5

1.3K 111 2
                                    

Kochou lagi-lagi memandangi jendelanya, ia duduk bersimpuh, menghadap teh yang mengepul di hadapanya.

Ia menundukkan kepalanya, dan menunjukkan wajah murung dan tidak bersemangat.

"Mau keluar ?" Tawar giyuu tiba-tiba.

Shinobu tersenyum tipis , ia memaksakanya.

"Kemana ?"

"Ketempat yang dulu ku perlihatkan"

"Oh , bukit itu."

. . .

Giyuu menuntun shinobu turun dari kudanya.

"Wahhh" kagum shinobu melihat hamparan pohon yang menguning serta berwarna emas, hembusan angin menerbangkan beberapa helai dedauan beserta rambut shinobu yang tidak terikat.

Giyuu pun segera meraih rambut shinobu dan mengikat rambut noonanya itu dengan lembut.

Shinobu menundukkan kepalanya, ia tersenyum , merasa tersanjung dengan perlakuan manis dari giyuu.

"Waktu itu kau bilang ingin melihat musim gugur"

"Itu sudah lama sekali, dia masih mengingatnya"

"Jadi daripada murung seperti itu, lebih baik aku mengajakmu kemari"

Shinobu menutup mulutnya dan tertawa kecil.

"Tak kusangka kau mendengar gumamanku yang lirih"

"...."

Giyuu menjauh dari shinobu , membiarkanya sendirian, ia berjalan menghampiri pohon dan menyandarkan tubuhnya disana.

"Apa musim sakura lebih bagus lagi ?"

"Apa kau benar-benar tak pernah keluar dari kamarmu"

Shinobu menatap giyuu yang tengah memejamkan matanya, dan ia hanya tersenyum.

Tanganya bergerak memungut salah satu daun berwarna orange yang terjatuh di kimononya.

Kemudian ia berjalan menyusul giyuu yang duduk di bawah pohon yang tidak ia ketahui namanya itu.

Kochou tiba-tiba saja duduk di pangkuan giyuu , dan menyandarkan punggungnya di dada bidang pria itu.

"Padahal tempat lain masih kosong"

Kochou tertawa kecil.

"...."

Shinobu menolehkan kepalanya , dan menghadap pada giyuu, ia menyelipkan daun yang tadi diambilnya ke rambut milik giyuu.

Cupp 

Giyuu melebarkan matanya ketika shinobu tiba-tiba saja mengecup pipinya.

"Ini hadiah dariku" ujarnya seraya tersenyum

Flashback off

Giyuu menadahkan tanganya, mengangkap daun mapel yang terjatuh ke telapak tanganya.

Ia memandanginya terus menerus, dadanys berdegup, tapi entah kenapa rasanya begitu sakit.

Ia memejamkan matanya , dan tiba-tiba meneteskan air mata.

"Siapa yang sebenarnya kutangisi"

Ia meremas daun mapel itu sampai hancur.

Tbc

In MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang