My Baby is not a baby

1.3K 124 28
                                    

"A....apa maksud paman can tidak lagi tinggal dirumahnya?". Tanya pete pada pria tua yang menegur pete ketika menyadari kehadiran remaja kebanggaan desanya kembali setelah dua tahun tidak pernah kembali.

"Ahh.... begini pete". Pria yang diketehui sebagai petani strawberry itu memasang wajah sedih. "Sejak awal, banyak penduduk yang tidak nyaman dengan keberadaan can. Kau tau sendirikan? Apalagi semenjak kau tiba tiba memutuskan untuk pergi dua tahun lalu. Tidak lama kau pergi, ada wacana dari beberapa orang untuk mengusir can dari desa ini. Paman dan beberapa orang yang tau kebaikan can sudah mencoba sebisa kami untuk menghalangi niat mereka dengan alasan mereka tidak bisa mengusir anak sebatang kara hanya karena rumor tidak jelas".

"Lalu?". Kembali pete bertanya.

"Sial bagi can, beberapa orang berkemampuan tingkat tinggi datang dan mengacau desa pete. Mereka mencari can kerumah rumah penduduk ketika tidak berhasil menemukannya. Paman masih sangat ingat dimalam ketika can berlari dari kawanan orang asing itu. Can terlihat panik dan penuh luka, ketika paman dan beberapa orang mencoba menolongnya, kami hanya mendapati banyak darah didekat hutan".

"Lalu jika bukan dirumahnya? Dimana selama ini can tinggal?". Tanya tin. Yah, tin ada disana juga. Dia mengepal jemarinya erat, mencoba menahan amarahnya yang siap meledak.

"Huft.....". Pria itu menghela napasnya. "Dihutan yang mulia".

Pria tua itu membawa pete dan tin ke arah hutan misterius itu, seakan pria tua itu ingin menunjukkan sesuatu.

"I.....ini?". Pete terbelalak kaget menatap penampakan hutan yang sudah sangat berubah itu. Jika dulu hutan misterius ini terlihat menyeramkan, maka saat ini hutan itu terlihat 100 kali lebih mencekam.

Tidak ada jalan masuk kehutan itu. Semua jalan masuknya tertutup rapat oleh semak dan akar pohon yang saling menjuntai sampai keatas hingga sisi bagian dalamnya tidak bisa dilihat dari luar.

Aura hutan itu juga sangat pekat dan panas, bahkan sesekali didapati ular berbisa jatuh dari cabang pohonnya membuat hutan itu semakin dijauhi karena berbahaya.

"Jika hutan ini tertutup rapat seperti ini, bagaimana cara can masuk dan keluar paman?". Tanya pete semakin tidak paham.

Pria itu hanya menggelengkan kepalanya tanda dia juga tidak paham. "Semua terjadi begitu saja dalam semalam pete. Begitu kami mengetahui can lari kedalam hutan, kami sudah menemukan hutan ini tiba tiba berubah menjadi seperti ini". Pria tua itu kemudian menatap sedih ke arah hutan itu.

********************

Tak lama paman penanam strawberry itu pamit pada pete dan tin yang nampaknya masih betah mengawasi hutan itu, tampak seorang pria membawa makanan dan beberapa buah didalam keranjang anyaman bambu.

"Paman?." Tegur pete pada pria yang familiar itu.

"Oh? P.....ete? Kau pete bukan?". Tanya pria itu mencoba menatap pete detail. Dia merasa sedikit asing karena panampilan pete yang banyak berubah.

"Iya benar paman, saya pete". Pete tersenyum lebar.

"Dan......". Pria itu menatap tin dari ujung kepalanya hingga ujung kaki. "Yang mulia?". Pria itu menunduk sopan.

"Hmn". Respon tin mengangguk kecil.

Pria yang disapa oleh pete itu adalah paman penanam nanas yang telah lama menikah namun tidak kunjung diberi keturunan, dahulu ia diketahui salah satu dari mereka yang sangat tidak menyukai can dan ingin can pergi dari desa mereka.

"Paman sedang apa disini? Kata paman penanam strawberry, hutan ini sudah sangat berubah sejak dua tahun lalu kan? Berbahaya jika paman berkeliaran sendirian".

My King? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang