Past
Sasha sudah beranjak remaja.
Sudah menjadi gadis yang tumbuh dengan sangat cantik. Bukan anak kecil gendut lagi seperti beberapa tahun lalu.
Sasha remaja bertubuh tinggi dan kurus, walaupun sedikit berisi dibagian pipi.
Gadis manis yang masih duduk dibangku smp itu tengah merenung dengan ponsel digenggamannya.
"Kamu kenapa, sha? Kok ngelamun gitu?."
Tanya Rara disebelahnya,Gadis berambut sebahu itu heran melihat Sasha sedari tadi yang banyak melamun dengan handphone di tangannya, bahkan tadi Rara sempat memergoki Sasha menghiraukan penjelasan dari guru fisika yang super galak.
"Aku bingung, Ra."
"Bingung kenapa?"
"Mas Jeka minta aku nonton pentas dia di gedung seni, sementara kak Rama tadi minta aku nonton olimpiade matematika dia di jam yang sama. Aku bingung."
Keluh Sasha pada Rara. Sejenak, Rara berpikir mengenai hal itu guna memberikan solusi terbaiknya.
"Emmm, gini deh. Siapa yang pertama kali ajak kamu? Jeka atau Rama?"
"Mas Jeka."
"Ya, kamu nonton mas Jeka aja. Kan kamu pertama buat janji sama dia. Lagian kenapa kamu gak bilang sama kak Rama kalau kamu udah ada janji sebelumnya?."
"Aku gak enak nolaknya, Rara. Kak Rama baik banget. Gak mungkin aku nolak."
"Tapi sekarang kamu yang jadi repot gini kan, Sha?."
"Iya sih."
"Yaudah sana nonton Jeka aja. Ribet ntar kalau pacar kamu itu sampe ngambek. Diputusin baru tau rasa!."
"Iih, Rara kok ngoomongnya gitu?!"
"Ya abisnya. Kamu udah punya pacar juga, masih aja mau dideketin kak Rama."
Sasha diam menunduk.
Memangnya salah ya kalau dia dekat dengan Rama? Toh Sasha kan tidak berniat berselingkuh.
'Sasha kan masih kecil, mana bisa selingkuh. Huh! Rara aja yang ngomong nya keterlaluan. Sasha sayang sama mas Jeka. Tapi Sasha juga seneng dekat dengan kak Rama, seperti teman.'
---
"Masih ada waktu, 15 menit lagi. Pak Hari tolong ngebut ya. Nanti Sasha telat nonton mas Jeka nya."
Ujar Sasha dengan gusarSasha memang seperti ini. Keras kepala.
Ia malah menyempatkan diri menonton olimpiade yang diikuti Rama. Akibatnya, ia hampir saja terlambat menonton pertunjukan Jeka di sekolahnya.
Kata mas kesayangannya itu, ia akan menampilkan sebuah drama berlatar kerajaan sejarah Korea.
Sasha turun dari mobil dengan tergesa-gesa bahkan sempat terjatuh. Sempat ditolong oleh supir, namun Sasha mengindahkan rasa sakit dilutut nya dan tetap melanjutkan berlari.
"Mas Jeka.!"
Panggil Sasha di belakang panggung, Jeka yang sedang bengong menunduk mengira Sasha tak akan datang menengok ke arahnya dengan senyum.
"Maaf ya mas Jeka. Sasha sedikit telat."
Jeka tersenyum tulus, menggeleng
"Gapapa. Yang penting kamu dateng aja aku udah seneng banget. Kamu jadi penyemangat aku sebelum naik panggung."
"Semangat mas Jeka. Tampil yang bagus ya."
Jeka membalas dengan anggukan.
"Cium dulu dong!."
Mata Sasha membelalak kaget,
"Mas Jeka! Ini disekolah. Nanti kalau--"
Cup
Jeka mengecup dahi Sasha secepat kilat lalu berlari kearah backstage bersiap-siap untuk tampil.
Membuat wajah Sasha memerah menahan malu karena ternyata banyak teman-teman Jeka yang memperhatikan dirinya.
---
Sasha sudah duduk disalah satu bangku penonton. Semua yang hadir disana begitu hening menonton pertunjukan drama yang di pentaskan Jeka dan kawan-kawan.
Pertunjukan berakhir dengan sempurna.
Semua penonton yang ada berdiri sambil bertepuk tangan.
Sasha mengambil beberapa foto Jeka saat berada diatas panggung.
Diam-diam ia menggulum senyumnya ketika melihat beberapa hasil jepretannya barusan, dan beberapa hari yang lalu ketika mereka sedang menghabiskan waktu bersama.
'Mas Jeka kenapa ganteng sekali sih. Dulu saat pertama kali bertemu sepertinya tidak seganteng ini. Hihii'.......
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh
General Fiction'Intinya Jeka itu jodohnya Sasha atau bukan?' -Jodoh itu bukan ditangan manusia yang merencanakan, tapi ditangan Tuhan yang berkehendak.-