananku sebentar lagi habis." Jinu berkata memberi informasi kepada Mino sambil mencoba mengabaikan pikiran anehnya.

Nasi dari mangkuk Mino tanpa Jinu sadari tadi sudah habis, tetapi potongan daging masih tersisa banyak di panggangan, "Makan lagi dagingnya." Mino memerintah Jinu yang kali ini Jinu turuti.

"Siapa namamu?" tanya Mino

"Memang itu penting?"

"Sekali, Itu penting sekali."

"Jinu, namaku Jinu." Jinu berkata dengan tidak sabaran karena Mino terus mengganggunya yang sedang makan.

"Siapa?"

"Jinu!" Sahutnya menaikan intonasi bicaranya sedikit.

"Aish maksudku Jinu siapa?"

"Kim, Kim Jinu."

"Semua orang yang bermarga Kim sangat tengil." Mino berkata dengan senyum simpul, Jinu yang tidak terima cepat memukul kepala Mino dengan sendok.

Mino hanya meringis kesakitan sambil mengusap bagian kepalanya yang di pukul oleh Jinu.

Dengan hitungan detik Jinu menghabiskan makanannya, Mino cepat mengajak Jinu pergi dari restoran itu, Mino juga menepati janjinya yaitu membayar semua makanan yang mereka pesan. Jinu agak terkesan dengan sikap Mino yang begitu baik meskipun dia sangat menyebalkan. Kalau dipikir-pikir, hanya sedikit orang yang mau melakukan hal seperti ini terhadap orang yang jelas-jelas tidak mereka kenal.

"Hey Kim Jinu, kau ingin kemana hah?"
Mino menarik tangan Jinu saat ia berjalan meninggalkan Mino begitu saja.
"Pulang." sahutnya enteng.

"Kau akan menginap di rumahku."

"Hah? Apa apaan?!" Jinu berkata tidak terima.

Mino berdecak tidak sabaran dan berkata, "Kalau aku memperbolehkanmu pergi, kau bisa saja kembali ke Sungai Han dan mencoba untuk bunuh diri lagi, Uangku untuk mentraktirmu makanan tadi akan sia-sia."

"Bagimana aku bisa ikut pergi ke rumahmu yang jelas-jelas orang asing? Kau bisa saja psikopat yang siap membunuhku kapan saja, aku memang mau mati, tapi tidak dengan cara di bunuh."

"Hey! Kau sudah tau namaku Song Mino, aku sudah tau namamu Kim Jinu, kita bukan orang asing lagi."

Jinu tertawa secara di paksakan dan berkata, "Haha lucu sekali."

Jinu berjalan berlalu meninggalkan Mino, Mino cepat menyusulnya sambil berkata, "Yasudah, aku yang akan menginap di rumahmu."

"Tidak."

"Iya."

"Pergi atau aku akan lapor polisi dan bilang ke mereka kalau kau stalker."

"Lapor saja, Aku akan menceritakan ke mereka bahwa kau mencoba bunuh diri dan aku hanya ingin memastikan agar kau tidak melakukan itu, lalu mereka akan membawamu ke rumah sakit dan memeriksa kejiwaanmu."

Jinu memberhentikan langkahnya dan menatap Mino sambil bekata, "Secara tidak langsung kau menyebutku sakit jiwa Song Mino-ssi."

-

Jinu's pov;

"Oh ini rumahmu? Kenapa sepi sekali?" Mino bertanya kepadaku setelah kami sampai di depan pagar rumahku yang lumayan besar tetapi masih terlihat sederhana ini.

Mino dengan berat hati Aku izinkan ikut ke rumahku, entah dia akan menginap atau tidak, kalau ia menginap entah akan segila apa Aku nanti, Aku agak takut mengajaknya ke rumah sebenarnya.

"Aku mengadakan pemakaman di rumah lamaku karena kemauan Ibuku, jadi rumah baruku ini lumayan, sepi."

Mino menatapku dengan hati-hati, dapat aku tebak dari ekspresinya bahwa ia sedang berpikir keras untuk tidak menyakiti perasaanku, "Maaf, anggota keluargamu ada yang meninggal?"

"Ibuku." sahutku mencoba kuat, tetapi tetap saja mataku berkaca-kaca saat menyahuti pertanyaannya.

"Maaf."

"Itu bukan salahmu, tetapi salah kematian." Aku berkata sambil masuk kedalam rumah dengan cepat agar ia tidak melihat mataku yang semakin berair karena menahan tangis.

"Juju samchon?" suara Yeonjun memanggilku dari depan pintu membuatku kaget, Aku cepat memeluk Yeonjun dan berkata, "Kau sendirian dari tadi disini? Bibi Young dimana?"

"Pulang, Aku yang menyuruhnya, Aku tau Samchon tidak suka keramaian jadi Aku bilang Aku bisa menunggu Samchon sendiri."

"Yeonjun?" Mino bertanya dengan suara tidak percaya.

"Candy Ssaem!!!" Teriak Yeonjun tiba-tiba dengan semangat dan segera memeluk kaki Mino.

"Oh jadi ini alasanmu tidak datang les? Ssaem dapat memaklumi." Mino mengusap pucuk kepalanya dengan sayang.

"Candy Ssaem?" tanyaku dengan bingung. Mino tidak menggubris perkataanku dan segera berjongkok di sampingku agar tingginya sejajar dengan Yeonjun. Mino merogoh kantung jaketnya dan menyerahkan satu buah perempen lolipop kepadanya

"Kalau Samchonmu bertingkah aneh, telepon Candy Ssaem, Candy Ssaem akan cepat datang kesini, okay?" Yeonjun menganggukan kepalanya, Mino mengusap kepalanya lagi dan menyuruhnya masuk kedalam.

Baru aku ingin mengikuti Yeonjun masuk kedalam rumah, Mino memanggil namaku lagi, "Jinu!" aku menoleh sambil berkata,

"Apa lagi?"

"Yeonjun, jangan akhiri hidupmu, masih ada Yeonjun." kata Mino.

Aku hanya bisa merespon dengan mata berkaca-kacaku. Aku yang tidak ingin menangis di depan Mino cepat meninggalkannya dan masuk ke dalam rumah tanpa satu patah kata sedikitpun.

EccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang