"Pete terima kasih sudah bersedia membantu paman mengajari anak anak ini".
"Hmn... tidak masalah paman. Saya senang bisa membantu".
"Ah ini. Bawa makanan ini pulang. Berbagilah dengan can. Katakan padanya untuk datang ke kebun paman besok na...., kami akan panen strawberry. Paman akan membutuhkan banyak bantuan".
"Baik paman".
Pete berjalan meninggalkan satu satunya sekolah sederhana didesanya. Meskipun pete masih 14 tahun, tapi pete sangatlah pintar hingga dia sudah memahami ilmu ilmu hingga ketingkat perkuliahan.
Namun meskipun begitu, pete tidak bisa melanjutkan pendidikannya karena keistimewaan dari kemampuannya yang langka.
Jika pete pergi meninggalkan desanya ke kota untuk menuntut ilmu, maka resiko bertemu dengan orang orang jahat yang ingin memanfaatkan kemampuannya sudah pasti meningkat.
Pete tidak ingin hidupnya sulit karena dimanfaatkan oleh orang jahat, hingga akhirnya dia memilih mengabdi didesanya sebagai pengajar dan terus meningkatkan ilmunya melalui buku buku yang dia pesan dari kota.
*bruk*
"Oh...., maaf". Kata seorang pemuda yang berjalan tidak fokus dan menabrak tubuh pete. "Kau baik baik saja?". Tanya pemuda itu ketika mendapati pete hanya terdiam menatapnya tidak berkedip.
Pemuda itu mengkerutkan dahinya bingung dengan ekspresi diwajah pete. "Ow, apa dia baik baik saja?". Pikir pemuda itu. Dia bahkan mendadahkan tangannya didepan wajah pete mencoba mendapatkan perhatian pete namun dia tetap tidak mendapatkan respon hingga akhirnya pemuda itu beranjak pergi meninggalkan pete.
~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Can..........". Tiba tiba pete berlari ke arah can yang sedang menyusun kayu bakar hendak membakar daging kelinci.
"Pete?. Oi....., ada apa?". Tanya can heran tiba tiba pete berteriak dan memeluknya erat.
"Tidak papa. Hehe....., hanya sedang bahagia saja". Pete tersenyum malu dan wajahnya merona.
"Ow. Ok".
Seperti biasa, can yang baru saja selesai main disungai terlihat sangat kotor karena tubuhnya tertutup pasir dan tanah. Karena malas pulang, can memutuskan untuk makan siang dengan daging kelinci bakar yang barusan dia tangkap dihutan.
"Oh ya pete.., tadi aku menemukan sesuatu yang menarik ditengah hutan".
"Menemukan apa?". Tanya pete penasaran.
"Aku melihat bocah sombong ditengah hutan terjerat akar pohon". Kata can mengambil daging kelinci yang akan bakarnya.
"Oh? Bagaimana bisa? Lalu apa kau menolongnya?". Tanya pete khawatir.
"Hmn". Sembari mengunyahbdaging yang sudah matang, can menggelengkan kepalanya. "Dia galak dan sombong. Dia jijik denganku".
"Eh?, tapi...., bukankah dia sedang terjebak? Tidak seharusnya dia......".
"Begitulah, dia terlalu sombong dan menyebalkan. Huh...., biar saja dia rasakan terlilit akar ditengah hutan!". Kata can puas.
Pete menatap wajah can yang masih fokus dengan makanannya. Sesekali pete menoleh ke arah dalam hutan karena mengkhawatirkan sosok yang tadi diceritakan oleh can.
"Oh?, suara apa itu? Pete, sepertinya jebakan rusaku berhasil! Kau tunggu disini!". Can berlari ke arah lain memeriksa jebakan rusanya.
"Hah....". Pete menghelakan napasnya tidak bisa tenang. "Baiklah. Lagipula kasihan juga". Tak punya pilihan lain, pete berjalan menelusuri dalam hutan mencari sosok malang yang tadi diceritakan oleh can.